"Kau serius, L?"
Tanya Watari pada seseorang yang duduk di depannya menonton acara berita di televisi sambil menyeruput teh yang rasa manisnya luar biasa itu.
"Tentu saja, Watari."
L menjawab dengan tenang. Kemudian hening tercipta. L yang menyadari Watari masih berdiri dibelakangnya kemudian menoleh dan mendapati ekspresi kekhawatiran terlukis di wajah sang figur ayah untuknya tersebut. L tersenyum lembut.
"Kau tenang saja, Watari. Saya bisa menjaga diri saya sendiri,"
Watari menghela nafas.
"Bukan itu, L. Aku hanya mempunyai firasat kalau rahasia identitasmu akan terbongkar, kau pasti akan mendapat masalah besar,"
L kembali mengarahkan perhatiannya kembali pada acara televisi.
"Saya sudah mempertimbangkan segala kemungkinannya dan saya tidak akan menyerah sebelum menemukannya kembali," L menyeruput tehnya lagi. "Sudah lima belas tahun, dia pasti sudah remaja.. mungkin akan sulit menemukannya," gumam L, sangat pelan sampai sampai mungkin hanya dirinya yang hanya bisa mendengarnya.
"Baiklah jika itu sudah menjadi keputusanmu, saya akan mempersiapkan segala sesuatunya,"
Watari pun menghilang di balik pintu kamar tersebut, namun ia tersenyum sebelum menutup pintu saat mendengar suara yang samar.
"Terimakasih, Watari,"
Change My World by Ellena Lawliet
Death Note by Tsugumi Ohba and Takeshi Obata
Pairing : LightxLxLight ... MattxMelloxNear
Rated : T
Genre : Friendship/Romance/Supernatural
Warning : OOC and Typo(s), saya masih pemula jadi mohon bimbingan Senpai Senpai sekalian
RnR yaaa
Enjoy ~
"Ohayou, Raito!"
Pemuda berambut coklat yang disapa tadi menoleh kearah asal dan mendapati tiga serangkai sahabatnya sedang berjalan cepat kearahnya. Raito tersenyum.
"Ohayou Mello, Matt, Near."
Mereka berempat akhirnya berjalan bersama ke tempat yang mereka tuju, Teitoku Gakuen.
"Tumben sekali kalian datang sepagi ini. Bertiga pula," ujar Raito.
Mello tersenyum.
"Ini kan awal semester, wajar saja kan?" jawab Mello. "Kalau mereka berdua tak tahu kenapa bisa berbarengan denganku seperti ini,"
"Aku hanya ingin berangkat bersama, berdua dengan Mello. Tapi bertemu dengan Near,"
"Saya juga ingin berangkat bersama Mello, tapi saya sudah bisa menduga kalau Matt juga akan melakukan hal yang sama. Makanya saya berangkat lebih awal,"
"Huuh! Coba saja kalau benar bisa pergi berdua. Pasti menyenangkan," gerutu Matt.
"Maaf Matt. Tapi saya-,"
"Arrgh! Kalian ini kenapa sih? Kalau memang ingin pergi bersamaku gak usah berantem!" Seru Mello, tak sadar dengan yang diucapkaannya.
"Mello mau?" tanya Matt dan Near berbarengan. Mello mengangguk. "Dengan siapa di antara kami berdua?"
"Tentu saja tak ada! Kita akan pergi bersama, bertiga! Eh.. kalau Raito mau ikut juga gakpapa,"
Matt dan Near agak kecewa dengan jawaban Mello. Mereka kira Mello akan menerima salah satu dari mereka, ternyata...
"Lihat nanti saja, Mello." Jawab Raito, tersenyum. Bukan untuk Mello, tapi senyum mengejek untuk dua sahabatnya yang berambut merah dan putih. Raito tahu mereka berdua suka pada gadis pirang pencinta coklat itu, namun gadis yang disuka malah tidak peka terhadap 'PDKT' yang dilakukan oleh Matt dan Near. Kasihaaan…
Jam pelajaran pertama...
Pelajaran pertama hari ini adalah Matematika, gurunya adalah Mr. Roger. Seorang pria tua yang sudah berambut dan berjenggot putih yang memakai kacamata. Seharusnya pada umur segitu ia sudah menikmati masa masa tua nya. Tapi entah apa alasannya ia memilih untuk tetap mengajar di SMA Teitoku Gakuen.
