"Kau Kim Taehyung anak pindahan dari London itu kan?"
Kim Taehyung memandang heran pada anak lelaki yang tiba-tiba saja mencegatnya dipintu gerbang sekolah.
Anak itu tersenyum lebar menatapnya excited, tangan kanannya terangkat meminta untuk bersalaman dengannya.
Taehyung hanya mengangkat satu alisnya, manik birunya memindai anak itu dari atas kebawah, "Siapa kau?" Tanyanya ketus.
Anak itu menurunkan tangannya, Kim Taehyung sepertinya enggan untuk berjabat tangan dengannya. "Aku Jeon Jungkook, salam kenal"
"Hm" —Dan dengan acuh Taehyung melewati anak yang menganggu perjalanannya, memasuki gedung sekolah seakan anak yang menyapanya itu tidak ada.
Kim Taehyung tidak berniat berbasa-basi dengan anak aneh, ia meliriknya sebentar sebelum langkahnya menjauh.
Hari-hari disekolah barunya terasa membosankan selama beberapa minggu sampai anak aneh yang bernama Jeon Jungkook itu mulai mulai membuatnya merasa terganggu setelah perkenalan singkat dirinya dipintu gerbang. Seakan kemanapun Taehyung berkeliaran di area sekolah selalu ada Jungkook yang mengikutinya.
"Itu perasaanmu saja" Pernah saat Taehyung bercerita sekali pada Jung Hoseok, teman sekelasnya mengenai Jungkook, yang ternyata adik kelas satu tingkat dibawahnya. "Wajar jika kau menemukan anak itu dimana-mana di area sekolah, dia murid disini juga bro" Tertawa renyah yang hanya dibalas Taehyung dengan dengusan kesal, "Tapi serius bro, pernyataanmu tentang hoobae itu yang memata-mataimu itu tidak masuk akal! Ia memiliki banyak teman entah itu hoobae nya juga atau sunbae nya jadi dia sering berkeliaran kesana-kemari, apalagi anak itu terkenal lincah. Dan untuk apa pula ia melakukan itu?!"
Batin Taehyung ingin mengelak bahwa bukan suatu kebetulan jika setiap hari Taehyung selalu menemukan anak itu berada tak jauh darinya, apalagi setiap jam istirahat Taehyung tidak pernah berbaur dengan anak yang lainnya, ia selalu mencari tempat yang sepi seperti atap atau taman belakang yang membuatnya bisa bersantai dan makan dengan tenang dari rasa sesak kerumunan murid terlebih siswi yang senang sekali bertanya ini itu padanya dengan tatapan memuja.
Dan disana selalu ada hoobae nya itu, Jeon Jungkook, yang memperhatikannya intens.
Taehyung merasa terganggu, ia kesal. Namun ia enggan untuk membuang energinya untuk memikirkan keanehan anak itu atau sekadar menegurnya.
Semenjak itu dengan enggan Taehyung mulai beristirahat dikantin, ditambah dengan Jung Hoseok yang terus memaksakan sarannya pada Taehyung "Berbaurlah dengan anak yang lainnya. Kau tampan dan para siswa banyak yang tergila-gila padamu ,sayangnya saja kau sangat dingin. Semua murid membicarakanmu anak yang sombong, kau tau? Mereka berkata-kata yang tidak tentangmu seperti 'hei tau tidak sebenarnya Taehyung itu anak nakal, dia itu dikeluarkan disekolah lamanya dan sepertinya dibuang orangtuanya kemari' dan perkataan buruk lainnya bro"
Taehyung hanya berdecak sinis, menahan emosi yang terkumpul diubun-ubunnya. Apa yang mereka tau mengenainya!
Orangtuanya tidak pernah membuangnya dan sekolahnya yang dulu tidak pernah mengeluarkannya, justru ia anak yang sangat berprestasi dan berbakat disegala aspek.
Satu-satunya alasan ia pindah ke Busan dan tinggal bersama Kakek-Neneknya hanya karena ia yang berselisih dengan Kakaknya dan membuat keributan besar dirumah, yang sayangnya kedua orangtuanya lebih membela Kakaknya daripada ia.
Merasa di-anak-tiri-kan Taehyung nekat kabur ke Korea Selatan seorang diri, meski sesampainya dirumah Kakek-Neneknya, mereka menghubungi Ibunya dan mengirim sejumlah uang untuk biaya hidup dan sekolahnya di Busan.
