"Himeka kau sedang apa?." Tanya wanita bersurai ungu pendek, berjalan kearah wanita bersurai hitam panjang yang berdiri tak jauh darinya.

"Ah…onee-chan, aku sedang melihat-lihat foto album onee-chan."

"Souka."

"Ne apakah ini foto kiseki no sedai waktu masih di Teiko?." Tanyanya sambil menunjuk salah satu foto dalam album tersebut. Wanita bersurai ungu itu melihat foto yang ditunjuk Himeka.

"Ya itu memang foto mereka, foto itu diambil 2 bulan sebelum aku pindah." Jawabnya sambil tersenyum.

"Souka…ternyata benar onee-chan pernah menjadi menejer mereka." Ucapnya lalu membalik album foto selanjutnya.

"Nee onee-chan bisakah kau menceritakan bagaimana pengalamanmu waktu menjadi menejer kiseki no sedai, ah dan juga bagaimana kau bisa jadian dengan Kuroko senpai?." Pinta Himeka yang sekarang memasang puppy eyes. Sedangkan wanita yang dipanggil onee-chan olehnya hanya terkekeh pelan melihat Himeka dengan puppy eyesnya.

"Hehehe kau benar-benar ingin aku menceritakannya?." Ucap wanita itu sambil mengelus surai milik Himeka.

"Tentu saja." Jawab Himeka dengan antusias. Wanita itu duduk di sofa yang tak jauh dari tempat mereka berdiri diikuti oleh Himeka yang duduk disebelahnya. Dia kemudian mengambil album foto yang dipegang oleh Himeka dan mulai membuka halaman pertama. Disana terdapat foto halaman depan sebuah sekolah dan terdapat tulisan SMP Teiko di tembok samping pintu pagar yang biasa dilewati murid-murid ketikah masuk sekolah.

"Mungkin aku akan menceritakan saat aku pertama kali masuk SMP Teiko." Ucapnya sambil tersenyum.


KUROKO NO BASUKE © FUJIMAKI TADATOSHI

NINA STORY: TEIKO ERA © SHERRYSAKURA99

COVER © SHERRYSAKURA99

.

WARNING: OC, OOC (mungkin), jika ada yang kurang mengerti jalan ceritanya atau banyak kesalahan Typo mohon di maklumi.

Genre: Friendship, Romance, Humor (mungkin, walau humornya agak garing)

Rate:T


Chapter 1: The Beginning


Aku mulai membuka mataku dan melirik kearah jam digital yang terletak di meja samping tempat tidurku, ternyata jam masih menunjukan pukul 5 pagi, sepertinya aku sudah terbiasa bangun pagi ketikah aku masih di Kyoto. Aku langsung mandi lalu memasak untuk sarapan dan membuat bekal, ya walaupun aku hilang ingatan, tapi entah kenapa ingatan tentang resep-resep masakan tidak ikut hilang, jadi aku masih bisa memasak sesuatu. Setelah jadi, aku letakan di atas meja dan mulai memakannya. Kalau tidak salah aku akan masuk ke SMP Teiko ya, katanya itu sekolah elit di Tokyo, aku jadi penasaran dengan sekolah itu. Aku bergegas menghabiskan makananku lalu mengganti bajuku dengan seragam SMP Teiko, dan menguncir sedikit rambutku menjadi dua, tak lupa memakai kalung yang diberikan Yukio neechan dan juga mengalungkan headphone berwarna hitam hadiah dari onii-chanku. Setelah aku siap, aku langsung mengambil tas dan bentoku yang sudah aku siapkan lalu keluar dari apartemen.

"Ittekimasu." Ucapku dan mengunci pintu apartemen.

Di perjalanan menuju SMP Teiko, aku sempat tersesat karena aku memang tidak tau jalan di Tokyo, untung saja ada seorang laki-laki yang berpakaian sama sepertiku sedang berjalan sambil membaca sebuah novel ditangannya. Aku mendekati laki-laki itu, tentu saja untuk bertannya.

"Ano sumimasen, apa kau sekolah di SMP Teiko?."

