Micah dan Toy
DISCLAIMER: Rune Factory 3 dan Harvest Moon: Hero of Leaf Valley bukan punya aku, tapi cerita ini buatan aku.
WARNING: Garing, hati-hati Typo, gaje, dsb.
Genre: Humor, Adventure
Rated: K+
Summary: Marian membuat ulah lagi dengan ramuannya. Kemampuan teleportasi Micah terganggu dan malah berpindah ke tempat yang tidak ia ketahui. Tak lama kemudian, Micah bertemu dengan Toy, Si Petani sekaligus Pahlawan dari Leaf Valley. Ini cerita crossover pertama antara RF3 dan HM: HoLV dari Author, RnR please.
.
Chapter 1: Pertemuan.
.
.
Pada siang hari yang cerah, terdengar suara langkah kaki yang sedang berlari di antara orang banyak. Kelihatannya dia sedang dalam keadaan genting sehingga tidak menyapa sekelilingnya. Seorang pria bernama Micah terlihat terburu-buru menuju The Witch's Cauldron untuk menyembuhkan diri dari luka yang ia dapat sehabis melaksanakan battle request dari penduduk.
"Marian!" ucap Micah kepada seorang penyihir cilik bernama Marian.
"Ada apa, Micah? Kau terlihat tergesa-gesa. Apa perasaanmu kurang baik?" ucap Marian.
"Marian, tolong sembuhkan aku. Aku terkena racun dari Big Mushroom," ucap Micah.
"Aha, kebetulan sekali aku sedang dalam masa percobaan ramuan baru. Akan aku beri kau gratis untuk kali ini, ini minumlah!" ucap Marian sambil menyodorkan ramuan anehnya kepada Micah.
"Eh, apa ini aman?" tanya Micah khawatir.
"Kita tidak akan tahu jika belum mencoba," ucap Marian dengan santainya.
"Kau tidak tahu bagaimana rasanya jika nyawamu sedang terancam kan?" balas Micah.
"Apa!? Apa kau melawanku? Apa kau mau aku tembak?" ujar Marian sambil menyodorkan Magic Shotnya.
"Ti-tidak. Baiklah, akan aku minum," Micah pun mengambil ramuan tersebut dan meminumnya.
"Nah, itu pasti lebih baik," ucap Marian tersenyum puas.
Seketika kepala Micah terasa pusing sehabis meminum ramuan tersebut. "Ugh, pusing sekali," keluh Micah. Dia pun langsung jatuh terbaring di lantai.
"Micah!" Marian panik.
"Ugh!" Micah memegang kepalanya.
"Micah, kau tidak apa-apa?"
Perlahan Micah dapat bangkit kembali dan akhirnya rasa pusing di kepalanya dapat hilang.
"*Fiuh*... Tadi itu hampir saja," ucap Marian lega.
"Hampir!? Tadi itu bahaya tahu," ucap Micah kesal.
"Ah, maafkan aku, Micah. Aku tidak tahu," Marian merasa sangat menyesal.
"Ya sudah, tidak apa-apa. Setidaknya aku sudah sembuh dari racun," ucap Micah yang memaafkan Marian.
"Hehe. Jika kau butuh sesuatu, katakan saja," ucap Marian senang.
"Kalau begitu, aku harus cepat-cepat pulang untuk mengurus kebun," ucap Micah.
"Kau orang yang sibuk, ya. Gunakan saja kemampuan teleportasimu agar lebih cepat pulang ke rumah," usul Marian.
"Ide yang bagus! Kalau begitu... terima kasih untuk pelayananya," ucap Micah senang. Marian pun membalasnya dengan senyuman manis di wajahnya.
Micah mengeluarkan kemampuan teleportasinya untuk langsung pulang ke Pohon Sharance, tempat tinggalnya, namun keanehan terjadi. Setelah seberkas cahaya menyelimuti seluruh tubuh Micah, beberapa percikan api yang cukup jelas pun terlihat dan muncul asap tebal setelah selesai proses teleportasi. Micah pun menghilang.
