Disclaimer:
1. Reki Kawahara. Saya hanya fans SAO biasa yang suka bikin drabble.
2. B.A.P untuk lirik Coffee Shop-nya yang saya taruh di baris pertama.
.
.
Kirito's
.
.
Monday, Tuesday, everyday.
Aku di sini. Duduk dan menggenggam secangkir kopi. Dan diam. Dan menunggumu. Menunggumu kembali.
Orang akan mencemooh ketika melihatku. Mereka berkata bahwa apa yang kulakukan akan sia-sia. Bahwa kau tidak akan kembali kepadaku lagi. Bahwa aku, pada akhirnya, akan jadi semacam titik-titik debu di jalanan. Yang terabaikan. Olehmu.
Tapi seperti yang sudah kau ketahui: aku tidak akan peduli. Atau mendengarkan. Yang kupercayai di dunia ini adalah diriku sendiri. Dan dirimu, seringkali. Orang lain tidak akan memahamiku, kecuali kau. Aku merasa amat muak ketika mereka memasang topeng malaikat di depan wajah dan memberi ceramah; tentang betapa luasnya bumi ini, dan bagaimana perempuan-perempuan lain lahir setiap hari. Bagaimana, dengan sedikit keajaiban, aku akan bertemu dengan salah satu dari mereka dan melupakanmu.
Betapa bodoh, kau tahu?
Kau begitu bersinar. Amat bersinar. Aku ingin memenuhi seluruh narasi dengan pujian terhadap dirimu, namun aku khawatir kau justru akan mengibaskan tangan tidak peduli dan bergumam, 'Kau berlebihan, Kirito.' Padahal kau juga tahu bahwa aku tidak mungkin berbohong padamu. Kau begitu terang; menyilaukan sekaligus menghangatkan. Bagaimana mungkin aku sanggup mendustaimu? Bagaimana mungkin aku bisa menyerah terhadapmu dan memilih untuk berpaling?
Ada banyak jenis kehidupan di dunia ini. Semua bergantung pada diri kita; bergantung dari apa yang kita inginkan. Kehidupanku tidak lagi sama semenjak masuk ke dalam dunia game itu; sepertimu, dan seperti pemain-pemain yang lainnya. Rasanya aneh mendapati seperangkat komputer teronggok di meja di samping kasurku, alih-alih sebilah pedang besar seperti dulu. Rasanya aneh menjalani hari-hariku kembali tanpa ada dirimu. Tanpa ada masakan-masakanmu, yang meski hanya virtual, namun terasa enak.
Kau boleh menyebutku egois, namun aku menginginkan kedua kehidupanku berjalan bersamaan. Aku tidak bisa tidak berharap melihatmu tidur di sebelahku di setiap malamnya; namun aku juga sadar betapa hidup di dunia yang sama sekali maya tidak akan berdampak baik. Ah, aku tahu kau akan mengerti. Hanya dirimu yang memahamiku. Maka karena itu aku akan menunggu.
Maafkanlah aku karena bersikap begini egois. Aku menginginkan kebahagiaanku, dan itu adalah dirimu. Aku tidak tahu di mana pikiranmu sedang berada saat ini; aku tidak peduli apakah dirimu bahagia dan sejahtera di sana. Aku hanya ingin kau kembali.
Percayalah, Asuna, aku akan menunggumu. Selalu.
FIN
Author's note:
Hai, again. Terima kasih banyak buat yang bersedia mereview/menge-fav ff saya yang pertama. Saya seneng, betul deh. Sebenernya saya mau balas satu-satu, tapi bingung mau bilang apa.. jadinya ngga jadi. Pokoknya saya seneng, serius.
Dan ini fic kedua saya, yah. Jadi ceritanya tadi keputer Coffee Shop-nya B.A.P di music player, terus kepikiran buat ngedrabble. Coffee Shop itu tentang cowok yang nungguin cewek kan, lalu saya teringat.. Kirito. Sentimentil banget di sini, maafkan saya kalau Kirito kerasa OOC. Dan review.. maybe? Izinkan saya tahu bagaimana pendapat kalian ^^ oh, ya, thanks for reading!