Dia berhenti berjalan dan menoleh padaku.

"Ya, ada apa?." Jawabnya dengan wajah yang datar.

"Aku sebenarnya sedang tersesat, dan tidak tau tempatnya."

"Oh, tempatnya tidak jauh dari sini, bagaimana kalau kita berangkat bersama saja."

"Arigato." Aku membungkukkan sedikit badanku lalu berjalan mengikutinya.

Di perjalanan kami sama-sama diam, aku yang lebih fokus pada lagu yang melantunkan bunyinya dari headphonku serta mencoba mengingat jalan mana saja yang aku lewati, sedangkan dia lebih fokus pada novel yang dia baca, walau aku heran apa dia tidak takut tersandung benda yang berada didepannya?.

"Apa kau murid baru?." Tanyanya padaku, sepertinya dia telah selesai membaca novelnya, karena dia menutup novel itu dan mulai melihat kearahku.

Aku melepas headphoneku dan mulai menjawab pertanyaannya

"Ha'i, perkenalkan namaku Nina Valentine, yoroshiku." Jawabku masih dengan wajah datarku.

"Namaku Kuroko Tetsuya, yoroshiku." Ucapnya memperkenalkan dirinya dengan wajah yang datar juga.


"Jadi onee-chan bertemu Kuroko senpai saat tersesat dijalan?." Tanya Himeka memotong cerita wanita yang kita panggil saja Nina. Nina hanya menganggukan kepalannya sebagai jawaban.

"Bagaimana menurut onee-chan saat pertama kali bertemu dengannya?."

"Bagaimana ya?, aku rasa dia cowok yang baik, walau selalu bertampang datar, dan ya setidaknya dia masih mau menolongku saat aku tersesat."

"Souka, kalau begitu lanjutkan ceritannya."


"Apa kita masih jauh Kuroko-kun?."

"Sebentar lagi juga sampai kok, oh ya Valentine-san pindahan dari mana?."

"Panggil saja aku Nina karena terlalu panjang jika memanggil dengan nama keluargaku, aku pindahan dari Kyoto."

"Oww."

Kami akhirnya sampai disekolah. Kuroko menunjukan letak ruang kepala sekolah padaku karena aku harus mengonfirmasi kedatanganku. Setelah selesai dengan urusanku, aku langsung diantar ke kelasku yaitu kelas 2-B. Wali kelasku masuk kedalam kelas diikuti denganku yang berada dibelakannya.

"Anak-anak kita kedatangan murid baru, silahkan perkenalkan dirimu." Perintah wali kelas padaku.

"Namaku Nina Valentine, aku pindahan dari Kyoto, yoroshiku." Ucapku sambil sedikit membungkukkan badanku.

"Baiklah kau boleh duduk dibelakang."

Aku langsung pergi ke tempat dudukku yang berada didekat jendela, dan aku baru sadar di sebelahku duduk seseorang bersurai biru muda yang aku temui tadi pagi, ya dia Kuroko Tetsuya.

"Sepertinya kita satu kelas ya, Kuroko-kun, mohon bantuannya ya." Kataku pada Kuroko.

"Ha'i, jika ada yang ingin Nina-san tanyakan tentang sekolah ini, tanyakan saja padaku." Jawab Kuroko masih memasang wajah datarnya.

"Arigato Kuroko-kun."

Pelajaran hari ini sangat membosankan karena ya aku sudah pernah mempelajarinya. Aku melirik kearah Kuroko, sebenarnya ada yang aneh dengan dirinya, dia bisa dibilang pengguna misdirection sama seperti kakakku Dany, dia pemain basket tapi fisiknya tidak cocok untuk di jadikan sebagai atlet basket, kalau di pengelihatanku persentasenya di urutan 55% untuk pemula. Ah… lagi-lagi angka-angka itu muncul setiap kali aku melihat orang-orang si sekitarku, dan itu membuatku sedikit terganggu. Oh ya oneechan bilang kalau aku bisa bermain basket kan?, hmm bagaimana kalau aku mencoba bermain basket digym istirahat ini, aku ingin tau mimpi itu sungguhan atau tidak.