Marian yang menjadi saksi mata satu-satunya ketika itu pun merasa sangat panik. Dia sangat terkejut setelah melihat percikan api dari proses teleportasi Micah tadi. Tidak mungkin kemampuan teleportasi dapat menimbulkan percikan api. Untung saja tidak ada benda yang terbakar, namun kepanikan belum usai. Marian menyadari ada kesalahan dalam kejadian tersebut. Satu hal pertama yang ada di benaknya yaitu, ini pasti karena ulah ramuan anehnya.
Marian pun segera menutup tokonya dan berlari ke rumah Micah, Pohon Sharance. Sesampainya di sana dengan nafas terengah-engah, dia langsung mengecek setiap sudut yang ada di Pohon Sharance, bahkan di dalam kandang monster dan seluruh kebun. Marian memanggil nama Micah berkali-kali, namun dia tidak dapat menemukan Micah. Marian panik setengah mati. Ia tidak tahu apa yang harus dia pikirkan. Sampai suatu saat dia berpikir kalau Micah pasti ada di suatu tempat seperti Privera Forest atau yang lainnya. Marian pun merasa sedikit lega mengetahui hal itu. Ia pun berjalan keluar dari Pohon Sharance dengan sedikit tenang.
Di depan Pohon Sharance, Marian bertemu dengan Shara dan Monica. Dia pun bertanya kepada mereka tentang Micah.
"Shara! Monica!" panggil Marian.
"Ada apa?" balas Shara.
"Apa kalian melihat Micah?" tanya Marian.
"Ya, aku melihatnya! Dia berlari dari Privera Forest ke tokomu. Memangnya kalian kenapa?" balas Monica.
"Bukan ketika itu, tapi setelahnya," ucap Marian. Entah mengapa sehabis mendengar hal itu, Monica merasa malu dan kesal.
"Grrr, aku akan menggigitmu!" ucap Monica dengan wajah memerah. Marian mengambil posisi waspada. Untungnya niat Monica bisa dihentikan oleh Shara.
"Sudahlah Monica, ini keadaan penting. Sepertinya Micah hilang. Jika tidak ada dia, maka bisa dibilang kamu akan kehilangan pangeranmu," ucap Shara kepada Monica. Monica hanya bisa menunduk malu di balik punggung Shara.
"Maaf Marian, tapi kami tidak melihat Micah," ucap Shara. "Memangnya ada apa sampai kau terlihat panik begitu?"
"Aku... aku melakukan ulah lagi dengan ramuan-ramuan anehku. Sebelumnya dia minta aku untuk menyembuhkan racun dari dalam tubuhnya, tapi aku malah memberinya ramuan baru yang ternyata membahayakannya," jelas Marian dengan wajah panik bercampur sedih. "Sebenarnya aku hanya ingin menjadi seorang dokter. Seorang penyihir yang dapat menyembuhkan berbagai penyakit, tapi malah berujung seperti ini."
Monica dan Shara pun merasa panik juga.
"Lalu, apa aku harus memberitahu kakek Wells dan mengumpulkan seluruh desa untuk mencarinya?" usul Shara. Marian merasa semakin panik dan bingung setelah mendengarnya.
"Apa!? Jika kau memberitahunya, seluruh desa akan menyalahkanku. Nenek Marjorie juga akan memberikan hukuman berat kepadaku. Ini masalah besar. Aku harus bagaimana?" ucap Marian panik.
"Tapi jika kau hanya diam saja, semuanya akan menjadi tambah buruk," ucap Monica yang memberanikan diri untuk angkat suara.
"Apa yang Monica katakan ada benarnya. Kita tidak bisa membiarkan hal buruk terjadi pada Micah...," ucap Shara.
"Tapikan dia sudah menerima hal buruk dari awal karenaku," pikir Marian menangis dalam hati.
"...Jadi, kau tenang saja Marian...," ujar Shara.
"Tenang apanya!?" pikir Marian yang makin menjerit dalam hati.
