.
Salahkah jika aku mencintai dua orang yang sekaligus di waktu yang sama?
.
.
.
Ela_kyuhyunnie aka Laila-ela Shim MinKyu YeWook proudly presents
An Alternate Universe Fanfiction
"Crazy Love"
Length : 1 of 2
Pair : HoMin7en (JungYunho X Shim Changmin X Choi DongWook aka Se7en)
Rated : T for this part
Warn : Threesome, Typo's, Yaoi, OOC
Note : Disini, karena saya udah bosan dengan panggilan Minnie ato Changmin ato Minku buat nae Changmomo, disini saya pake beberapa nickname Changdola ya~
Chwang (dari kata Chang-nya Changmin) panggilan Kyu buat Changmin di twitternya
Maxie (dari kata Max+suffiks ie) panggilan dari Yunho buat Changmin
Changie (dari kata Chang-nya Changmin, +suffik ie) panggilan dari DongWook buat Changmin
.
.
.
.
"Kyu.. apakah aku salah?" gumamku ketika kami—aku dan Kyuhyun—tengah bertanding PSP di kamarku.
"Maksudmu?" tanya Kyuhyun tanpa mengalihkan pandangannya dari PSP di tangan. Salahkan pada kecintaan kami pada yang namanya game sehingga ketika kami bercakap-cakap seperti ini, pandangan kami masih tetap tertuju pada PSP meskipun kami tengah melakukan pembicaran serius.
"Kau tahu.. aku.. Yunho-hyung dan juga DongWook-hyung..." lirihku bingung. Jujur saja, kedua orang itu membuat hidupku yang selama ini damai dan tenang menjadi terusik.
"Kau masih belum bisa menentukan siapa yang kau cintai di antara mereka berdua?" tanya Kyuhyun to the point.
Aku hanya bisa menghela nafas mendengar pertanyaan Kyuhyun. Sudah beberapa minggu ini suasana hatiku mendung karena dua namja tadi. Choi Dong Wook dan juga Jung Yunho.
"Aku tak tahu Kyu.." ujarku lirih sambil mematikan PSPku dengan sembarangan, yang mengakibatan seruan tak terima dari Kyuhyun yang menjadi lawanku. Aku beranjang dari lantai kamarku—tempatku bertanding PSP dengan Kyuhyun tadi—dan menjatuhkan tubuhku ke atas ranjang sambil menyilangkan kedua lenganku di atas wajahku yang kini pasti terlihat keruh.
"Apakah aku salah kalau aku mencintai keduanya, Kyu?" tanyaku lirih dengan suara bergetar menahan tangis.
"Don't you dare to cry in front of me, Chwang," ancam Kyuhyun ketika mendengar suaraku yang bergetar.
Eh? Kalian berpikir kalau Kyuhyun itu kejam?
Ani. Ani. Kalian salah. Dia berkata begitu karena aku—yang sebelumnya hampir tidak pernah menangis—kini jadi sering menitikkan air mataku beberapa minggu belakangan ini—setelah kedua namja bernama DongWook dan Yunho mengatakan kalau mereka mencintaiku.
Eh? Kalian bilang aku harus merasa senang karena dua namja paling tampan dan paling terkenal di YGSM University itu mencintaiku?
Apa otak kalian itu hanya berupa kumpulan neuron kosong yang tak ada isinya sama sekali, hah?
—ah, aku sedang emosi sekarang ini. Jadi, jika kalian memang orang baik, tanpa aku minta maaf pun, kalian pasti akan memaafkanku, Iya kan?
Nah, kembali ke persoalan tadi, yang membuatku merasa sangat tertekan karena pernyataan cinta keduanya adalah karena keduanya itu orang yang mengisi hatiku. Membagi hatiku dengan perasaan yang bernama cinta itu menjadi dua bagian yang sama besar dan saling mendominasi.
Yunho-hyung, yang merupakan ketua dari klub musik yang kuikuti di kampus ini, adalah namja dengan wajah tampan di atas rata-rata, dengan sikap yang tegas, sedikit kaku dan sedikit dingin, namun di balik itu, aku sangat tahu kalau Yunho-hyung adalah tipe namja yang sangat perhatian dan memiliki hati yang lembut, dan juga sangat bisa di andalkan dalam hal apapun. Sungguh aku mengakui kalau aku selalu merasakan debaran kencang ketika sesekali ia menyunggingkan senyum di bibirnya yang berbetuk hati itu, atau memamerkan tawanya yang mempesona. Ditambah lagi.. dengan suaranya yang sangat sexy setiap kali ia mengiringi lagu dengan rappnya yang apik.