Bel tanda istirahat pertama berbunyi, karena aku masih kenyang, aku memutuskan untuk mengelilingi sekolah ini. Sekolah ini bisa di bilang cukup luas, tak heran kalau di sebut sebagai sekolah elit. Aku melewati beberapa ruangan dan sampailah di gedung yang aku cari-cari yaitu gym. Aku masuk ke bagian lapangan basket dan disana sangat sepi, mungkin karena semuannya sedang istirahat ya. Aku mendekati ruang penyimpanan bola dan mengambil salah satu bola yang berada disana. Aku melepas jas sekolahku dan melipat lengan bajuku sampai siku, kalau rok tidak masalah, karena aku memakai celana pendek didalamnya. Aku masih ingat cara melempar bola kedalam ring dari buku olaragaku, aku mulai mendribel bola itu lalu mencoba melempar three poin dan masuk. Aku kaget karena bisa masuk begitu saja, padahal jarakku cukup jauh dari ring itu. Aku rasa itu cukup mudah, tapi bagaiman dengan Dunk?, sepertinya itu cukup sulit mengingat tinggi badanku yang hanya 163 cm, tidak mungkin aku bisa melakukan dunk. Aku melepas uwabakiku dan meletakannya di dekat bench lalu mulai mendribel bola sampai didekat ring, aku melompat dan memasukan bola itu kedalam ring, berhasil bola itu masuk begitu saja kedalam ring. Sugoi aku benar-benar bisa bermain basket, bahkan bisa melakukan dunk?, i-ini benar-benar aneh.

"Hebat juga kau bisa melakukan dunk seperti itu." Puji seseorang di belakangku.

Aku menoleh kearah pintu masuk gym, disitu berdiri seorang pemuda bersurai biru gelap, dan juga berkulit agak gelap.

"Aominecchi, ada apa kenapa kau tidak ma-, eh kau siapa-ssu?." Tanya seorang pemuda bersurai kuning di sebelah pemuda tadi.

"Aomine-kun, Ki-chan cepat masuk kedalam, kalian tidak ingin dimarahi Akashi-kun karena berhenti diluar kan?, are kau siapa?." Kali ini yang bertanya adalah wanita bersurai pink yang berada dibelakang mereka.

"Doumo Nina-san, ternyata kau berada disini." Yang ini suara Kuroko yang berada disebelah perempuan tadi.

"Uwaaa/kyaaa, Kurokocchi/Tetsu/Tetsu-kun, sejak kapan kau berada di sini/-ssu." Teriak mereka bertiga dengan panggilan yang berbeda-beda.

"Apa maksud kalian?, diakan datang bersama kalian tadi." Jawabku yang heran dengan sikap mereka bertiga.

"Eh… kau bisa merasakan keberadaan Kurokocchi-ssu?." Tanya pemuda bersurai kuning yang mendekatiku diikuti dengan yang lainnya. Memangnya kenapa kalau aku bisa merasakannya?, apa pengaruh misdirectionnya terlalu berlebihan sampai orang lain tidak bisa merasakan keberadaannya?, karena yang aku tau kakaku tidak sampai seperti itu walaupun dia pengguna misdirection. Aku cuma bisa mengangguk sebagai jawabannya.

"Sugoi, kau wanita pertama yang bisa merasakan keberadaan Kurokocchi-ssu, oh ya siapa namamu?."

"Nina Valentine."

"Namaku Kise Ryota, yoroshiku." Ucap pemuda berambut kuning.

"Kalau aku Momoi Satsuki, boleh aku memanggilmu Nina-chan?." Ucap wanita yang berambut pink.

"Terserah kau saja." Jawabku masih dengan wajah yang datar.

"Aku Aomine Daiki, yoroshiku." Ucap laki-laki disebelah momoi sambil memperlihatkan senyumannya.

"Yoroshiku." Jawabku singkat.