Taehyung anak yang keras kepala, orangtuanya paham sifatnya, karena itu mereka membiarkan Taehyung dan ego besarnya untuk mengatur keinginannya sendiri hingga kemarahannya mereda.
"Jadilah seperti hoobae kita yang manis itu, Jeon Jungkook, dia disenangi semua murid, sangat ramah, selalu tersenyum dan bersikap ceria dimana saja" Taehyung menggulirkan matanya pada anak menganggu yang dimaksud.
—Jungkook yang sedang dikelilingi banyak anak, tertawa renyah saat mendengar cerita teman disebelahnya.
Merasa diperhatikan Jungkook mengalihkan pandangannya.
Taehyung membuang muka saat jungkook ikut menatapnya dengan senyum manis dibibirnya.
Kim Taehyung sepertinya menemukan alasan mengapa ia harus membenci anak bongsor itu terlebih ia tidak suka dibanding-bandingkan dengan anak sepertinya.
"Anak itu membuatku iritasi" Taehyung kembali bercerita.
Baekhyun teman satu tim basket yang sering disebut kembarannya hanya karena mereka tampak mirip itu mendengarkan kekesalan Taehyung dengan mengerutkan keningnya, sesekali matanya mencuri pandang pada anak yang dibicarakan Taehyung.
"Jeon Jungkook?" Taehyung menganggukkan kepalanya. "Mungkin ia ingin mencari perhatianmu"
Taehyung memasang wajah bingung pada ucapan Baekhyun.
"Yah, Well... dalam sekejap kau sudah menjadi cowok idaman satu sekolah meski kau acuh, dingin, dan sedikit—menyebalkan. Kupikir ia ingin sepertimu, kau tau-populer dikalangan gadis lalu berteman denganmu, atau mungkin..."
"Atau mungkin?"
Baekhyun mengangkat bahunya ragu, "Mungkin ia menyukaimu"
"APA?!"
"Yah—aku tak percaya aku berkata ini, tapi kau sangat menawan Taehyung, bisa saja ia diam-diam mengidolankanmu"
"Kau mengada-ada! Kudengar diapun anak yang diidolakan"
.
...
LULLABY OF WOE
.
.
.
Present
By, Kyanzha16
-Fiction Penggemar-
.
.
Aku tidak mengambil keuntungan dari cerita ini. semua karakter dalam cerita ini bukan milikku (milik Tuhan, BIGHIT, dan mereka sendiri).
Fanfiksi ini murni cerita dari imajinasiku sendiri.
Please, dont copy paste or plagiarize my story :)
.
Main Cast : Kim Taehyung, Jeon Jungkook
Cast : ALL MEMBER BTS
Genre : Rommance, Sad, Suspense, Angst, Tragedi
Ranting : M
Warning : YAOI
.
.
NOTE : maaf jika banyak kesalahan dalam penulisan atau cerita kurang menarik.
HAPPY READING~
...
.
Taehyung menatap sendu pada langit mendung, rintikkan air mata langit jatuh turun ketanah tempatnya berpijak saat ini dan turut serta membasahi baju di tubuhnya.
"Aku tidak mau kerepotan mengurusimu jika besok kau sakit"
Jungkook menyilangkan kedua tangannya, tersenyum manis saat pemuda tampan yang melamun itu merespon kehadirannya. Menyenderkan punggungnya pada tembok dibelakangnya, Jungkook menaikan satu alisnya ketika dilihatnya tatapan sedih Taehyung padanya—
—Seketika senyum di bibir Jungkook menghilang. Ia tidak suka dikasihani.
"Jung—"
"Taehyung— Aku ingin pulang"
Taehyung mengerti, pemuda itu benci jika ia bersikap iba seperti ini.
Namun Taehyung tidak bisa melepaskan perasaan bersalah dihatinya sebab ia tak mampu menjadi pasangan yang dapat diandalkan sepenuhnya seperti menghilangkan beban penderitaan dihati pemuda yang lebih muda darinya 1 tahun itu. Kesedihan dari rasa sakit yang selama ini terus menerus menjadi mimpi buruk Jungkook setiap malam.
Taehyung hanya mengangguk, menggerakan kedua kakinya untuk mendekati Jungkook yang selama dua setengah tahun ini telah menjadi kekasihnya.
"Bagaimana keadaan Eomma?"