"...Jika kau disalahkan seluruh desa, aku akan membelamu. Dan jika kau dihukum bibi Marjorie, biarkan aku juga terkena hukumannya," ucap Shara yang telah menyelesaikan kalimatnya.
"Shara...," mata Marian berkaca-kaca karena terharu akan ucapan Shara. "Tapi inikan bukan salahmu...!," pikir Marian semakin putusasa dalam hati.
"Baiklah sudah kita putuskan!" ucap Shara.
"Putuskan apanya!?" teriak Marian dalam hati.
"Aku dan Monica akan memberitahukan ini kepada kakek Wells, kau beritahukan masalah ini kepada bibi Marjorie, ya!" ucap Shara yang langsung meninggalkan Marian di tempat. Monica berlari mengikuti Shara.
"Habislah aku...," ucap Marian pelan.
*Sementara itu di tempat lain*
Terlihat Micah yang berpindah, yang seharusnya di Pohon Sharance, ke suatu langit yang tinggi. Ia jatuh bebas di ketinggian seratus kaki di atas permukaan laut.
*Woosshh*
"WUAAA.. KENAPA INII...!?" Teriak Micah. Micah sempat merasa panik, namun tak lama dia dapat menenangkan diri dan berpikir jernih kembali.
"A-apa yang harus aku lakukan sekarang! Aku sedang jatuh bebas di tempat yang sangat tinggi dan aku juga tidak dapat terbang dengan kemampuanku atau pun wujud monsterku," pikir Micah. "Coba saja Raven ada di sini." Seketika suatu hal terlintas di benaknya.
Dia mencoba untuk melakukan teleportasi lagi. Seketika seberkas cahaya menyelimuti seluruh tubuhnya, percikan api dan asap tebal muncul lagi. Micah gagal melakukan teleportasi.
"A-apa!? Tidak berhasil? Kenapa?" pikirnya membuat keadaan semakin panik. Itu karena jarak jatuh Micah sudah dekat dengan permukaan.
Untungnya, Micah menyadari bahwa ia akan jatuh di air. Tepatnya di laut.
"Laut! Kalau begini aku bisa tenang sedikit," pikir Micah. "Sekarang aku harus merubah posisi jatuhku."
Micah memutar-mutar tubuhnya yang sebelumnya horizontal, menjadi vertikal kebawah dengan kepala terlebih dahulu. Lalu dia merapatkan kedua lengannya ke depan dan bersiap untuk menyelam.
Sebelum mencapai laut, ada seorang pria yang memakai topi terbalik sedang memancing di tepi pantai. Dia melihat ke langit dan mendapati sebuah benda jatuh yang akan tercebur ke laut.
"Bintang jatuh? Di pagi hari?" ucap pria tersebut.
*Byuurrr..*
Angin dan ombak pun bergerak seperti gelombang besar yang menghadang. Pria bertopi tersebut sempat memalingkan pandangan dan melindungi wajahnya dengan sebelah tangan dari angin kencang tersebut. Setelah pergerakan angin reda, dia melihat ke arah sumber gelombang tadi. Terlihat seseorang sedang berenang ke arah tepi pantai.
"Manusia? Apa akan ada penduduk baru?" ucap pria bertopi tersebut.
Micah pun terus berenang sampai mencapai tepi pantai. Dia terlihat kelelahan dan tergeletak di tepi pantai. Pria bertopi tersebut memandang Micah dengan bingung.
"*hosh* *hosh* Permisi, bolehkah aku bertanya ada di mana aku sekarang?" tanya Micah terengah-engah.
"Leaf valley," ucap pria bertopi itu singkat.
Perlahan Micah bangkit berdiri, dan menyapa pria bertopi tersebut.
"Hai, namaku Micah. Siapa namamu?" Micah memperkenalkan dirinya dengan ramah.
"Namaku Toy. Aku sedang memancing di tepi pantai, lalu aku melihat kau jatuh dari langit. Kukira bintang jatuh," ucap Toy jujur. Micah hanya sweatdrop mendengarnya.
