Precious Line

Disclaimer: JK. Rowling

Warning: OOC, alur kecepeten, typo, DMHP, slash, dsb :P

-ooooo-

Chapter 1: A Little Bit More

-ooooo-

Aku tersenyum sambil menatap ke luar jendela, kulihat kau yang sedang bersenda gurau bersama kedua sahabatmu itu. Syukurlah aku bisa melihatmu tertawa bahagia seperti ini setelah perang besar akhirnya berakhir pada 4 bulan yang lalu. Aku sangat lega kau bisa tertawa lepas seperti ini, meskipun bukan aku yang bisa membuatmu bahagia.

Senyummu itu, masih sama seperti yang dulu. Seakan-akan hidupmu itu baik-baik saja, padahal tidak. Bodohnya aku yang dulu menganggapmu sebagai anak yang paling beruntung di dunia ini. Kau pahlawan, kau periang, kau selalu peduli dengan orang lain, kau banyak dicintai oleh orang-orang, kau terkenal. Aku selalu iri padamu, dulu. Karena kau mempunyai segalanya yang aku tak punya. Tapi ternyata aku salah, ternyata kau tidak sesempurna yang aku bayangkan. Kau memang hebat dalam menyembunyikan kekuranganmu, Harry.

Kau tahu, Harry? Aku berkali-kali telah menemukanmu yang tengah menangis di menara astronomi atau bahkan di tepi danau, sambil menyebut nama orang-orang itu, nama orang-orang yang telah meninggalkanmu, orang-orang yang sangat kau cintai. Suaramu memang kecil, tapi aku bisa mendengarmu dengan sangat jelas. Tiap getaran suara yang kau keluarkan dari mulutmu itu, cukup membuatku merinding. Aku ingin menenangkanmu, tapi aku tak bisa. Bagimu aku hanyalah seorang Malfoy yang sangat menyebalkan, yang hanya bisa menggertak, yang hanya bisa mengganggumu dan teman-temanmu, dan seorang rival terberat mu. Bukankah begitu caramu memandangku? Memang aku lah yang salah, yang telah berbuat seperti ini padamu. Aku sadar kehadiranmu itu sangat penting, bagiku.

Melihat kembali sepasang iris emeraldmu itu, membuatku ingin terus untuk tidak berhenti memandanginya. Kenapa? Aku sendiri dulu tidak tahu alasannya. Rasa iri itu hilang entah kemana, yang kurasakan adalah ingin terus bertemu denganmu. Semua itu kurasakan ketika aku berada di tahun ketiga.

Dulu, aku bukanlah seseorang yang berpendirian. Aku selalu menuruti apa yang dikatakan oleh kedua orang tuaku. Kau pasti tak tahu kalau ibuku sangat sayang padamu, bukan? Tapi inilah kenyataannya, ibu ku selalu mengomeliku ketika ia tahu kalau aku sering mengganggumu. Mungkin dulu ibu ku teman baik ibu mu, Mrs. Lily Potter. Kau sadar tidak ekspresi ibu ku ketika kau dan kelompokmu sedang berada di Malfoy Manor? Raut wajah khawatir terukir jelas di wajahnya yang sudah ada keriput itu. Apalagi ketika ayahku memintaku untuk menganalisimu, sungguh, aku dan ibuku sangat kaget kau bisa terperangkap sampai markas Death Eater yang tak lain adalah rumahku.

Aku tahu itu kau, Harry. Aku sangat tahu, aku bisa mengetahui keberadaanmu walaupun kau menyamar entah jadi siapa saja. Bahkan dengan mata tertutup saja, aku masih bisa mengetahui keberadaanmu. Tapi, apakah aku harus memberitahu pada mereka kalau itu adalah dirimu? Tidak. Tentu tidak, karena aku tak ingin membuatmu terluka. Entah keberanian itu datang dari mana, untuk pertama kalinya, aku mengikuti apa kata hatiku. Mungkin kau lah yang memberiku kekuatan itu, Harry. Kau telah mengajariku akan beberapa hal, tanpa kau sadari.