Jika kalian berpikir Yunho-hyung adalah namja tipe kutu buku, kalian sangat salah, karena Yunho-hyung itu memegang sabuk hitam dalam karate. Sewaktu masa Senior High School, ia adalah juara nasional di seluruh Korea—membuat badannya memiliki struktur tubuh yang sangat manly. Dan lagi, Yunho-hyung adalah anak tunggal dari pemilik Jung Corp yang memiliki banyak cabang di Korea dan juga di luar negeri.
Tampan, kaya, maskulin, berbakat. Tak heran meskipun sikapnya kaku, namun banyak yeoja yang mengejarnya dan menganggap sikap kakunya itu sangat cool dan manly. Mungkin memang itu adalah kelebihan Yunho-hyung secara fisik, namun yang paling membuatku tak tahan adalah, ketika aku memikirkannya, jantungku berdetak dengan begitu kencang, dan dadaku terasa hangat, membuatku tersenyum bahagia karenanya.
Bukankah itu yang disebut dengan rasa cinta ketika hatimu merasa hangat dan bahagia ketika memikirkannya?
.
DongWook-hyung, berbeda dengan Yunho-hyung. Bahkan bisa di bilang jika keduanya adalah tipe yang sangat bertolak belakang. DongWook-hyung adalah tipe namja playboy yang sudah sangat terkenal seantero YGSM ini. Hobinya bergonta-ganti pacar bahkan bisa diibaratkan kalau namja itu lebih sering bergonta-ganti pacar di bandingkan berganti motor—yang selalu ia ganti setiap harinya.
Namun tak ada yang bisa menandingi keseriusan dan kecermatannya mengambil langkah di setiap pertandingan basket antar kampus itu. Ya, Dong Wook-hyung adalah kapten tim basket YGSM University ini—yang sudah mempersembahkan banyak piala, trofi dan piagam penghargaan untuk kampus ini.
Wajahnya yang tampan, kekayaan yang melimpah, keahlian basket yang tak diragukan lagi membuat namja itu menjadi rebutan para yeoja di manapun ia berada. Akan tetapi, tak hanya itu yang membuatku merasa jatuh di hadapannya. Sikapnya yang terbilang riang, easy going, simple, dan sangat baik pada hoobaenya—aku, karena aku adalah salah satu anggota tim basket—selalu membuatku merasa tak karuan. Dan berbeda dengan Yunho-hyung, setiap kali memikirkan DongWook-hyung, jantungku terasa menggila, membuat hatiku terasa sesak dan air mataku seakan ingin mengalir.
Bukankah itu juga cinta, ketika kau merasa sesak berlebihan karena memikirkannya dan kau meneteskan air mata tanpa kau tahu sebabnya?
.
Dan beberapa minggu lalu, keduanya menyatakan kalau mereka mencintaiku, dalam satu waktu yang sama. Mereka mengatakan kalau mereka menyukaiku semenjak pandangan pertama. Dan mereka memintaku untuk memilih salah satu dari mereka. Siapapun pilihanku, yang tak terpilih akan mengalah dan merelakanku dengan tulus.
Hah..
Dengan perasaan yang terlalu kuat ini, aku tak akan mungkin bisa memilih di antara keduanya. Jika aku memilih Yunho-hyung, hatiku akan terasa remuk karena terus-terusan memikirkan DongWook-hyung yang sudah memang sudah memiliki separuh bagian hatiku.
Akan tetapi, jika aku memilih DongWook-hyung, hatiku secara perlahan akan mendingin dan akhirnya aan mengeras seperti es, karena tak akan lagi bisa merasakan hangatnya hatiku yang sudah terbawa pergi oleh Yunho-hyung.
Kalau begini... apa yang harus kulakukan? Hatiku mendambakan keduanya agar aku bisa merasa utuh.
Jika memilih salah satunya... meski di satu sisi aku bisa merasa bahagia, namun tak bisa di pungkiri kalau aku merasa sangat tersiksa. Hatiku tak akan bisa utuh karena separuh belahannya akan remuk ataupun membeku.
