Bermula dari relay di instant messenger Line, cerita lama yang belum selesai bergulir kembali. Membangkitkan kenangan yang mati suri; menyalakan rasa yang pernah padam.
Sepotong kisah cinta Uchiha Sasuke dan Haruno Sakura.
.
.
.
Relay-able Feeling
Disclaimer : Characters cc Masashi Kishimoto
Plot and story cc taevtae
Warning : OOC, typos, plot rush, AU, bahasa non-baku, nggak jelas :')
Happy reading and enjoy the story!
.
.
.
Haruno Sakura menguap lebar sambil membereskan mejanya. Sudah menjelang pagi sementara ia sendiri belum tidur. Ya, membuat dua puluh sketsa pakaian beserta contoh user-nya dalam dua hari adalah hal biasa bagi mahasiswa-mahasiswi jurusan fashion design.
Sakura mengambil jurusan fashion design di Konoha National University dan kini sudah berada di tahun keduanya menjadi mahasiswi di jurusan yang menyandang status sebagai jurusan fashion design terbaik di Jepang itu.
Sakura mengambil ponselnya yang terletak di sebelah buku sketsa desainnya dan iseng membuka instant messenger Line. Kelas studionya hari ini dimulai siang nanti, yaitu pukul satu. Sekarang masih pukul setengah tiga pagi dan ia belum merasa mengantuk setelah malam tadi meminum segelas besar kopi hitam agar bisa terjaga sampai tugasnya selesai.
Sakura menggeser layarnya, menampilkan timeline. Setelah beberapa status, profile update, dan posting lainnya, ia terpaku pada relay yang dipost empat jam yang lalu dengan latar hitam dan tiga kata: TBH about me?
Sebenarnya itu hal biasa. Teman-teman Sakura yang lain pernah membuat relay lainnya yang lebih gila. Seperti Namikaze Naruto, teman sekolah menengahnya, yang membuat relay kontroversial dan banjir komentar: Kouhai, Senpai, atau op*ai? *men only! :P*.
Yang membuat Sakura sedikit kaget adalah Uchiha Sasuke, mantan crush-nya semasa sekolah menengah, sekaligus sahabat Naruto, yang terkenal cuek dan dingin yang membuat relay bertuliskan 'TBH about me?' itu.
Sakura menggeser relay tersebut, melihat posting komentar teman-temannya yang lain. Seperti biasa, Naruto berkomentar hal gila: Kapan lo nembak gue?. Atau Uzumaki Karin, yang sepertinya masih mengejar-ngejar Sasuke sampai sekarang dengan komentar genit—dan out of topic—nya: Calon suamiku, Sasuke-kun~. Sampai sahabatnya, Ino, yang menuliskan: Pengecut WKWK iykwim, Sasuke.—yang sama sekali tidak Sakura mengerti.
Tanpa beban, Sakura mengklik relay itu dan menekan kolom join. Ia kemudian menuliskan 'Pernah jadi crush gue waktu kelas sepuluh hahaha' dengan latar pink.
Setelah komentarnya ter-post, Sakura keluar dari laman Line, mengatur alarmnya pada pukul sepuluh, dan tidur.
Sama sekali tidak menyadari, di lain tempat, orang yang memulai relay itu membaca dengan wajah panas.
.
.
.
"Forehead! Ini beneran lo join relay-nya Sasuke?"
Sakura dan Ino kini berada di café kampus sambil menikmati late-lunch mereka—makan siang pukul tiga sore lebih. Sakura mengangguk ringan pada Ino yang menatapnya tajam, tidak sadar ada sesuatu pada tatapan Ino.
Sakura meneguk iced hazelnut-nya, kemudian mengerutkan kening ketika akhirnya menyadari ada yang aneh pada Ino.
"Kenapa, sih, Pig?"
Ino menatap Sakura gemas. "Lo sadar lo nulis apaan? Ini lo tulis jam tiga kurang, lho! Jangan-jangan lo nggak nyadar, lagi, nulis apaan!"
Sakura tertawa kecil. "Gue sadar, kok, No. Emang gue sengaja komentar gitu. Relay-nya sendiri, kan, 'TBH about me?', ya, gue tulis aja sejujur-jujurnya."
Ino melongo mendengar jawaban lancar Sakura. "Lo nggak mikirin perasaan Sasuke pas baca ini?"