Huh? Sosok mu kenapa cepat sekali berlalu? Padahal aku belum selesai untuk mengenang semua masa lalu kita yang pahit. Karena sudah tak ada pemandangan yang menarik lagi, aku meninggalkan tempat dimana aku baru saja berdiri tadi. Ku langkah kan kakiku sampai ke sebuah tangga, menuju lantai dua... Tepatnya ke kamar mandi Myrtle Merana.

"Hello, Draco!" aku dikejutkan oleh sesosok gadis melayang berkepang dua yang menyambutku dengan gembira, ya, siapa lagi kalau bukan Myrtle. Aku hanya membalasnya dengan senyuman. Sudah 4 tahun aku selalu mengobrol dengannya di sini, tak kusangka Myrtle merupakan seseorang yang dapat kupercaya untuk menjaga rahasiaku ini. Kelihatannya memang sulit untuk dipercaya, tapi ternyata sosok hantu gadis ini tidak mengatakan apapun ke orang lain.

Myrtle tidak hanya mendengarkan ku saja, tapi kadang ia juga memberikan beberapa saran untuk ku. Aku mulai bercerita tentang kau lagi, Harry.

Kalau boleh ku katakan, kau itu sudah merubah sebagian hidupku menjadi kearah yang positive. Kau telah merubah sifatku. Kau tidak menyadarinya, tapi aku sangat berterima kasih padamu. Ingin ku ucapkan rasa terima kasih itu, tapi tak tahu harus dengan cara apa selain dengan kata-kata. Mungkin aku memang tidak sehebat Super Hero, tapi aku mempunyai keinginan untuk terus menjagamu dan melindungimu sebagai ganti balas budimu dan sebagai rasa terima kasihku. Inikah yang dinamakan cinta? Aku sendiri tak tahu kalau ini adalah cinta, sebelum Myrtle memberitahuku.

Apakah perlu sebuah alasan untuk mencintai seseorang? Aku rasa tidak. Cinta yang sesungguhnya, tak akan mungkin bisa mengungkapkan alasan kenapa kita bisa mencintai seseorang itu. Karena begitu banyaknya alasan sehingga kita tak tahu harus dari mana dulu yang harus diberitahukan. Itulah penjelasan yang kudengar dari Myrtle.

Ah, kalau lagi di kamar mandi seperti ini... Jadi teringat kejadian setahun yang lalu. Di tahun ke enam, kau selalu mengikutiku kemana-mana bukan? Bahkan aku sempat berfikir, apa kau terobsesi padaku? Apa kau menyukai ku? Ah, tentu saja itu hanya imajinasiku belaka. Di tahun ke enam, waktu itu aku lebih memilih untuk berdiam diri dan tidak banyak bicara. Aku memang benar-benar diuji di tahun itu. Voldemort, ia memilihku sebagai anggota Death Eater. Ia menyuruhku untuk membunuh Dumbledore, tapi aku tak bisa. Sungguh. Itu bukan kemauan ku... Aku tak mau menjalani hidupku yang seperti itu. Tapi apa yang bisa ku lakukan? Jika aku tidak menuruti perintahnya... Aku lah yang dibunuh, disertai dengan keluargaku. Kami hanya bisa menyembahnya, menjadi kaki tangannya, menuruti semua kemauannya. Karena dulu kami berfikir, rantai kehidupan kami berada di tangannya.

Ok, lupakan itu. Balik ketika kau membututi ku di tahun ke enam. Ada secercah rasa senang, karena kau terus memperhatikanku. Tapi ada perasaan takut juga, aku takut kalau kau sampai mengetahui kalau aku menyuka- ah, maksudku, kalau aku mencintaimu. Kau begitu jeli mengamati setiap tingkah lakuku waktu itu. Bahkan ketika di aula besar, ketika aku berada diujung titik keputus asaan karena tak sanggup menjalani hidup di bawah kaki tangan Voldemort, kau menatapku. Menatapku dengan begitu dalam... Itu hanya membuat hatiku semakin galau! Tatapan tajammu itu seperti pisau yang mencambik hatiku sampai tak berbekas. Aku sudah tak kuat lagi, aku beranjak dari tempat dudukku dan segera keluar dari aula besar.

Aku merasa kalau kau mengikutiku, tapi itu hanya perasaanku saja, mungkin. Aku tak berani untuk menoleh kebelakang dan ingin memastikan apakah perasaanku waktu itu benar. Langkahku semakin cepat untuk menuju ke kamar mandi. Kuharap aku bisa bertemu dengan Myrtle.