Jika aku menginginkan keduanya, memiliki keduanya bersamaan, mungkin aku akan merasa bahagia dan utuh. Namun... bagaimana dengan keduanya? Tegakah aku menduakan keduanya yang sudah tulus mencintaiku? Bisakah hatiku dengan serakahnya melukai keduanya?
Ani... aku sungguh tak bisa melakukannya.. Aku mencintai keduanya—terlalu mencintai keduanya hingga tak mungkin bagiku untuk memilih salah satunya, ataupun menduakan keduanya...
Dan jika aku tak bisa memiliki salah satu maupun keduanya.. hanya tinggal satu pilihanku kan?
"A-aku akan menolak keduanya, Kyu," ucapku lirih, namun berusaha terdengar tegar. Ya, kurasa itu lebih baik bagi keduanya. Aku tak akan mungkin bisa memilih salah satu jika separuh hatiku menginginkan yang lain.
Ini lebih baik. Karena keduanya adalah orang yang sangat baik dan sempurna, sudah sepantasnya jika keduanya menemukan seserang yang bisa mencintai keduanya dengan sempurna, dengan sepenuh hatinya... tidak malah sepertiku...
"Apa kau bilang Chwang?" kudengar seruan dari Kyuhyun ketika ia mendengar ucapanku. "Jangan bercanda kau, Shim Changmin!"
Kurasakan tempat tidurku bergoyang, dan sedetik kemudian kedua tanganku ditarik paksa oleh tangan Kyuhyun—yang kini mentapku dengan ekspresi yang campur aduk—antara marah, tak terima, dan juga sedih.
"Jangan berkata kalau kau akan menolak keduanya, dengan wajahmu yang penuh air mata itu, Shim Changmin," geramnya ketika melihat wajahku yang sudah tak tertutup lenganku. Tanpa perlu melihat cermin pun, aku sudah tahu kini wajahku seperti apa. Wajah yang sangat buruk dengan mata bengkak karena menangis, hidung yang merah, dan juga pipi basah, dengan raut yang terlihat begitu mengibakan.
Heh.. seorang evil sepertiku bisa di buat seperti ini... kedua namja itu memang mengerikan.
"Kurasa.. ini yang terbaik untuk kami bertiga, Kyu," lirihku lagi—dan aku tahu, bersamaan dengan kalimatku tadi, setetes air mata kembali mengalir dari sudut mataku.
Kudengar Kyuhyun menghela nafas perlahan. "Bersaudara denganmu belasan tahun membuatku paham benar kalau kau sudah membuat keputusan, sekuat apapun aku mempengaruhimu, kau tak akan mengubahnya kan?" . Pertanyaan Kyuhyun membuatku sedikit menyunggingkan senyum , meski air mata belum berhenti mengalir dari mataku.
"Jangan menangis lagi padaku jika suatu saat kau sakit hati melihat si Jung Yunho atau si Choi Dong Wook itu meggandeng yeojachingunya!" seru Kyuhyun sambil turun dari tempat tidur—aku tahu karena springbedku bergoyang. "Menangis saja sepuasmu sekarang. Aku tak akan mengganggumu," ucapnya lagi sambil keluar kamar dengan membanting pintu kamarku.
"Kau memang paling mengerti aku, Kyu," gumamku lirih sambil meraih bantal, melesakkan kepalaku kuat-kuat, dan mulai menangis di sana.
Tangisan yang semula pelan itu kini berubah mengeras seiring dengan hatiku yang semakin sakit memikirkan keduanya. Dan saat terbersit dalam benakku bayangan keduanya menggandeng yeojachingu mereka dan tersenyum lembut... tangisku berubah menjadi raungan yang menyayat hati.
.
.
.
To : Yunho-hyung
Subject : Pilihanku
Re : -
Yunho-hyung, besok ku tunggu di atap gedung fakultas Matematika jam 4 sore.
.
.
To : DongWook-hyung
Subject : Pilihanku
Re : -
DongWook-hyung, besok ku tunggu di atap gedung fakultas Maematika jam 4 sore.
.
.
.
"Kau yakin akan berangkat dengan wajah sembab seperti itu, Chwang?" tanya Kyuhyun ketika kami akan berangkat bersama ke kampus.