"Baiklah, Toy. Tadi kau bilang ini di leaf valley, kan?" ucap Micah. Toy hanya menganggukan kepala.
"Leaf valley itu di mana, ya?" tanya Micah bingung. Sebelumnya dia tidak tahu kalau ada tempat yang bernama leaf valley, selain Sharance dan sekitarnya. Mendengar pertanyaan Micah, Toy menjadi bingung.
"Maksudnya?"
"Um, bagaimana aku menjelaskannya, ya? Ah, begini saja! Apa kau tahu di mana desa Sharance?" tanya Micah. Toy semakin bingung.
"Apa itu?" Toy berbalik tanya.
Akhirnya mereka berdua saling menatap kebingungan. Hanya ada tanda tanya besar di kepala mereka, dan mereka juga tidak tahu harus bicara apa.
"M-maafkan aku, sepertinya aku menggunakan kemampuan teleportasiku terlalu besar. Jadinya aku berpindah tempat terlalu jauh," ucap Micah.
"Teleportasi?" Toy masih kebingungan.
"Hah? Kau tidak tahu teleportasi?" ucap Micah terkejut. Toy hanya menggelengkan kepalanya.
"Bagaimana dengan dungeon. Apa kau tahu?" tanya Micah semakin penasaran. Tapi Toy hanya menggelengkan kepalanya.
Mengetahui hal itu, Micah hanya bisa sweatdrop.
"Sepertinya aku telah berpindah ke suatu tempat yang memang sangat jauh dari Sharance," pikir Micah dalam hati.
"Um, Micah!" Kali ini Toy yang memulai pembicaraan. "Apa kau mau berkeliling?"
"Hah?"
"Berkeliling kota ini," ucap Toy.
"Um, Baiklah," ucap Micah.
Mereka berdua pun sepakat untuk berkeliling Leaf valley. Namun ternyata dari percakapan awal, mereka sudah dimata-matai oleh dua orang berpakaian rapih.
"Hey, apa kau mengerti maksud dari situasi ini?" tanya pria satu yang mengenakan pakaian rapih.
"Seseorang yang berpakaian aneh sedang bicara dengan Toy?" jawab pria dua yang juga mengenakan baju yang sama.
"Bukan itu, bodoh!" ucap pria satu kesal.
"La-lalu?"
"Lihat orang yang berpakaian aneh itu! Bukankah aneh jika dia tiba-tiba jatuh dari langit? Lagi pula sebelumnya tidak ada pesawat yang melintas. Aku merasakan ancaman besar dari orang itu!"
"Ta-tapi bukankah kita juga pernah menjadi ancaman besar bagi leaf valley?"
"Itukan dulu! Sekarang kita akan menyelamatkannya. Ayo kita bersiap untuk ini!"
Kedua pria berbaju rapih pun pergi ke suatu tempat. Micah dan Toy pun berjalan keluar pantai menuju plaza.
"Woah, Kita di mana sekarang?" tanya Micah kagum.
"Ini Plaza," balas Toy.
"Plaza? Terlihat lebih besar dari plaza yang aku lihat," ucap Micah.
"Di tempatmu juga ada plaza, ya?" tanya Toy sambil tersenyum. Micah hanya mengangguk senang.
Tiba-tiba tanah bergetar keras. Terdengar suara mesin yang mengeluarkan uap. Terlihat robot besar menyeramkan dengan gergaji mesin di kedua lengannya. Siapa pun yang melihatnya pasti kabur ketakutan, tapi itu tidak berpengaruh kepada Micah dan Toy. Tiba-tiba muncul kedua pria berpakaian rapih membawa remote yang berguna untuk mengendalikan robot menyeramkan tersebut.
"Wah, wah, ternyata kau tidak takut melihat robotku ini, ya. Orang asing!"
"Ya, pergi kau dari sini!"
Micah dengan sigap bersiap untuk serangan. Ia mengeluarkan senjata tajamnya, Steel Edge, dan berdiri di depan Toy untuk melindunginya.
"H-hey, lihat! Orang itu membawa senjata! Dia pasti berniat jahat!"