Akhirnya ku beranikan diri untuk melihat kebelakang sesaat, dan tak ada siapapun disana. Tapi kenapa perasaanku mengatakan kalau kau ada disana? Sudahlah, biar ku lupakan itu. Kemudian, aku menatap kaca yang memantulkan bayangan ku... Bisa kulihat bayangan diriku yang rapuh di sana. Manusia itu memang rapuh, tak perlu didatangi oleh angin topan atau badai pun kita memang sudah rapuh dan mudah rubuh bagaikan sebuah debu. Bukankah benar apa yang aku katakan? Aku benar-benar tak menghargai hidupku saat itu, ingin lepas dari semuanya, aku hanya ingin bersamamu... Ya, hanya itu harapanku.

"Jangan menangis..."

Aku mendengar seseorang berbicara, suara itu milik Myrtle. Bukan kah tujuanku untuk bertemu Myrtle? Tapi aku masih tetap terdiam dan tetap menangis. Sakit rasanya, ditatap layaknya seorang musuh oleh orang yang kita cintai. Memang, dimata semua orang aku ini adalah musuh mu. Tapi kau tidak tahu apa yang sebenarnya ada dalam hatiku, 'kan! Aku sama sekali tak menganggapmu musuh, atau pun rival, sekali pun tidak. Malah sebaliknya...

"Ceritakan padaku, Draco. Mungkin aku bisa membantu?" tanya Myrtle dengan lembut, "Tidak, aku... Tidak apa... Apa..." balasku yang diselingi oleh tangisan-tangisan. Aku tak pernah merasa serapuh ini, sungguh. Biasanya aku selalu kuat jika aku mengingat dirimu. Tapi di tatap seperti itu, siapa yang tidak teriris hatinya ketika seseorang yang kita cintai menatap kita dengan penuh kebencian? Siapa!

Ingin aku meneriakkan namamu, sekeras mungkin. Sebagai perwakilan rasa cinta dari hatiku ini.

"HA-"

"I know what you did, Malfoy!"

Ketika aku ingin meneriakan namamu, kau datang begitu saja... Mengagetkan ku setengah mati. Ku lihat pantulan cermin lagi, bukan hanya ada aku saja disitu, tapi bayanganmu juga ikut terpantul di cermin itu.

Apa yang harus kulakukan?

Aku tak mau kau mengetahui perasaanku, juga rahasiaku. Aku tak mau... Kalau begini, hanya ada satu-satunya jalan. Agar kau tetap membenciku. Emosi menguasai diriku saat itu, ku balikkan badanku dan kulemparkan sebuah mantra padamu. Aku sudah gila saat itu. Aku ingin melindungimu, tapi kenapa aku melakukan ini? Tubuhku tak bisa bekerja sama dengan batinku. Batinku terus berkata agar tidak menyerangmu, tapi tubuhku berkata lain. Myrtle beberapa kali mencoba untuk menghentikanku, tapi aku tak mendengarkannya. Bahkan Myrtle juga mencoba untuk menghentikan Harry.

Aku masih terus menyerangmu, tapi aku tersadar ketika aku akan melantunkan mantra...

"Cruci-"

Aku tak melanjutkan kata-kata ku. Batinku menang, aku bisa mengentikan tubuhku dan bibirku. Aku benar-benar tak ingin melukaimu, Harry. Biar aku saja yang terluka.

"Sectumsempra!"

Myrtle menjerit keras ketika sihir yang diberikan Harry menyerangku. Ya, dengan begini lebih baik. Tubuhku dilumuri oleh darah yang datang dari tubuhku sendiri, inilah hukuman bagi tubuhku yang tak mau mendengarkan apa kata batinku. Tapi, kenapa tidak terasa sakit sama sekali? Aku hanya merasa lelah. Aku sangat lelah, rasanya ingin tertidur pulas dan bermimpi indah.

Saat itu juga, kau menghampiriku. Kau merendah, dan membiarkan lututmu menyentuh sang bumi, disamping ku. Matamu berkaca-kaca, seakan kau melihat adegan pembunuhan seperti yang ada di film-film.

"Maaf, maaf aku tak bermaksud..."