"Nde. Ini harus kuselesaikan sekarang juga, sebelum aku berubah pikiran," sahutku sambil mengambil kaleng dingin dan mengompreskanya ke kedua mataku. "Kau yang menyetir hari ini. Dan usahakan agar kita sampai dengan selamat, Ok?" peringatku pada Kyuhyun yang memang tak terlalu handal menyetir.
"YA! Biarpun aku tak selihai kau yang biasa main kebut-kebutan di jalan, tapi aku ini bisa mengemudi dengan normal tahu!" seru Kyuhyun tak terima mendengar kata-kataku tadi.
"Ne. Ne. Kau memang mahir, sampai-sampai merusakkan bemper mobil kita untuk kesekian kalinya giliranmu mengemudi. Ya, aku mengerti," ucapku lagi sambil memasuki mobil kami dengan santai.. Yaah, setidaknya mengganggu Kyuhyun seperti ini cukup bisa membuatku tenang.
"YA! Sialan kau Shim Changmin!" seru Kyuhyun kesal sambil membanting pintu ketika ia masuk. "Itu kan hanya kecelakaan waktu memarkir mobil! Kau tahu sendiri kalau aku memang tak bisa memarkirkan mobil dengan benar!" serunya tak terima.
"Nde. Dengan lahan parkir yang lebarnya dua kali lebar mobil kita saja kau bisa menabrak mobil di sebelah. Kau memang sangat mahir, saudaraku."
"Isshh! Kau ini benar-benar menyebalkan, Shim Changmin! Sopanlah padaku yang lebih tua ini!"
"Umurmu memang tua, tapi kelakuanmu lebih kekanakan dariku, Kyu. Mana mungkin aku mau bersopan-sopan denganmu."
Dan pertengkaran demi pertengkaran terus saja mengiringi kepergian kami menuju kampus.
.
.
.
"Huuuuufthh.." . Aku menghela nafas dengan berat ketika aku berada tepat di depan pintu yang memsisahkan anak tangga dengan atap gedung fakultasku yang luas itu.
'Bertahanlah Shim Changmin!' seruku dalam hati, meskipun kini sebuah senyum pun bahkan tak bisa kuulas di bibirku.
CKLEK
Aku menyipitkan mataku sekilas merasakan sinar matahari sore yang menyorot langsung padaku. Dan ketika aku bisa melihat dengan jelas, Yunho-hyung dan DongWook-hyung sudah berada tepat di depanku dan menatapku—mengharapkan jawaban dariku.
Aku meneguk ludahku dengan sulit ketika kesadaran bahwa aku akan menyiakan kedua namja itu—menamparku dengan keras. Aku meringis perih ketika benar-benar menyadari bahwa setelah ini... setelah apa yang akan kukatakan nanti... aku tak lagi berhak untuk sekedar mengatakan saranghae pada dua orang yang kucintai..
—NYUTTT
Ya Tuhan.. kuatkanlah aku...
"Yunho-hyung.. DongWook-hyung... Mianhae..." Ucapku sambil langsung menundukkan badanku agar tak langsung menatap keduanya. Aku tak ingin jika aku menatap keduanya.. keputusanku akan goyah.
"A-aku.. tak bisa menerima perasaan kalian... A-aku rasa.. ka-kalian akan bisa—" aku menghentikan ucapanku sekejap karena tenggorokanku tercekat dan suaraku sulit keluar. "—Ka-kalian akan bisa menemukan.. menemukan orang yang lebih baik.. lebih baik dariku.."
.
..
...
...tes...
Aku segera mengusap air mata yang lolos dari sudut mataku—berharap keduanya tak melihatnya. "Ha-hanya itu... yang ingin kusampaikan... se-selamat tinggal.. hyung.." lanjutku sambil menegakkan tubuh dan segera berlalu meninggalkan keduanya tanpa ingin mendengarkan jawaban keduanya.
GREPP
"Eh?" kagetku ketika kurasakan ada yang menahan kedua lenganku dari belakang. Kutolehkan kepalaku dan kedua mataku membulat melihat bahwa kini tangan Yunho-hyung menahan lengan kananku dan DongWook-hyung menahan lengan kiriku.
"Changie/Maxie," panggil keduanya padaku. Aku mengangkat wajahku dan langsung menundukkannya lagi saat kedua iris mataku menatap langsung pada dua pasang mata yang menatapku sama tajamnya. "W-wae.. hyung..?"