Wajah Sakura menjadi kaku. "Gue… salah, ya, Pig? Kalo ceweknya Sasuke baca, gimana, ya? Apa gue hapus aja—"
"Kalo lo hapus kesannya aneh, tahu! Udah banyak juga yang lihat, sampai nanya-nanya ke gue segala," cerocos Ino. "Lagian, nih, ya, Sasuke itu masih single sampai sekarang," tambah Ino.
"He? Ngapain juga mereka nanyanya ke lo? Kan, bisa tanya langsung ke gue?" tanya Sakura tak paham, sementara Ino hanya menghela napas pelan.
"Lo no response, gitu, buat pernyataan, 'Sasuke masih single'?"
Sakura jadi salah tingkah. Ino yang melihat reaksi sahabatnya tersenyum lebar. "Jadi emang belum move on, ya? Gimana kalo lo deketin Sasuke aja lagi, Ra, daripada forever single gitu."
Sakura mendengus sambil menyeruput kembali iced hazelnut-nya. "Kemungkinan dia balik suka sama gue itu nol persen, Pig, so, stop dreaming!"
"Salah. Keep on dreaming, Ra! Lo jangan nyerah hanya gara-gara dulu cinta lo bertepuk sebelah tangan—"
"Crush, No, gue nggak ngejar-ngejar dia," sela Sakura. Ia menopangkan dagu di kedua tangannya, kali ini lebih fokus bicara pada Ino. "Gue cuma suka sama dia dari jauh, nggak lebih. Apalagi waktu itu, kan, dia lagi deket sama Karin—"
"Baka! Sasuke nggak mau sama Karin!" Kali ini Ino yang memotong perkataan Sakura. Ia menyempatkan diri untuk memberi Sakura sebuah jitakan pelan di dahi, membuat si gadis pink meringis pelan. "Sasuke mungkin malas aja nanggapin Karin yang ganjennya luar biasa itu," tambah Ino dengan nada nyinyir.
"Mungkin, kan?" ucap Sakura lirih. "Udah, ah, No. Jangan dibahas lagi. Gue udah move on, kok. Yaaa.. emang, sih, belum suka sama siapa-siapa lagi, tapi gue udah siap ketemu orang yang tepat, kok."
Ino tidak membalas perkataan Sakura lagi. Ia sudah begitu keras memberi kode, namun Sakura tak kunjung peka. Jika ia sudah tidak bisa membujuk Sakura lagi, berarti hanya satu orang yang bisa meyakinkan Sakura.
Uchiha Sasuke.
Lelaki yang ternyata menyukai Sakura lebih lama dari yang bisa gadis itu bayangkan.
.
.
.
"Teme! Udah baca relay lo? Komentarnya Saku-chan!"
"Hn."
Sasuke dan Naruto memang tidak berada di jurusan yang sama—Sasuke di jurusan arsitektur dan Naruto di jurusan Teknik Industri. Sekarang mereka sedang duduk-duduk sambil minum cola di anak tangga di depan gedung Engineering—ya, mereka kuliah di gedung yang sama.
"Terus gimana? Lo ke depannya mau gimana? Kemana-mana juga cowok yang mulai, Teme, jangan sampai Saku-chan di—"
"Berisik, Dobe," potong Sasuke dengan wajah datar. Inilah akibat ia menceritakan perasaannya pada Naruto dobe. Oh, ya, setelah kelulusan sekolah mereka, Sasuke yang waktu itu galau berat karena takut tidak bisa bertemu Sakura lagi menceritakan perasaannya pada Naruto yang sama sekali tidak membantu. Lelaki tan itu malah mengatakan hal-hal umum seperti, 'Tabah, ya, Teme. Kalo jodoh nggak ke mana,' yang membuat Sasuke dongkol juga karena sudah menceritakan hal memalukan itu pada sahabatnya.
Selain pada Naruto, Sasuke juga terpaksa menceritakan masalah ini pada Yamanaka Ino, sahabat Sakura. Awalnya ia tidak mau lagi menceritakannya pada siapa pun, tapi Naruto no Baka itu malah menggeretnya pada Ino yang kebetulan sedang sendirian saat itu dan langsung membeberkan masalah Sasuke, sementara si empunya masalah tidak mengatakan apa-apa. Jadilah Naruto dan Ino yang sibuk membicarakan ini-itu.
"Lho, emangnya lo udah nggak suka sama Saku-chan?"