Kenapa harus kau yang meminta maaf? Aku, aku lah yang seharusnya meminta maaf padamu. Bukan kau, Harry. Kau tak perlu berlutut di sampingku yang terbaring lemah hanya untuk meminta maaf padaku. Kau tak pantas mengatakan kata maaf padaku, aku lah yang banyak berbuat salah padamu.

"K-kau... Tak... Perlu... Mengatakan itu..."

Jawabku dengan suara yang sangat pelan. Kau menangis. Hei, jangan menangis seperti itu. Aku tak bisa melihatmu seperti ini, Harry. Andai saja aku bisa mengusap air matamu itu dengan tanganku...

Aku sangat mencintaimu, Harry. Andai kau tahu itu. Aku ingin meneriakkan pada dunia, kalau aku benar-benar mencintaimu. Tapi aku tak bisa, kau sudah mempunyai dia... Ginny Weasley.

Tak akan kubiarkan diriku dikelilingi oleh emosi negative, ingin ku buang rasa cemburu itu jauh-jauh. Aku hanya ingin kau bahagia, itu saja. Jika kau bahagia dengannya, maka aku juga. Walaupun ada sedikit rasa tak ikhlas ketika aku melihatmu bersamanya. Tapi kenapa itu sangat susah bagiku?

Cinta itu sungguh egois.

Aku ingin kau selalu bersamaku, aku ingin kau menjadi teman hidupku, selamanya. Argh, kau benar-benar penjahat Harry! Seharusnya kau dipenjara di Azkaban karena kau telah sukses mencuri hatiku.

Kau fikir gampang untuk menyembunyikan perasaan itu? Jelas tidak. Bahkan seorang Malfoy seperti ku saja kalah dengan ke-egoisan cinta.

Harry, kau juga tidak tahu kan alasan kenapa aku mengkhianati Death Eater dan lebih memihak Orde sepertimu? Lagi-lagi, aku tidak akan pernah merasa capek untuk mengatakan kalau itu semua adalah karena kau. Kau membuatku untuk menjadi lebih tegas dalam pendirian, sehingga sampai sekarang kau sukses mengubahku menjadi seseorang yang lebih berpendirian. Aku tak mau selalu menusukmu dari belakang dan mengkhianati semua teman-temanku, aku ingin berada di jalan yang sama denganmu. Tak peduli lagi dengan ancaman Voldemort! Aku akan melindungi setiap orang yang aku cintai, itu kan yang telah kau ajarkan padaku? Melindungi seseorang yang kita cintai, sekuat yang kita mampu. Maka dari itu, aku akan melindungimu, orang tuaku, juga seluruh penghuni Hogwarts maupun dunia, akan kulindungi mereka semua dari Voldemort. Meskipun nyawa taruhanku.

Ingat ketika kau dan Voldemort saling beradu mantra? Aku mengejarmu dan mencarimu. Aku tak mau kau berjuang sendirian, Harry. Aku tahu kalau mungkin aku sudah ikut campur masalahmu, tapi aku tak bisa melihatmu bertarung sendirian seperti ini. Aku bukannya tak percaya dengan kemampuan mu yang akan mengalahkan Voldemort dengan tanganmu sendiri. Tapi apa salahnya jika kita bertarung bersama? Kita memang saat itu belum begitu dekat, tapi aku tetap bertekad untuk berjuang bersamamu.

Kulangkahkan kakiku dan semakin mendekat denganmu, sampai aku berada disampingmu. Kuraih tangan kananmu yang memegang tongkat, dan ku genggamkan tangan kananku padamu. Kau begitu terkejut tapi aku langsung memegang bahu mu dengan tangan kiriku, "Fokuslah, Potter." hanya itu yang bisa ku ucapkan. Kau kembali fokus, begitu pun denganku. Menatap Voldemort yang kini tidak ada apa-apanya dibandingkan denganku dan kau.

"Avada Kedavra!"

Itulah sebuah kata yang kita lontarkan untuk membunuh Voldemort. Lihat, kita berhasil Harry! Kita mengalahkan Voldemort, berdua. Kau memelukku dan menangis terharu, aku tak menyangka dengan kelakuanmu yang tiba-tiba ini.