"Katakan, kenapa kau menolak kami?" tanya Yunho-hyung yang kini meraih daguku dan mengangkatnya—membuatku mau tak mau menatap langsung sepasang mata elang milik Yunho-hyung.
"A-aku.. kurasa kalian.. bisa menemukan yang lebih baik dariku," sahutku sambil mengalihkan pandang dengan menatap ke hamparan kosong di belakang Yunho-hyung. Tidak bisa. Aku tak akan bisa mengatakan ini jika aku harus menatap langsung mata Yunho-hyung.
"Jawab dengan menatap langsung padaku, Maxie," tegur Yunho-hyung yang malah makin membuatku tak berani menatap mata tajamnya.
"Dan lagi, apa maksudmu yang lebih baik darimu? Bagi kami, kaulah yang terbaik, Changie," . Ucapan DongWook-hyung langsung membuatku menoleh ke arahnya.
"Hyung... hyung tak tahu apa-apa!" bentakku dengan air mata yang kembali lolos dari iris beningku. Aku menghapus kasar air mata yang sudah mulai akan mengalir itu.
"Katakan.. Katakan apa yang tak kami ketahui, Maxie," ucap Yunho-hyung yang membuatku kembali menoleh padanya.
"A-aniya. Lu-lupakan saja kata-kataku tadi, hyung," sahutku gugup. Sungguh, saat ini, aku sangat tak ingin kalau sampai menangis di depan keduanya.
"Kalau kau tak mengatakannya, kami tak akan pernah menyerah mengenaimu, dan takkan pernah menyerah untuk mendapatkanmu." . Sahutan dari DongWook-hyung membuatku terpaku.
"Kami mencintaimu, Maxie. Dan hanya kaulah satu-satunya yang menempati hati kami. Biarpun kami mencoba mengusirmu dari sana, tahta di hati kami hanya milikmu seorang, Shim Changmin. Dan itu takkan berubah sampai kapanpun."
"Aishh.. Kau jangan menangis begitu, Changie. Air matamu membuat kami merasa sakit."
Kurasakan sebuah usapan lembut di pipi kanan dan juga kiriku yang kini sudah basah.
Bagaimana mungkin air mataku tak mengalir mendengar ucapan keduanya. Ucapan yang membuatku merasa senang dan sakit sekaligus. Tak tahukah kalian.. bahwa semakin kalian mengatakan bahwa kalian mencintaiku, hatiku di lambungkan tinggi dalam satu detik, dan langsung di hempaskan dengan keras hingga hancur pada detik berikutnya?
Tak tahukah kalian, kalau ini semua terasa begitu sulit bagiku? Tak tahukah kalian kalau aku harus merelakan hatiku hancur dan mendingin saat ku ambil keputusan menyulitkan ini? Tak tahukah kalian berapa banyak air mata yang kukeluarkan untuk menangisi kalian berdua?
Dan kini... ketika aku merasa yakin dan mempersiaokan diri untuk melepaskan kalian.. kenapa kalian malah berkata seperti itu? Tak mengertikah kalian kalau aku bahkan lebih mencintai kalian daripada kalian mencintaiku? Tak mengertikah kalian betapa senangnya hatiku saat kudengar bahwa kalian berdua juga mencintaiku?
Tapi... tak mengertikah kalian bahwa itu semua menyakitiku... menyakiti hatiku.. yang kini terbagi dua dengan kadar cinta yang sama untuk masing-masing dari kalian?
"...saranghae..." ucapku tanpa sadar ketika aku melihat tatapan yang lembut dari keduanya saat mengusap air mataku. "...mianhae... saranghae..." racauku tak karuan. "...ini tidak benar.. hiks.. hyung.. Perasaanku pada kalian berdua.. hiks.. ini semua... tidak benar.. hiks.." Aku menjauhkkan tubuhku dari keduanya sambil menggelengkan kepalaku.
"Aku.. hiks.. aku tak bisa memilih.. kalau.. kalau kalian.. hiks.. kalian berdualah.. yang kini membagi hatiku.." Aku mengusap kasar kedua pipiku yang terasa semakin basah. "Ak-aku.. mencintai.. kalian berdua.. hiks.. mianhae.." Kutundukkan kepalaku sambil mengusap kedua mataku yang tak henti-hentinya mengeluarkan air mata. Sungguh aku tak berani menatap keduanya. Kini keduanya pasti.. menganggapku menjijikkan.. ukh..
