disclaimer : Bleach belong to Tite Kubo

Warning : OOC little bit, typo maybe, dst.


Sweet Sacrifice


Prolog

.

.

Seorang gadis remaja bermbut panjang berdiri dengan kokohnya walupun tetes-tetes air yang merupakan berkah yang diturunkan dari langit mulai mendera pertahanannya. Namun, gadis itu tetap berdiri seakan guyuran air hujan ataupun panas terik yang akan membuatnya roboh tak akan membuatnya gentar ataupun menghalau niatnya untuk tetap berdiri di pusara itu.

Rambutnya yang sedikit bergelombang sesekali bergoyang disinggahi hempasan angin.

Gadis itu menundukan wajahnya seakan tak dapat memalingkan pandangannya selain pada gundukan tanah di pusara tersebut -yang bahkan meskipun kita tidak melihat wajahnya kita pasti akan sependapat- dia adalah seorang gadis yang amat cantik. Kau tahu kenapa aku menyimpulkan demikian?

Bayangkan saja!

Postur tubuhnya sangat ideal. Yah, bisa dibilang cukup tinggi jika diperkirakan dari usianya. Dadanya membusung -mungkin berukuran 30 DD (bener gak sih ukuran Bra yang paling besar cup 30 DD?) dengan tiga kancing yang menghiasi bagian atas pakaiannya, lalu dua buah kancing yang melekat pada bagian perutnya yang membuatnya terlihat sangat ramping. Kerah bajunya menjulang tinggi hingga menutupi sebagian leher jenjangnya. Badannya terlihat sintal dan betisnya terlihat jenjang dibalik gaun terusan berwarna hitam legam selutut yang dikenakannya. Lalu, jari-jari tangan lentik miliknya itu nampak dari sela bajunya yang berlengan panjang dengan gaya Elvis pada bagian ujungnya. Terlihat kuku gadis itu memakai kutek berwarna merah menyala. Sangat kontras dengan gaun hitam legam berenda yang anggun nan elegan layaknya seorang lady yang dikenakannya.

Perlahan-lahan para kerabat dan keluarga almarhum mulai meninggalkan pusara. Namun tidak demikian dengan gadis itu. Dia terpaku, seolah-olah ada benang merah yang mengikat dirinya dan almarhum.

"Ulquiorra Sciffer..." gadis itu mengeja nama seorang pemuda yang tertulis pada nisan dipusara yang berada di hadapannya.

"Ulqui bodoh!" ulangnya.

"Kenapa kau meninggalkanku? Apa kau ingin membalas kepergianku?" Ia menahan napasnya sebentar. "Ayolah! Ini tidak lucu! Lelucon apa ini?" Suara serak gadis itu mulai mendominasi pusara karena yang masih berada disana hanyalah gadis itu seorang.

"Nona, ayo kita pulang!" Sebuah suara yang berasal dari seorang pria memanggil gadis tersebut.

" Ayah dan Ibu nona berkali-kali menelpon, mereka sangat mencemaskan anda." Lanjut pria itu lagi sembari mendekati sang gadis.

Pria itu lalu merangkul pundak gadis dihadapannya yang ternyata adalah anak dari majikannya.

"Saya tahu bagaimana rasanya ditinggal pergi oleh orang yang kita cintai!" lanjut pria itu.

"Jika nona mau, nona dapat mengandalkan saya. Saya bersedia dan akan selalu ada jika nona butuh tempat untuk berbagi nestafa!" ucapnya.

"Hn...Arigatou. Hontou nii arigatou."

"Mungkin suatu hari nanti aku akan membutuhkanmu. Namun, kali ini aku benar-benar sedang ingin sendiri. Biarkan aku disini setengah jam lagi!"

"Atau jika kamu bosan menunggu, kamu boleh pulang duluan. Bilang saja pada ayah dan ibu, aku pulang dengan kendaraan umum. Nanti aku akan menjelaskannya pada mereka supaya kamu tidak mendapat masalah." Ujar gadis itu disertai senyuman lembut.

"Sungguh, ayolah!" kata gadis itu seraya menempelkan tangannya diatas tangan pria yang masih berada di pundaknya lalu melepaskannya.

"Baiklah nona!"

"Tapi,biarkan saya menunggu nona!" pria itu berbalik meninggalkan sang nona menuju mobil yang terparkir di taman kompleks pemakaman.

Derap langkah sang pelayan yang meninggalkannya mulai mengusik batinnya. Ditengah-tengah kesendirian, gemerisik dedaunan yang berjatuhan mulai menguak keheningan diantara nisan-nisan di sekelilingnya, gadis itu menggigit bibir bawahnya dan berkata terputus-putus dengan getir menahan isakannya.

"U-Ulqui-kun, aishiteru nne!" kata gadis itu tersenyum, walaupun tetes-tetes air mata mulai jatuh dan berlomba-lomba sampai pada pipinya yang halus.

Selang sepersekian detik kemudian, gadis itu terhuyung dan ambruk ke tanah. Tanah pekuburan yang merah dan basah pasca hujan telah mengotori pakaian indahnya. Namun gadis itu enggan bangkit dan malah memeluk batu nisan di hadapannya tanpa sepatah katapun yang terucap dari bibir mungilnya.

Clak

Clak

Claaakkk!

Lama gadis itu terdiam. Hujan kembali turun, air yang jatuh mulai membasahi sekujur tubuhnya dan menggenangi tanah merah pusara. Gadis itu masih menangis, namun tiba-tiba dia bangkit dan berdiri lalu mengambil payung hitam yang tergeletak disampingnya.

"Ulqui-kun, maaf aku harus meninggalkanmu!" lagi-lagi nama itu terlontar dari mulutnya. "Tapi aku yakin, di kehidupan mendatang kita akan hidup bersama! Aku yakin." Ujar gadis itu tersenyum ceria.

"Biarkan aku menebus dosaku di kehidupan mendatang!" ucapnya tanpa keraguan.

.

.

"Sayonara..."

Gadis itu mulai membelakangi pusara dan berbalik pergi, bersamaan dengan itu angin berhembus dengan kencang dan membuat payungnya terbang terbawa angin. Seolah menjadi pertanda ikatan benang merah diantara mereka telah terputus dan takdir yang ada didepannya telah menunggu.

Berrrrrrrrrrrrrrrrrrrr !

.

.


to be continued


a/n :

fic abal ini plan-nya mau dibikin multichap... hmm, sebenernya terinspirasi dari mimpi.

hehe... oh iya settingnya back to djaman doeloe.

ehm... jangan lupa review... KRITIK DAN SARAN!