"Uhm... Potter?" aku mencoba untuk menegurmu, tapi kau kaget dan mengatakan maaf padaku sambil melepas pelukanmu. Tak perlu Harry, seharusnya aku berterima kasih padamu. Aku senang kau memelukku seperti itu.

Kita pun kembali ke Hogwarts, dengan senyum yang mengembang di setiap langkah kita. Kau memintaku untuk memanggilmu "Harry" dan kau memanggilku "Draco".

Ternyata sang Merlin masih memberiku kesempatan untuk aku bisa berbahagia, mungkin, ini adalah awal dari kebahagiaanku.

"Jadi, jadi, sekarang gimana? Sudah kau pertimbangkan untuk menyatakan perasaanmu?" tanya Myrtle dengan antusias. Aku hanya tersenyum dan menghela nafas mendengar pertanyaannya.

Aku menjawab, "Entahlah, dia kan sudah milik si Weasley itu. Tak mungkin aku menjadi pengganggu diantara mereka."

Myrtle memandangku aneh, "Bukankah... mereka sudah putus?" aku melebarkan mataku. Putus? Sejak kapan! Aku tak pernah dengar kabar itu... Atau mungkin, aku yang tidak terlalu memperdulikan keadaan sekitar!

"Mereka sudah putus semenjak dua bulan setelah perang besar, Draco. Masa kau tak tahu? Aku kira kau sudah tahu, makanya aku suka lupa untuk menceritakannya padamu!" jelas Myrtle. Oh, jadi mereka sudah putus. Lalu Myrtle memberitahuku lagi beberapa hal, yang memutuskan Ginny itu adalah Harry sendiri. Dan sekarang Ginny bersama si Longbottom itu. Bodoh sekali diriku, kenapa bisa tak tahu kabar seperti itu? Masa aku kalah dengan seorang hantu! Hebat juga si Myrtle ini, jangan-jangan dia punya agen mata-mata di Hogwarts?

"Jadi, masih ada kesempatan untukmu kan? Ayolah! Ini kesempatan untukmu, Draco!" aku tersenyum mendengar kalimat penyemangat dari Myrtle. Dia memang benar-benar penasehat setiaku. Aku menganggukan kepalaku, dan berkata...

"Thanks Myrtle, doakan aku ya..."

Dan kalimat itu pun mengakhiri pertemuanku dengan Myrtle untuk hari ini. Aku beranjak keluar dari kamar mandi, dan tak sabar untuk bertemu dengannya, Harry Potter.

Aku berlari di sebuah koridor menuju lantai dasar, namun aku berhenti sejenak, dan melihat ke sebuah jendela besar yang ada di sebelah kiriku. Hari ini langitnya benar-benar damai, sungguh hari yang sangat cerah. Baiklah, mungkin ini hari terbaikku. Mungkin...

Aku tersenyum melihat langit biru itu, dan kembali mengambil langkah.

Sedikit lagi...

Ya, hanya tinggal sedikit lagi. Agar aku bisa menggapai hatimu. Tunggu saja kehadiranku nanti, Harry Potter.

TBC

-ooooo-

(A/N)

Syukurlah bs bikin fanfic lagi, walau ide cerita aneh begiini... TTwTT tapi Rika udah berusaha untuk meramaikan Fandom Drarry lho :D :D

Rika mau ngebuat multi-Chapter lagi :D *digebukin karena yang satunya aja belum selesei*

Maaf bnget ya kalo ada typo yang bertebaran QAQ gomenne

Mudah2an Rika bisa update cepet :)

Makasih buat...

Crossalf, Farizu, CCloveruki, pucca-pucca-pucca, Namikaze lin-chan.
yang udah mau ripiuw di fic Rika yang kemarin XDD *hugs* maaf Rika lama baru bs bales soalnya problem terus QAQ pas mw blas review selalu problem loading mulu... QAQ

Seperti biasa, kalau punya waktu senggang dan kalau gak keberatan, mohon kritik dan sarannya yah lewat kotak ripiuw ato message bisa juga :D Makasih bwt semuanya! I luph u full!

Sampe ketemu lagi di chapter kedua "Because, I'm your angle".

Muach! Muach! *pada pingsan*
Hehe,, makasih sekali lagi m(_ _)m Arigatou!