Aku mundur satu langkah ketika kurasakan ada yang mendekat padaku. Tak tahu kenapa.. tapi aku sungguh merasa takut dengan reaksi keduanya. Kembali mundur satu langkah saat kulihat ada sepasang sepatu yang kini berada di depanku.
"Jangan takut, Changie."
Aku hanya menggeleng dan terus memundurkan tubuhku ke belakang setiap kali orang didepanku melangkah maju mendekatiku, hingga—
BRUKK
—aku tak bisa mundur lagi karena tembok yang menghentikan langkahku.
GREPP
"Katakan sekali lagi, siapa yang kau cintai, Changie," perintahnya padaku dengan nada tegasnya yang biasa ia ucapkan ketika memimpin timnya dalam pertandingan.
"A-aku.. aku mencintai.. kalian berdua.." sahutku dengan patuh, entah bagaimana, setiap mendengar suara DongWook-hyung yang terdengar tegas, aku langsung mematuhinya tanpa kutahu sebabnya.
"Changie, siapa yang lebuh kau cintai di antara kami?"
Aku menggeleng mendengar pertanyaannya. "Po-posisi kalian sama besarnya hyung.. mianhae.." . Aku menundukkan kepala makin dalam karena takut.
"Jadi, apakah kau menolak kami karena kau mencintai kami berdua, begitukah Maxie?" . Suara lembut yang sayup-sayup kudengar membuatku menganggukkan kepala. Menjawab keduanya dengan jawaban yang jujur.
Jika suara tegas DongWook-hyung membatku patuh, suara lembut Yunho-hyung membuatku tak pernah bisa berbohong padanya.
"Good boy."
"Eh—hmmmpp!" Aku sudah akan bertanya ketika mendengar ucapan Yunho-hyung, namun aku langsung memberontak ketika kurasakan sebuah sapu tangan menutupi mulut dan hidungku. Tanpa sadar aku menghirup sesuatu yang basah di sapu tangan itu.. dan perlahan.. tubuhku melemas..
.
..
...
...gelap...
.
.
.
"Ukh.." gumamku ketika kurasakan percikan air mengenai wajahku. Aku menggelengkan kepalaku dan berusaha menggerakkan tanganku, namun—
"Eh?"
—tanganku tak bisa di gerakkan sedikitpun?
"U-ukhh.." aku menggeram sambil berusaha menggerakkan kedua tanganku yang kini terasa di rentangkan, namun sama sekali tak bisa kugerakkan. Aku berusaha membuka kedua mataku, namun hanya kegelapan saja yang kini terhampar di depanku.
Bukan. Ini bukan kegelapan yang normal.. ini seperti... ada yang menutupi kedua mataku dengan sesuatu yang gelap..
"S-siapa?" tanyaku dengan suara yang agak bergetar. Hei, siapa yang tidak merasa sedikit takut jika kau tak tahu sedang berada di mana, dengan siapa, dan dengan keadaan dimana matamu di tutupi dan kedua tanganmu tak bisa di gerakkan karena terikat dengan sesuatu yang dingin?
"Ah, kau sudah bangun, Changie." . Sebuah suara menyentakku dari kebingungan.
"D-DongWook-hyung? A-apa yang terjadi? Bi-bisa kau bantu aku melepaskan ini?" tanyaku sambil berusaha menggerakkan kedua tanganku, namun tiada hasil.
"Bagaimana ya Maxie, sepertinya DongWook tak bisa melakukannya tuh." Suara yang familiar kembali terdengar di telingaku. Namun nada aneh yang tertngkap indra pendengaranku membuatku merinding.
"Yu-Yunho-hyung?" panggilku dengan sedikit takut.
"H-hyung?" panggilku lagi ketika kudengar dua langkah kaki yang semakin mendekatiku. "Hyung..?"
"Karena kau sudah berbaik hati membagi hatimu untuk kami berdua, biarkan kami memberikanmu hadiah, Changie/Maxie."
.
.
.
~TBC~
Annyyeeongg~!
Author balik lagi bawa FF baru nih #digampar gara-gara FF lama nggak di publis, malah nambah utang baru
Ini cuma twoshot koq.. dengan full NC di next part.
Adakah yang masih mau lanjutannya FF ini?
Kalau banyak yang minta, sebelom hari sabtu, bakal aku apdet nih~
