Touken Ranbu © DMM, Nitroplus. No profit gained from this fanwork. Historical References; The Great Fire of Meireki, 1657. Untuk #CraneBerryCanonFest dan #FlashFicFest.
[KENANGAN API]
"Aku melihat diriku sendiri mati terpanggang dalam kobaran api."
Jawaban itu terdengar dari bibir Ichigo, tatkala suatu malam ia bercengkerama di beranda benteng bersama Tsurumaru. Ada keheningan, bercampur dengan kegelisahan yang mendadak saja datang. Tidak, bukan begini. Ia tidak sepantasnya menjadi melankolis hanya karena segelas sake. Ia terbiasa hidup tanpa ingatan mengenai asal-usulnya, terbiasa pula memimpikan bara api itu; membaui amis daging manusia yang terbakar, bangunan-bangunan yang perlahan roboh, kehancuran yang melenyapkan enam puluh persen populasi kota. Betapa sekarat ia hingga tak terbentuk lagi, tidak berguna lagi.
"Sebagai pedang, aku sudah lama mati."
Tidak, jangan katakan apa-apa lagi. Ia meminta kepada dirinya sendiri untuk menahan diri, akan tetapi bibirnya tak mampu—hatinya tak mampu. Ichigo Hitofuri adalah kakak dari semua pedang Awataguchi; ia dipaksa menjadi figur hangat dan penyayang, tidak ada waktu baginya untuk merutuki nasib. Seperti yang pernah dikatakan adiknya, Namazuo, bahwa tidak peduli meski ingatan mereka dihapus pasca kebakaran itu (Ichigo, Namazuo dan Honebami adalah tiga pedang yang rusak akibat Kebakaran Besar Meireki), yang terpenting ialah mereka baik-baik saja saat ini dan mampu membuat serta menjaga kenangan baru.
Ichigo mendengar Tsurumaru memanggil namanya, lembut, dalam, mengandung perasaan iba. Ada punggung yang diusap perlahan, ada kesunyian yang menyakitkan. Sake kembali dituang dan ia menenggaknya lagi.
"Ada luka yang tidak mungkin hilang di tempat kau mengusapku barusan, Tsurumaru-dono. Luka bakar itu abadi."
Tsurumaru mendekatkan muka, mengecup bibirnya. "Kau lahir dari api dan kau mati terbakar api. Tetapi, Ichigo, sekarang kau terlahir kembali dari dan karena api pula. Kita semua hanya sebatang besi yang ditempa bersama api."
Mendengar kalimat semacam itu, terasa seperti bukan Tsurumaru. Ichigo paham lelaki itu tengah mencoba menenangkannya, meski tidak menjadi dirinya sendiri—atau itu memang merupakan bagian dari karakteristik Tsurumaru yang tersembunyi. Ichigo tahu bukan cuma ia saja yang terluka, bukan cuma ia saja yang membawa serta darah dan tragedi, tetapi sekiranya ia perlu meluapkan kesedihan itu sesekali.
"Apa kau mau melihatnya, Tsurumaru-dono?"
"Melihat apa?"
"Luka bakar abadi di punggungku."
Ini bukan karena pengaruh sake, sama sekali. Sudah lama Ichigo menginginkan seseorang yang bisa menerima ia apa adanya; terlepas dari topeng figur kakak yang hangat dan penyayang, ia hanyalah sebilah pedang rapuh—sangat rapuh sampai ia sendiri bertanya-tanya siapa sebenarnya Ichigo Hitofuri; apakah dia yang mati terbakar ataukah dia yang kembali ditempa ulang oleh Echizen Yasutsugu sebagai pedang yang sama persis dengan yang mati terbakar itu? Ia membutuhkan seseorang yang bisa membuatnya percaya bahwa ia yang sekarang memanglah Ichigo Hitofuri.
Dan Tsurumaru melakukannya.
Melalui sentuhan, melalui kecupan. Tsurumaru berbisik di telinganya malam itu; luka adalah tanda bahwa pernah ada suatu peristiwa, dan peristiwa itu menolak untuk dilupakan. Kalimat itu menegaskan bahwa hanya ada satu Ichigo Hitofuri—yang kini berbaring pasrah dalam kungkungan Tsurumaru Kuninaga. Katanya, biar malam ini aku buat kau jadi milikku saja. Aku tidak akan membiarkanmu mati terbakar.
Dan Ichigo melakukannya; ia membolehkan dirinya dimiliki Tsurumaru.[]
12:41 AM – April 20, 2018
A/N:
#CraneBerryCanonFest adalah acara yang saya bikin sendiri, khusus setting canon yang mengusung tema historikal. Saya cinta TsuruIchi walau mereka tidak terhubung dalam sejarah, demikianlah kenapa saya ingin 'menghubungkan' mereka melalui tagar ini.