Aku melihat kearah Kise dan Aomine, angka-angka dan tulisan muncul disekitar mereka sejak tadi. Kise Ryota tinggi 184cm, berat 72kg, small forward, kemampuan copycat?, apa dia bisa mengcopy gerakan ya?, basketball tapi sepertinya dia juga bisa bermain olahraga apa saja, 70% di tingkat pemula. Lalu Aomine Daiki, tinggi 187cm, berat 80kg, power forward, kemampuan agility, 80% di tingkat pemula, sepertinya dia juga pemain basket sama seperti Kise.

"Hei kau bisa bermain basketkan?, bagaimana kalau kita bermain one on one?." Tantang Aomine padaku.

"Eh kau bisa bermain basket-ssu?, aku juga mau menantangmu." Ucap Kise.

"Enak saja, aku yang melihatnya duluan jadi aku yang melawanya lebih dulu Kise."

"Aominecchi mengalahlah sedikit padaku-ssu, aku juga ingin melawannya."

Aku hanya bisa sweeatdrope melihat tingkah laku mereka berdua yang seperti anak kecil merebutkan mainannya. Tiba-tiba ada sebuah suara dari arah pintu gym yang membuat mereka semua diam.

"Aomine, Kise, apa yang sedang kalian ributkan?." Ucap seseorang pada mereka berdua.

Aku melihat ke pintu masuk, disana terdapat tiga orang dengan rambut berbeda-beda. Ada yang bersurai ungu yang tingginya hampir mencapai 2 meter sedang memakan snack yang berada ditangannya, ada juga pemuda yang bersurai hijau memakai kacamata dan membawa sebuah gunting berwarna merah ditangan kanannya, lalu yang paling pendek di antara mereka bertiga dengan surai yang berwarna merah, sepertinya dia juga satu kelas denganku dan Kuroko.


"Hee… onee-chan satu kelas dengan kapten boncel bermata belang itu?." Tanya Himeka dengan wajah kaget.

(Seketikah gunting melayang melewati Author, Himeka serta Narator yang sedang membacakan cerita)

(Akashi: Kalian menyebutku apa? *mainin gunting sambil menyeringai*)

(Narator dan Himeka: Ampun Akashi-sama, hamba hanya disuruh Author membacakan cerita *keringat dingin*)

(Author: Maa maa Se-chan jangan marah, entar saya belikan gunting merah satu lusin deh)

(Akashi: 2 lusin)

(Author: *menghela nafas* baiklah 2 lusin)

(Akashi: *masukin gunting kesaku celana* lanjutkan ceritannya)

"Bisakah kau tidak menyebut Akashi seperti itu Hime-chan." Jawab Nina sambil sweetdrop dengan julukan yang diberikan Himeka pada Akashi.

"Habis dia itu menyebalkan, tatapannya, sikapnya juga menyebalkan." Ucap Himeka sambil mendengus kesal.

"Hehehe, mungkin itu juga yang aku rasakan ketikah pertama kali bertemu dengannya, tapi percayalah dia orang baik kok." Ucap Nina sambil tersenyum.


"Mereka sedang merebutkan siapa yang bermain one on one melawan Nina-san, Akashi-kun." Jelas Kuroko.

Orang yang bernama Akashi itu mendekat kearah kami di ikuti kedua temannya dibelakangnya.

"Bukannya kau Nina Valentine?, sedang apa kau disini?." Tanya Akashi padaku.

"Aku hanya ingin mencoba bermain basket."

"Kau bisa bermain basket-nodayo?." Tanya pemuda berambut hijau

"…" Aku hanya menganggukkan kepalaku sebagai jawaban.

Aku melihat kearah Akashi, sepertinya dari tadi dia melihatku terus dengan aura intimidasi yang keluar dari tubuhnya, ya walau aku tidak terlalu terpengaruh dengan tatapan itu.

"Apa ada sesuatu diwajahku?." Tanyaku pada Akashi dengan wajah yang datar.

"Tidak, hanya saja aku yakin bukan itu saja kemampuanmu, kau pasti punya kemampuan yang lain kan?." Akashi berkata sambil tersenyum atau menyeringai.

Aku mengangkat sebelah alisku, bagaimana dia bisa tau itu, apa dia seorang peramal?. Lalu apa-apaan tatapan itu, dia seperti ingin melubangiku dengan tatapan itu.