Toy memandang Micah dari belakang dan tanpa pikir panjang dia langsung maju untuk berdiri di depan Micah. Ia langsung menghadang Micah yang akan memulai serangan. Micah mempercayai Toy dan ia langsung memasukkan senjatanya kembali ke tas. Tak lama kemudian, seoarang gadis berambut putih kuncir dua datang dan sengaja masuk ke dalam situasi yang menegangkan tersebut.
"Hey, Renton! Charles! Apa yang sedang kalian lakukan dengan semua kekacauan ini!" teriak gadis itu.
"Boss!?" teriak kedua pria berpakaian rapih tersebut terkejut. Charles dan Renton.
"Alice!?" Toy juga terlihat terkejut ketika melihat gadis tersebut.
Ternyata gadis tersebut adalah Alice, seorang pemimpin dari perusahaan Funland yang gagal menghancurkan leaf valley untuk dijadikan taman bermain, dan menyerahkan kepercayaannya kepada Toy untuk melindungi leaf valley.
"Sebaiknya kalian mempersiapkan alasan bagus untuk menjelaskan semua kekacauan ini!" ucap Alice marah.
"Ta-tapi boss, apa kau lihat orang asing berpakaian aneh itu? Dia terlihat sangat mencurigakan," ucap Charles membela diri.
"Be-betul boss, kami rasa akan ada hal buruk yang terjadi karena ini," sambung Renton.
"Itu alasan yang payah! Bukankah sudahku bilang untuk tidak membuat robot Wild Tree Mecha bodoh ini lagi!" ucap Alice semakin kesal.
"Ta-tapi ini keadaan yang genting."
"Re-Renton benar. Lagi pula nama robot ini adalah Wild Tree Mecha-Tipe 2 Extreme, boss," ucap Charles.
"Aku tidak peduli dengan nama robot bodoh itu! Yang lebih penting, kau tidak boleh menunjukkan suatu ancaman kepada gadis turis itu!" ucap Alice sambil menunjuk ke arah Micah. Micah sweatdrop melihat kelakuan Alice.
"Alice...," Toy memanggil Alice. Alice pun segera memandang Toy.
"Ya, Toy?"
"Dia bukan gadis."
"Eh!?"
"Dia laki-laki."
"EEHHH...!?"
Wajah Alice langsung memerah dan salah tingkah. Micah sweatdrop melihatnya.
"Ta-tapi wajahnya terlihat feminim, kan? Ja-jadi aku tidak harus minta maaf karena itu," ucap Alice terbata-bata. Micah semakin sweatdrop dan Toy hanya tersenyum sambil menggaruk kepalanya.
Alice langsung mengganti topik pembicaraan dan menghadap anak buah bodohnya dengan perasaan yang bercampur kesal dan malu. "I-intinya, kalian berdua harus menghancurkan robot bodoh ini lagi!"
"Ta-tapi, boss...," ucap Renton dan Charles bersamaan.
"Tidak ada alasan lagi! Hancurkan benda bodoh ini dan segera minta maaf kepada Toy dan p-pria di sampingnya itu!" perintah Alice kepada anak buahnya.
"Baik, boss."
"Ma-maafkan aku, turis."
"Jangan maafkan Renton, maafkan aku saja!"
"Apa kau bilang!?"
Renton dan Charles bertengkar satu sama lain. Micah pun menarik kesimpulan kalau penduduk di sini memang sedikit aneh.
"Haha, tidak apa. Aku sudah memaafkan kalian, kok. Setidaknya tidak ada yang terluka, kan," ucap Micah sambil tersenyum.
"Baiklah kalau begitu kami pergi dulu untuk menghancurkan robot buatan Charles yang bodoh ini," ucap Renton kepada Micah.
"Apa kau bilang!? Kau tidak pernah tahu apa arti mahakarya, Renton," balas Charles kepada Renton.
"Sudahlah kalian berdua! Cepat pergi dan bereskan semua kekacauan ini!" ucap Alice.