Raito duduk di bangku keempat paling pojok sebelah kanan, di dekat jendela. Sedangkan Matt duduk di depan Raito. Di sampingnya duduklah mello dan di sebelah kanan Mello tempat duduk Near. Di kelas ini, satu orang menempati satu tempat duduk.
Pintu ruang kelas terbuka. Suasana yang nampak ribut tadi menjadi hening ketika sang guru memasuki kelasnya. Namun tidak sendiri, di belakangnya seorang anak berambut hitam agak berantakan mengikutinya masuk ke ruang kelas. Bisik bisik terdengar. Raito tertegun dengan sosok yang kini berdiri di samping Mr. Roger.
Ia merasa sangat familiar dengan pemuda di depan.
"Mohon perhatiannya, semuanya harap tenang," perintah Mr. Roger yang sukses membuat kelas menjadi tenang kembali. "Terimakasih. Hari ini kalian akan mendapatkan teman baru, silahkan perkenalkan dirimu,"
"Namaku Ryuzaki dan saya suka makanan manis,"
Pengenalan diri yang singkat dan cool, sukses membuat murid murid cewek geregetan dan blushing, termasuk Mello. Matt dan Near yang melihat semburat tipis-walau hanya sedetik- di wajah Mello membuat mereka merasa sedikit cemburu.
"Baiklah, Ryuzaki-san. Silahkan duduk di sebelah kanan Raito Yagami. Tolong angkat tanganmu, Yagami-san."
Raito mengangkat tangannya. Dan Ryuzaki pun berjalan kearah tempat duduknya yang berada di sebelah kanan Raito, kemudian duduk dengan tenang dan mengikuti pelajaran. Tidak memperdulikan tatapan aneh murid lainnya saat ia duduk dengan cara khas nya.
Raito melirik ke kanan. 'Cara duduknya itu...'
Ryuzaki yang merasa diperhatikan, menoleh kearah Raito. "Ada apa, Yagami-kun?" tanya Ryuzaki.
"Ah..Ehm.. Ti-Tidak apa apa kok," jawab Raito gugup, kemudian memaksakan diri memperhatikan pelajaran yang sedang di terangkan oleh Mr. Roger. Sedangkan Ryuzaki hanya menatap Raito tidak mengerti lalu melakukan hal yang sama dengan Raito, memperhatikan pelajaran.
"Ada yang bisa memecahkan persamaan di papan tulis seperti yang sudah saya terangkan tadi?" tanya Mr. Roger. Kelas hening, semuanya sibuk memecahkan soal matematika itu.
"Bagaimana kalau Raito Yagami?"
"Belom selesai, sensei!"
"Nate River?"
"Not yet,"
"Mihael Keehl?"
"Same,"
"Mail Jeevas?"
"..." *Menggeleng
Roger menghela nafas.
"Jika sudah ada, tolong maju dan kerjakan soal ini," ujar Mr. Roger.
Ryuzaki maju kedepan dan menyelesaikan soal tersebut dengan sangat santai. Setelah selesai, ia kembali duduk. Raito, Near, Mello, Matt yang langganan juara tersebut cengok berjamaah.
"Yaak! Jawaban yang sempurna, Ryuzaki-san,"
"Waaaaah..."
"Hebat!"
"Dia cerdas sekali,"
"Ryuzaki-kun! Keren abiss!"
Berbagai macam ekspresi kekaguman yang terlontar pada satu orang tersebut memenuhi ruangan kelas. Sedangkan orang yang di puji, hanya adem ayem saja.
Waktu istirahat...
"Hai!"
Ryuzaki mendongak dari novel yang sedang dibacanya dan menemukan seorang gadis cantik berambut pirang dengan tiga temannya yang berambut merah, putih, dan coklat.
"Kenalkan, namaku Mihael Keehl, panggil saja aku Mello!" Mello memperkenalkan diri dan mengulurkan tangannya. Ryuzaki menatap uluran tangan tersebut sesaat sebelum menyambutnya. "Panggil saja, Ryuzaki. Senang berkenalan denganmu, Mello."
"Namaku Mail Jeevas, panggil saja Matt."
"Nate River, panggil Near saja,"
"Senang berkenalan denganmu, Matt, Near."