"Ya kau benar, bagaimana kau bisa tau?."

"Karena aku selalu menang, maka aku selalu benar." Jawab Akashi masih memasang seringai di wajahnya.

"Oww, ya sebenarnya aku juga bisa menganalisa."

"Eh… kau juga bisa menganalisa?." Tanya Momoi padaku.

"Hanya sebatas tinggi badan, berat badan, posisi, jenis olaraga, dan kemampuan itu saja."

"Sugoi, nee Akashicchi bagaimana kalau Ninacchi di jadikan menejer kedua-ssu?." Usul Kise.

Ninacchi?, julukan macam apa itu?, apa dia selalu pakai sufic–cchi ketikah memanggil nama orang ya?, itu terdengar aneh di telingaku, apalagi dia juga memberi akhiran–ssu di akhir kalimatnya, sama dengan orang yang berambut hijau itu, dia juga memberi akhiran–nodayo di akhir kalimatnya, benar-benar aneh.

"Aku setujuh dengan Ki-chan, lagipula aku juga merasa kesepian karena tidak ada yang menemani ngobrol, Akashi-kun jadikan dia menejer kedua ya?." Pinta Momoi pada Akashi.

"Tanpa perlu kalian minta, aku juga sudah mau menawarkannya, jadi bagaimana Nina apa kau mau jadi menejer kedua?." Pinta atau mungkin lebih baik disebut perintah dari Akashi.

Aku diam sejenak, kenapa tiba-tiba memintaku menjadi menejer kedua?, lebih baik aku pikirkan dulu matang-matang.

"Beri aku waktu sampai istirahat kedua, akan aku beri jawabannya."

"Baiklah, aku tunggu jawabanmu, tapi ingat aku tidak menerima penolakan, jadi pikirkan baik-baik."

Aku menganggukan kepalaku dan berjalan kearah bench untuk merapikan bajuku dan memakai jas, headphone serta uwabaki yang aku letakan disana, tak lama kemudian bel masukpun berbunyi. Aku, Kuroko, Akashi serta laki-laki berambut hijau yang kuketahui bernama Midorima Shintarou berjalan menuju kelas kami.

"Sebenarnya gunting itu untuk apa?." Tanyaku pada Midorima yang kebetulan berada disebelahku.

"Ini luck item untuk cancer hari ini-nodayo."

"Lucy item?."

"ya begitulah-nodayo, ngomong-ngomong apa zodiacmu?."

"Aku, aquarius kenapa?."

"Sama seperti Kuroko ya, aquarius berada di peringkat ketiga minggu ini-nodayo, lucy itemmu berupa pita berwarna biru polkadot." Ucap Midorima sambil membenarkan letak kacamatanya.

"Gomene, aku tidak percaya dengan ramalan."

"Memang kenapa Nina-san?." Tanya Kuroko padaku.

"Karena ramalan tidak akan pernah bisa memprediksikan kematian kita." Jawabku sambil menatap lurus kearah lorong yang berada didepanku.

Kami sampai di kelas kami, untung saja guru yang mengajar hari ini tidak masuk, Akashi bilang beliau sedang cuti karena baru saja melahirkan, jadi untuk sementara waktu beliau tidak masuk dan hanya memberi kami tugas. Dengan begini aku bisa memikirkan tawaran Akashi, sepertinya akan seru mengingat keahlianku saat ini hanya pada olaraga itu saja, lagipula aku sedang tidak ikut eksschool apapun, ya lumayanlah untuk mengisi waktu luang. Daripada aku menunggu istirahat kedua, lebih baik aku menjawabnya sekarang. Aku berjalan menuju kebangku Akashi yang terletak paling depan, dan dia sepertinya sedang mengerjakan tugasnya.

"Akashi-kun, aku ingin menjawab tentang tawaranmu tadi." Ucapku ketikah aku sudah sampai dibangkunya.

"Aku pikir kau akan menjawabnya waktu istirahat kedua." Dia melihat kearahku sambil memperlihatkan seringainya.