Sasuke melayangkan death glare-nya pada Naruto. "Hn," tapi hanya itu yang bisa Sasuke keluarkan dari mulutnya.
Naruto berdecak sebal. "'Hn, hn' mulu, lo, tiap diajak ngomong! Jadi cowok, kok, lenje amat! Bener, tuh, kata Ino-chan, lo itu pengecut!" Naruto sengaja memanas-manasi Sasuke, tahu tabiat Uchiha yang memiliki gengsi selangit dan sifat tidak mau kalah.
Sasuke menggeram kesal, sementara Naruto dalam hati bersorak senang karena rencananya berhasil. "Gue bukan pengecut."
Naruto semakin semangat jadi kompor gas(?). "Nih, ya, buktinya lo nggak bisa bertindak selama ini. Nggak berani dekatin Sakura. Sekedar say 'Hi' aja gengsinya selangit. Makin dewasa Sakura itu makin cantik, Teme. Gue yakin yang suka sama dia di kampus ini juga banyak—"
Naruto menghentikan kata-katanya ketika melihat Sasuke yang tiba-tiba bangkit dan berjalan menjauh.
"Woy, Teme! Mau kemana lo?"
"Mau buktiin kalo gue bukan pengecut!" balas Sasuke tanpa menoleh, meninggalkan sahabat kuningnya yang melongo kebingungan.
"Cola-nya buat gue aja kali, ya?"
.
.
.
Sakura dan Ino hendak meninggalkan café, namun urung beranjak saat Sasuke dengan napas terengah dan wajah stoic-nya menghampiri meja mereka.
Tepatnya, menghampiri Sakura dan menatap tajam gadis yang kini sudah merona itu.
"Eh? Sas—"
"Gue suka sama lo."
"HAH?!"
Tidak hanya Sakura, tapi Ino dan hampir sebagian orang yang ada di café itu bereaksi sama. Kebanyakan adalah mahasiswi yang mengidolakan Sasuke. Beberapa adalah mahasiswa yang baru-baru ini naksir Sakura.
Sasuke kemudian menoleh pada Ino dengan tatapan tak kalah tajam dari sebelumnya. "Dan Yamanaka, gue bukan pengecut."
Ino yang tadinya sedang kaget malah senyum-senyum tidak jelas. "Nah, gitu, dong! Tinggal ngomong dari dulu aja apa susahnya, sih!" ujar gadis pirang itu, membuat Sakura kebingungan.
"Kenapa, sih, No?"
Sebelum Ino membuka mulutnya, Sasuke angkat bicara, "Kalo gue pernah jadi crush lo, lo itu first love gue. Kalo lo pernah suka sama gue, gue suka sama lo dari dulu sampai sekarang—dan akan terus begitu. Kalo lo udah mau move on, maaf, Nona, nggak gue izinin." Sasuke duduk di sebelah Sakura dan menggenggam tangan gadis itu. "Don't move. Stay."
Sakura merasa jantungnya berhenti berdegup saat Sasuke menggenggam tangannya dengan hangat, ditambah dengan tatapan lembut namun seriusnya. Oh, jangan lupakan rentetan kata-kata manis yang sepertinya tidak akan diucapkan seorang Uchiha.
Sasuke tersenyum kecil, membuat siapa pun yang melihatnya meleleh karena baru pertama kali melihat senyuman maut Uchiha Sasuke.
"Lihat-lihatan aja! Kapan nembaknya, Teme?"
Naruto yang mengikuti Sasuke langsung duduk di sebelah Ino yang sedari tadi jadi penonton kedua orang yang sudah diship-nya sejak dulu ini on the way jadian.
"Iya, nih, Sasuke! Kapan bilang, 'Lo mau jadi pacar gue nggak?'-nya?" sambung Ino.
Sasuke tidak menghiraukan kedua pengganggu yang duduk di depannya ini. Ia menatap Sakura dalam, memperhatikan kedua emerald jernih gadis itu. Memperhatikan wajah manis gadis itu. Memperhatikan helaian-helaian yang keluar dari ikatan rambut gadis musim semi itu. Memperhatikan bibir pink yang… Nggak, gue harus menahan diri, batin Sasuke. Ehm. Mari kita lanjutkan. Memperhatikan Haruno Sakura dan segala hal yang ada pada gadis itu yang bisa membuat Sasuke berdebar-debar dan salah tingkah.