Jungkook enggan untuk bereaksi menyedihkan, semampunya ia memasang raut biasa. Tetapi taehyung bisa melihat semua perasaan sakit dimata berkacanya.
"Tidak ada perubahan berarti, masih sama seperti dulu. Ia bahkan masih—tidak mengenaliku" Ucapnya dengan senyum miris.
Jeon Jungkook, pemuda indah dengan senyum kelinci dan tawa sehangat sang senja, anak yang selalu ceria dan membuatnya iri karena bisa dekat dengan siapa saja. Seseorang yang telah mencuri isi hatinya, musuhnya, keinginannya dan cintanya.
Jungkook adalah obat dari rasa sakit hatinya dulu, teman, sahabat, sekaligus saudara yang mau mendengarkan keluh kesahnya.
Jungkook dapat mengerti sifat Taehyung yang rumit. Jungkook yang dapat diandalkan dari semua masalah yang menimpanya.
Jungkook menghapus kesedihannya, memberinya beribu nasihat disaat ia tak bisa berfikir jernih.
Kehadirannya disisi Taehyung merupakan suatu berkah. Dan Taehyung ingin menjadi orang yang juga bisa menghapus duka yang melekat sejak lama di hati Jungkook.
Namun rasanya itu mustahil sekalipun ia berusaha hingga bumi runtuh.
Katakanlah Taehyung lelaki yang terlalu Melanklonis,
—Ia tidak bisa menahan sesak didada-nya setiap kali ia harus menemani Jungkook menemui Eomma-nya yang terkurung dibangsal no.6 RSJ Chemichal Busan dan selalu berakhir dengan Jungkook yang menangis tersedu sebab Eomma-nya menjadi histeris dan mulai meracau tak jelas.
Hati kekasihnya terluka dan itu membuat Taehyung ikut merasakan sakit juga.
Setelah memahami Jungkook, Taehyung sadar, orang yang pernah dibencinya kala itu merupakan sosok yang kuat. Kekasihnya tidak menunjukkan dukanya pada dunia, tidak pula mengeluh akan nasibnya pada semua orang.
Jungkook-nya terus saja tersenyum dan tertawa setiap saat seakan tidak memiliki beban.
Taehyung tersentuh sekaligus merasa malu tatkala dimana hubungan mereka baru berjalan 3 bulan, dan Jungkook memberitahunya keadaan Eomma-nya yang sudah tak waras lagi ketika keduanya sepakat untuk tidak menyimpan satu rahasia apapun.
Kehidupan Jungkook penuh dengan rasa sakit.
Jungkook tidak sepertinya yang hidup dalam kemewahan dengan keluarga lengkap yang waras. Jungkook tidak pernah makan enak direstaurant mahal, tidak tidur ditempat yang nyaman dan tidak memakai pakaian bermerk setiap harinya.
Jungkook tidak seperti yang Taehyung pikirkan sebelumnya. Kehidupan keduanya berbanding terbalik 180 derajat.
Dan itu membuat Taehyung malu dengan bagaimana ia yang terus bersikap egois; terus mengeluh dengan kedua orang tuanya.
Pemuda yang kini dicintainya, berhati malaikat. Kebaktian kekasihnya akan harapan kesembuhan Eomma-nya membuatnya tidak pernah pantang menyerah dengan kejamnya hidup, meski sudah hampir 10 tahun.
Ketegarannya menyayat hati Taehyung.
Karena itu setiap mengantar Jungkook untuk menjenguk Eomma-nya, Taehyung lebih memilih berada di area taman Rumah Sakit dan membiarkan kekasihnya melepas kerinduannya akan sosok Eomma-nya yang dulu pernah memanjanya dipangkuannya tanpa harus melihat sosok rapuh yang berurai air mata dari mata bulat indahnya.
"Terima kasih, aku lebih leluasa kali ini saat berbincang dengan Eomma-ku" Jungkook berkata kala itu saat Taehyung bilang ,ia akan berada disekitaran Rumah Sakit. "Untuk memberimu ruang, aku lihat kau tidak dapat berbicara bebas karena aku ada didekatmu" Taehyung membalasnya dengan senyuman sendu.
Namun taehyung tau, Jungkook juga tau Pasti alasan Lain dibaliknya.
"Kook..."
"Hmm?"
"Ayo bertemu keluargaku"
Langkah kaki Jungkook berhenti tiba-tiba.
Taehyung mengernyitkan keningnya, mata kekasihnya memandang kosong kedepan.