"Lebih cepat lebih baikkan?, bukannya kau tipe orang yang tidak suka menunggu?."

"Ya kau benar, jadi apa jawabanmu?."

"Aku menerimanya, jadi apa yang harus aku lakukan?."

"Sudah kuduga kau akan menerimanya, datanglah ke gym sepulang sekolah, Momoi akan menunjukan apa yang harus kau lakukan."

"Baiklah kalau begitu, aku akan kembali ke bangkuku." Jawabku lalu kembali ke tempat dudukku.


"Aku tidak percaya onee-chan akan langsung menerima tawaran itu." Komentar Himeka.

"Jika kau berada diposisiku kau juga pasti akan mengambil keputusan yang sama denganku, lagipula lebih baik kita memanfaatkan keahlian kita bukan?."

"Onee-chan benar, kalau begitu lanjutkan ceritannya."


Bel pulang sekolah berbunyi, dan selama pelajaran aku masih memikirkan tentang aku yang tiba-tiba bisa bermain basket, kemampuan analisa itu, lalu warna mataku yang berubah jadi merah, bahkan sampai aku berada di gym, aku masih memikirkan hal tersebut. Sekarang para anggota regular sedang berlatih. Mereka semua aku akui sangat berbakat, mulai dari Aomine dengan kemampuan agilitynya, Kise dengan copycatnya, Midorima yang berbakat menembak three poin dengan tepat walau jaraknya sangat jauh, Murasakibara dengan kemampuan dapat memblock tembakan lawanya, Akashi sang kapten yang entah kenapa dia dapat membaca gerakan setiap lawannya, dan Kuroko dengan kemampuan passing dan misdirectionnya, oh jangan lupa Momoi Satsuki walau dia hanya sebagai menejer tapi kemampuan analisanya itu juga hebat, karena dia bisa memprediksikan perkembangan para pemain lainya. Dan aku juga baru tau kalau tim regular ini termasuk tim yang mendapat julukan Kiseki No Sedai atau Generation Of Miracle, sebuah kelompok yang memiliki kemampuan khusus dibidang basket yang hanya muncul 10 tahun sekali. Aku ditugaskan untuk mengamati mereka dan mencatat perkembangannya, tapi aku sama sekali tidak fokus, ya itu karena aku masih memikirkan kemampuanku. Hmm aku sempat berpikir apa aku ini robot ya?, karena setauku pandangan seorang robot hampir mirip seperti kemampuanku, dan juga kenapa aku sama sekali tidak bisa mengingat masa laluku?.

Sekarang ini hanya ada dua kemungkinan, pertama perkataan oneechan waktu itu benar, dia memberi kemampuannya padaku lalu menghapus memori masa laluku, yang kedua adalah pemikiran gilaku tentang aku adalah sebuah android, walau itu sama sekali tidak logis, tapi bukannya robot tidak bisa mengeluarkan darah dan merasakan rasa sakit?, kenapa tidak aku coba saja, mumpung ada gunting milik Midorima yang berada disebelahku, tentu saja tanpa sepengetahuan orangnya. Aku meletakan papan catatan disebelahku, lalu mengambil gunting itu dengan tangan kananku kemudian menggoreskannya ditelapak tangan kiriku. Darah mulai keluar dari tangan kiriku, rasa perih dan ngilu mulai terasa pada tanganku yang terluka. Ternyata aku bukan robot, jadi oneechan benar-benar memberi kemampuannya padaku.

"Nina-chan sebentar lagi latihannya sele-, ya ampun Nina-chan tanganmu berdarah, dan apa yang kau lakukan dengan gunting Midorima-kun?." Tanya Momoi yang kaget melihat tanganku yang terluka.

"Ada apa Momoi?, Nina kenapa dengan tanganmu?." Tanya Akashi yang ikutan kaget melihat luka itu.

"I-ini, bagaimana ya menjelaskannya." Jawabku sambil menggaruk belakang kepalaku yang tidak gatal.

"Momoi cepat ambil kotak P3K."

"Hai Akasi-kun." Ucap Momoi meninggalkan kami berdua.