"Baik, boss!" balas Charles dan Renton bersamaan.
Charles dan Renton pun pergi meninggalkan plaza bersama robot menyeramkan itu. Suasana kembali tenang di plaza, sekarang hanya tertinggal Micah, Toy, dan Alice.
"Alice, Terima kasih untuk semuanya," ucap Toy dengan tulus.
"I-itu hal biasa, lagi pula mereka itu anak buahku. Jadi itu hal biasa untukku," ucap Alice. Toy tersenyum kepada Alice. "Oh ya, aku belum tahu namamu," sambung Alice menghadap Micah.
"Oh benar! Maaf terlambat memperkenalkan diri, namaku Micah. Aku berasal dari Sharance," ucap Micah memperkenalkan diri.
"Sharance?" Alice bingung. "Itu... di mana?"
"Um, itu... sebuah tempat yang sangat jauh dari sini, mungkin," balas Micah ragu.
"Aku tidak pernah dengar itu. Bagaimana kau bisa ke sini?" tanya Alice.
"Aku melihatnya jatuh dari langit," jawab Toy.
Seketika suasana menjadi hening.
"HAH!? KAU JATUH DARI PESAWAT?" teriak Alice memecah keheningan.
"Pesawat? Apa itu?" sekarang giliran Micah yang bertanya. Toy dan Alice terkejut.
"Kau tidak tahu apa itu pesawat?" ucap Toy.
"Semua orang pasti tahu apa itu pesawat, bahkan orang bodoh sekali pun," ucap Alice.
Seketika Toy merubah topik pembicaraan.
"Alice, apa kau ada waktu luang?" tanya Toy pada Alice.
Mata Alice berkaca-kaca, dia terlihat senang. Kenapa tidak? Seorang pria pemberani yang telah mendapatkan kepercayaannya untuk melindungi leaf valley sedang menanyakan kesibukkan waktunya.
"Me-memangnya kenapa kau menanyakan itu?" ucap Alice.
"Tidak apa, Aku hanya takut kau terlalu sibuk," balas Toy. "Aku akan meminta Dia jika kau menolak."
Karena posisinya tidak mau tergantikan oleh kutu buku yang hanya berdiam diri di Clove Villa seharian, dengan spontan Alice mengatakkan keinginannya.
"BA-BAIKLAH AKU MAU BERKENCAN DENGANMU!" teriak Alice dengan wajah merah seperti tomat.
"Tapi, aku bukan ingin berkencan," ucap Toy.
"EH?"
"Aku ingin Alice mengajak Micah berkeliling leaf valley. Aku masih ada urusan kebun," ucap Toy membuat Alice kesal.
"K-kau...! Berani-beraninya kau memainkan perasaan seorang wanita cantik sepertiku! Kau harus bertanggung jawab!"
Micah tertawa kecil mendengarnya. Alice melihat Micah yang sedang tertawa, rasanya ia akan mati karena rasa malunya.
"Kalau memang itu maumu, lebih baik minta Dia saja," ucap Alice memalingkan wajahnya yang sudah sangat merah.
"Baiklah kalau itu keinginan Alice..." ucap Toy.
"Kau mau kencan?" balas Alice.
"...Aku akan meminta bantuan Dia,"
"JANGAANN...!" teriak Alice. "Akan aku urus."
Toy hanya menggaruk kepalanya.
"Baiklah kalau begitu, aku akan mengurus kebun dulu. Jika sudah selesai, aku akan menemui kalian," ucap Toy sambil meninggalkan Alice dan Micah.
"Toy punya kebun?" ucap Micah.
"Ya, kau baru tahu? Dia itu petani hebat sekaligus pahlawan leaf valley," ucap Alice. Micah pun teringat akan kenangannya di Sharance. Selama ini Micah telah membantu banyak orang dan dianggap sebagai pahlawan Sharance. Micah rindu akan teman-temannya.
"Kau kenapa?" tanya Alice kepada Micah yang terlihat murung.
"Ti-tidak ada apa-apa," ucap Micah menyembunyikan perasaannya.