"Kook- Sayang?"
Taehyung mengguncang pelan bahu Jungkook, refleks membuatnya tersentak keluar dari pikirannya.
"Aku tidak yakin Tae-Hyung" Menggigit bibir bawahnya kuat, "Aku- Aku masih belum siap" Bisiknya lirih lebih untuk dirinya sendiri.
"Aku tidak mengerti apa maksudmu, tapi hey.. Percayalah keluargaku pasti akan menyukaimu"
Jungkook tidak menjawab memilih menundukkan kepalanya, kedua tangannya tanpa sadar mengepal. Tubuhnya sedikit bergetar.
Taehyung tidak mengerti apa yang dikhawatirkan Jungkook. Mungkinkah karena cinta mereka yang tak lazim? Namun Taehyung yakin kedua orangtuanya akan mengerti apalagi mereka tau sifat Taehyung yang jika sudah menginginkan sesuatu harus mendapatkannya.
Atau mungkin Jungkook khawatir keluarganya tidak dapat menerima status ia yang tidak jelas asal usulnya selain Eomma-nya yang sakit jiwa? Jika hal seperti itu yang dikhawatirkan kekasihnya, maka Taehyung akan dengan lantang menyakinkannya bahwa apapun yang terjadi ia akan selalu menjadi sosok yang pantas untuk bersanding dengan keluarga besarnya. Dan siapapun termasuk keluarganya tidak ada yang boleh memandangnya hina.
Taehyung akan membuat keluarganya mengerti.
Taehyung mengangkat dagu Jungkook, mata birunya memancarkan ketulusan juga sayang bersitatap dengan iris hitam Jungkook.
Ada kebimbangan yang memenuhi diri Jungkook.
"Semua akan baik-baik saja, percayakan saja semuanya padaku"
Bibir tipisnya mencium penuh bibir ranum kekasihnya yang masih tak bergeming. Ciuman basah yang lembut perlahan menjadi rakus, Taehyung menutup matanya tidak memperdulikan keadaan dan menulikan pendengarannya dari bisik-bisik orang disekitarnya.
Sebelum semakin terbuai dalam ciumannya dan berubah menjadi kebutuhan, Jungkook yang masih tau dimana tempatnya berdiri saat ini mendorong sedikit kasar pada Taehyung yang menekan kuat kedua pundaknya.
Taehyung melotot kaget sesaat, perlahan mulai menampilkan ekspresi geli. Mulutnya tertutup rapat menahan tawa yang hendak keluar.
"Tae-Hyung! Tidak lucu!"
Taehyung selalu lupa diri jika sudah berhadapan dengan Jungkook, akan sehatnya mendadak blank bila bibir keduanya sudah bersentuhan, tubuhnya terus merespon sesuatu yang lebih selain cumbuan biasa.
"Maaf, He~" Taehyung menggaruk kepala belakangnya yang tidak gatal sembari menampilkan senyum kotaknya yang menawan.
Jungkook hanya memutarkan kedua bola matanya, sekali menatap sinis pada suster yang terpesona pada Taehyung.
"Pokoknya aku akan membawamu menemui keluargaku kali ini"
Taehyung menggenggam erat tangan kanan Jungkook, kembali melanjutkan langkah keduanya yang terhenti.
Taehyung sudah cukup mengerti dengan ketidaksiapan Jungkook diperkenalkan pada keluarganya. inilah saatnya, pikir Taehyung.
Hari kelulusan Jungkook sudah selesai saat ini sedang Taehyung yang telah lulus dari 1 tahun yang lalu, memilih dengan sabar menunggu Jungkook untuk menamatkan sekolahnya meski dengan berat hati harus menunda pendidikannya ke perguruan tinggi di London.
Taehyung tidak ingin meninggalkan Jungkook di Busan sendiri, ia tidak ingin terpisah jarak dengan terkasihnya. Sebab itu Taehyung sudah mengatur semuanya agar Jungkook bisa ikut mengayam pendidikan di London bersamanya.
Taehyung hanya dapat berharap sesampainya di London selesai menemui orangtuanya nanti Jungkook akan setuju dengan permintaannya.
"Aku yakin kau akan senang bertemu dengan mereka"
"Tentu, aku pasti akan senang bertemu kedua orangtuamu" Jungkook tersenyum pahit, tatapannya berubah menjadi sedingin es.
...