"Ada apa-nodayo?, kenapa dengan tanganmu Nina?." Tanya Midorima mendekat kearah kami diikuti Aomine, Kise, dan Kuroko

"Dia melukai tangannya sendiri dengan gunting miliku?." Jawab Akashi sambil duduk didepanku, bersamaan dengan Momoi yang datang sambil membawa kotak P3K.

"Seharusnya kau tidak melukai dirimu sendiri-nodayo." Ucap Midorima sambil membenarkan letak kacamatannya.

"Ninacchi jangan lakukan itu lagi-ssu, kau membuat kami jadi khawatir." Ucap Kise dengan wajah cemas.

"Kau berhutang penjelasan pada kami Nina, kenapa kau bisa melukai dirimu sendiri." Ucap Akashi yang sekarang sedang membalut luka yang ada di tangan kiriku.

"Gomenasai karena sudah membuat kalian khawatir, terutama kau Midorima-kun, maaf sudah menggunakan lucky itemmu tanpa seijinmu, aku akan menggantinya nanti." Ucapku sambil menundukan sedikit badanku.

"Tidak perlu diganti-nodayo, asal kau tidak apa-apa itu sudah bagus, bu-bukan berarti aku peduli padamu loh."

"Arigato Midorima-kun."

"Sudah selesai, jadi sekarang bisa kau ceritakan Nina?." Perintah Akashi padaku.

"Aku hanya sedang memastikan sesuatu."

"Memastikan apa Nina-san?." Tanya Kuroko padaku.

"Memastikan tentang kemampuanku."

"Maksudmu?." Tanya Aomine.

Aku menghela nafas, kemudian mulai bercerita tentang pertemuanku dengan kakak-ku, kemudian tentang kemampuan yang diberikan olehnya dan aku yang hilang ingatan, serta tentang pemikiranku tadi. Mereka sempat terkejut bahkan Akashi sendiri tidak menyangka aku mengalami itu semua.

"Jadi karena itu kau ingin sampai melukai tanganmu, untuk memastikan kau manusia atau bukan?." Tanya Aomine padaku yang aku jawab dengan anggukan kepala.

"Itu pemikiran gila-nodayo." Komentar Midorima.

"Aku tau tapi aku hanya ingin memastikannya."

"Aku rasa kau tidak perlu terlalu memikirkannya Nina-san, karena aku yakin kakakmu memberikan kemampuan itu agar kau bisa memanfaatkannya sebaik mungkin." Ucap Kuroko padaku sambil tersenyum, dan ini pertama kalinya aku melihat dia tersenyum.

"Kau benar Kuroko-kun, sekali lagi aku minta maaf pada kalian semua."

"Iie daijoubu, lain kali kau jangan mengulanginnya lagi, lebih baik sekarang kalian ganti baju karena latihan sudah selesai." Perintah Akashi yang langsung disambut baik oleh mereka semua.


To Be Continue


#Curhatan Author#

Author: Saya kembali dengan cerita baru, atau mungkin bisa disebut sequel dari cerita Nina Story, cerita ini saya buat karena saya malas membuat flashback, hehehe, disini hanya akan menceritakan Nina-chan waktu masih berada di Teiko, tentu saja nanti akan ada cerita bagaimana Te-chan dan Nina-chan bisa pacaran, oh ya cerita ini masih ada kaitannya dengan cerita utamannya, jadi mulai sekarang di cerita utama saya tidak akan menambahkan flashback, dan saya mungkin akan agak lama mengupdate cerita ini karena saya belum melihat cerita Kuroko No basuke secara keseluruan dan saya masih menunggu season 3 nya keluar. Kalau ada yang tanya kenapa tidak lihat di manganya saja?, saya akan menjawab dengan tegas bahwa saya agak malas membaca manga, hehehehe, dan juga entah kenapa cerita dimanga dan animenya agak berbeda pada beberapa bagian, jadi saya mengikuti yang ada di animenya saja.

Jadi jangan lupa ya REVIEW PLEASE…!


See You Next Chapter 2: Friend?