"Baiklah, kalau begitu bisakah kita selesaikan ini dengan cepat?" ucap Alice.
"Untuk?"
"Untuk berkenalan dengan penduduk leaf valley," balas Alice. Micah merasa sedikit gugup. Ia tidak tahu harus berkata apa, jadi ia hanya menuruti perkataan Alice. Micah hanya mengangguk tanda setuju.
"Baiklah, ayo!"
Mereka berdua pun mengelilingi leaf valley. Tujuan pertama adalah Food Store. Mereka bertemu Ronald di sana, dan Micah mulai memperkenalkan diri. Karena sikapnya yang ramah, maka Micah mendapatkan satu telur ayam dari Ronald sebagai ucapan Selamat Datang.
Sehabis dari toko Ronald, mereka melanjutkan perjalanan ke Sunny Garden Cafe. Mereka bertemu dengan Katie dan Wallace. Micah memperkenalkan dirinya. Sama seperti Ronald, Micah mendapatkan hadiah ucapan selamat datang dari Wallace berupa keju segar. Sehabis dari kafe, Alice dan Micah melanjutkan perjalanan keliling leaf valley dan memperkenalkan Micah kepada semua orang. Micah bertemu banyak orang ramah dan juga unik di sana. Hampir semua orang telah ditemuinya, kecuali Dia. Micah juga sempat merasa Ada sedikit keanehan ketika ia melihat tiga kurcaci dan satu peri cantik, masalahnya Alice tidak dapat melihat mereka. Micah sempat berbincang dengan mereka ketika Alice sedang berbicara sendiri.
Tak terasa langit sudah jingga, Alice dan Micah pergi ke arah rumah Toy. Micah melihat-lihat keadaan sekitar di rumah Toy, ia melihat hamparan kebun yang cukup luas dengan berbagai macam tanaman. Namun, Micah tidak bisa melihat kebun tersebut berlama-lama, karena mereka mulai masuk ke dalam rumah Toy.
Sesampainya di rumah Toy, mereka mendapati Toy sedang bersama seorang gadis dengan gaun hijau indah. Gadis Itu bernama Dia.
"Toy! Kenapa Ada Dia di sini?" tanya Alice kesal. "Kau bilang tidak akan meminta bantuan Dia?"
"Bukan aku, Dia sendiri yang datang sambil membawa buku ini," ucap Toy.
"Toy benar, aku hanya ingin menunjukkan buku ini. Aku dan Toy sudah ada janji sebelumnya," jelas Dia sambil menunjukkan bukunya. Micah memperhatikan buku itu dengan saksama. Buku tersebut membawa kesan yang tak asing bagi Micah, walau sebenarnya ini pertama kali baginya melihat buku tersebut.
"Buku itu...," ucap Micah. Alice, Dia, dan Toy langsung memandang Micah.
"Maaf, kau siapa?" tanya Dia.
"Micah, dari Sharance," balas Micah. Dia terkejut.
"Mi... cah?"
"Ya?"
"Micah? Kau Micah?"
"Ya, ada apa?" ucap Micah curiga.
"Kau tahu orang ini, Dia?" ucap Alice.
"Sepertinya aku tahu," balas Dia ragu. Dia pun membuka isi buku yang ia bawa dan membacanya. Paragraf demi paragraf Dia baca, tetapi entah kenapa wajah Micah semakin pucat. Semua cerita yang dibacakan Dia sama persis dengan apa yang Micah alami di Sharance. Sampai di suatu halaman, Dia berhenti membaca.
"Tidak mungkin!" ucap Micah dengan nada tidak percaya. Semuanya terkejut ketika mengetahui kenyataan.
"Micah sepertinya kau memang bukan dari dunia ini," ucap Dia.
"Sepertinya... begitu," balas Micah.
Dia pun menutup buku tersebut. Buku yang tidak asing bagi Micah. Buku yang terhubung dengan kehidupan Micah. Buku yang berjudul Rune Factory 3.
TBC
Lanjut Chapter 2: Petualangan