"Haruno Sakura," Sasuke berkata lembut dengan suara rendahnya. "Ayo lanjutin relay-nya."
Sakura memiringkan kepalanya bingung. Lagi manis-manisnya, kok, malah ngomongin relay?
"Relay?" Sakura menyuarakan pikirannya.
"Relay perasaan gue, perasaan lo," Sasuke menghela napas pelan, "Perasaan kita," tambahnya. "Relay yang nggak ada garis finish-nya. Relay yang nggak ada kata the end-nya. Relay yang isinya kita berdua."
Sakura tidak bisa berkata apa-apa selain mengangguk bahagia. Dan tidak ada yang lebih bahagia dari perasaan saat Uchiha Sasuke menariknya ke dalam pelukan.
Pelukan pertama dari—yang sebenarnya adalah—cinta pertamanya.
.
.
.
—EPILOGUE"Sasuke-kun, kamu udah berapa lama, sih, suka sama aku?"
Sakura dan Sasuke saat ini berada di ruang keluarga kediaman Haruno. Sasuke menemani Sakura yang masih sibuk mengerjakan sketsa spring style-nya.
"Hn."
Sakura menyimpan pensilnya dengan kesal. Kenapa, sih, pacarnya ini begitu irit bicara?
"Apa susahnya, sih, kasih tahu aja? Aku kan, kepo, Sasuke-kun!"
Sasuke terkekeh pelan, lalu mengusap-usap kepala gadis kesayangannya. Gadis yang bisa membuatnya menjadi lelaki hangat—hanya pada Sakura, tentunya.
"Dari MOS waktu SMA," jawab Sasuke kalem.
Sakura membelalakkan matanya. "Hah? Udah lama banget, dong?" tanyanya, yang disambut dengan anggukkan lelaki stoic itu. "Aku aja suka sama Sasuke-kun waktu kelas sepuluh semester dua!"
Sasuke terkekeh lagi. Baginya sangat mudah untuk tersenyum atau tertawa jika bersama dengan Sakura. Hari-harinya terasa lebih hangat.
"Kamu, kan, nggak peka," balas Sasuke sambil—lagi-lagi—tersenyum. Semenjak berpacaran dengan Sakura, ia juga yang berinisiatif untuk menggunakan 'aku-kamu' dengan gadisnya. Uchiha yang sangat out of character.
Sakura mengerucutkan bibirnya. "Gimana mau peka, kalo dikasih kode aja enggak!"
Kali ini tawa Sasuke keluar, membuat Sakura yang berada di sebelahnya mau tidak mau ikutan tertawa. "Untung aja kamu lihat relay aku waktu itu, dan kasih komentar gitu." Sasuke menghadapkan dirinya pada Sakura, lalu memegang kedua bahu gadis itu dan menempelkan hidung mereka, mengeliminasi jarak yang ada di antara mereka. "Aku sayang kamu, Haruno Sakura."
Sebelum Sakura membalas perkataan Sasuke, kedua bibir mereka bersentuhan. Bukan ciuman panas, hanya ciuman singkat—terlebih karena ini rating T hehehe *plak.
Sasuke memegang wajah merah Sakura dengan kedua tangannya. "Jangan pasang tampang begitu, dong. Aku, kan, harus tahan-tahanin diri biar nggak kebablasan."
Sakura segera menarik dirinya menjauh. "KYAK! Dasar pervert!"
Lagi-lagi Sasuke tertawa. Sungguh, hanya cinta dan Haruno Sakura yang bisa membuat seorang Uchiha jadi sebegini out of character-nya.
Oh, tidak hanya cinta dan Haruno Sakura. Berterimakasih jugalah pada relay yang menjadi accidental cupid mereka.
.
.
.
—FIN—
.
.
.
Hai, hai! Aku kembali dengan fic abal-abal a la taevtae hehehe. Maaf, belum bisa kasih fic yang bagus, cuma ini yang ada di kepala aku :')
Ide fic ini sebenernya didapet pas ada game di Instagram yang ini, nih, 'DM me and I'll do this,' yang jadi semacam relay gitu. Kebetulan di Line ada relay juga, jadi biar lebih simple aku pakai relay Line :D
Gimana fic-nya? Please leave a review for me yaaa, aku butuh kritik dan saran dari reader(s) semua :)))
Thankyou for reading (and review-ing for those who leave a review). See you in another fic(s) of mine! :)))))