"Ku rasa kau sudah tahu namaku. Tapi kita belum berkenalan secara resmi. Namaku Raito Yagami, panggil Raito saja,"
"Senang berkenalan denganmu, Raito-kun," Ryuzaki tersenyum.
DEG!
Raito merasakan jantungnya berdetak keras satu kali saat Ryuzaki tersenyum tadi. Untung saja ia dapat mengontrol dirinya untuk bisa jaim di depan murid baru berwajah imut dan manis di hadapannya ini.
...
...
'Apa yang kupikirkan tadi?'
Raito merasakan wajahnya sedikit memanas. Ia menggeleng keras dan berusaha untuk cool kembali. "Kau kenapa, Raito?"
"Ah.. tidak apa apa," jawab Raito.
Yang lain membulatkan mulutnya.
"Ohya! kami diminta untuk mengantarmu keliling sekolah oleh Mr. Roger. Kau mau?" tanya Matt.
Ryuzaki mengangguk. "Baiklah,"
-0000000000-
"Apa tidak apa apa jika kita masih disini? Bel masuk sudah berbunyi dari tadi," tanya Ryuzaki.
"Sluuurp... Tidak apa apa," jawab Matt, santai sambil meminum jus.
Mereka berlima kini sedang berada di kantin setelah mengantarkan Ryuzaki keliling sekolah yang lumayan (Baca : Sangat) luas itu. Selama mereka tour keliling sekolah tadi, Near bertanya tentang diri Ryuzaki dan disetujui oleh yang lainnya dan akhirnya mendapatkan jawaban yang kurang memuaskan mereka.
Di dalam cerita, Ryuzaki berkata tinggal di sebuah rumah bersama ayahnya (Watari). Ia anak satu satunya dan ia pindahan dari Winchester, Inggris.
"Ryuzaki," panggil Raito. "Ya?"
"Apa kau pernah tinggal di Jepang?"
Ryuzaki mengingat ingat sambil mengemut lolipop nya, "Sepertinya tidak, Raito-kun. Memang ada apa?"
"Tidak.. hanya saja, aku merasa familiar begitu melihatmu,"
"Oh,"
Ryuzaki kemudian terdiam. Begitu pun dengan Raito dan Matt yang sedang sibuk dengan Psp nya. Keheningan tersebut pecah ketika Mello dan Near datang sambil membawa cemilan dengan ceria. Mereka akhirnya memakan cemilan itu bersama sambil bercanda.
-0000000000-
"Bagaimana?"
Tanya seorang gadis berambut putih pada teman laki lakinya yang berambut hitam. "Kau benar, Rem. Tidak ku sangka akan menemukan mereka disini," ujarnya.
"Kalau begitu, cepat beritahu siapa mereka sebenarnya. Waktu kita tidak banyak, Ryuk!" ujar Rem yang akan menghampiri kelima orang yang sedang duduk bercengkrama santai di kantin.
"Jangan dulu, jika kita beritahu secara mendadak seperti ini, yang aku takutkan adalah mereka tidak akan percaya dan mungkin akan kabur,"
Rem terdiam memikirkan kata kata Ryuk. Dan ia mengangguk. "Kau benar juga,"
"Dan lagi..."
Ryuk menyeringai.
"Aku tidak menyangka sang putri akan menyamar menjadi seorang laki laki,"
Rem menatap Ryuk dengan tatapan tidak mengerti. Berfikir sejenak, Rem tersentak.
"Jangan jangan..."
~To Be Continou~
Ellena : Bagaimana fanfic pertama saya? Pendek kah? Jelek kah? Ancur kah? Tidak berbentuk kah? Tidak jelas kah? Semoga saja tidak.. *Berharap besar..
Hm... ini baru permulaan, ada yang sudah bisa menebak siapa kah putri yang dikatakan Ryuk tadi? Hehehehe..
Ryuk dan Rem itu sengaja dibuat menjadi manusia disini, penjelasannya akan dijabarkan pada chapter depan.. makanya Ayo, Review! Reviewer beruntung akan mendapatkan nomor hape Mello! Ayo, jangan sampai kehabisan!
Mello : kok gue yang dijadiin promosian?
Ellena ,L, Light, Matt, Near : Reviiiieeww yaaa!
Mello : jangan nyuekin gue! *Pundung.
