DISCLAIMER: J.K. ROWLING


Terkadang kehidupan berjalan sangat cepat tanpa kita sadari. Dan juga sebaliknya, apabila kita terlalu menyadari waktu yang berjalan di sekeliling kita, justru segala sesuatu malah berjalan sangat lambat. Orang selalu bilang hal itu wajar, tetapi tetap saja hal tersebut membuat manusia heran. Dan waktu tetap saja berjalan, tanpa memperdulikan manusia yang dibuat heran oleh nya, seolah waktu memiliki pikiran dan tujuan sendiri.

Hermione termenung sambil mengetuk-ngetukan tongkat sihirnya ke meja lalu mengedarkan pandangannya ke sekelilingnya. Memperhatikan ratusan jam berkilauan yang berada di seluruh permukaan di ruangan. Jam-jam besar dan kecil. Jam-jam besar berdiri di lantai, sedangkan jam-jam kecil portabel tergantung di antara rak-rak buku atau berdiri di atas meja yang berderet di sepanjang ruangan. Menikmati bunyi tik-tok, tik-tok yang menenangkan dan tak pernah berhenti memenuhi ruangan tersebut.

Waktu...

Waktu adalah hal yang menarik sekaligus hal yang misterius dan berbahaya. Ia pun kembali mengingat-ingat perkataan Profesor Mcgonagall kepadanya saat di tahun ketiga, "Hal buruk akan menimpa penyihir yang ikut campur dengan waktu." Meskipun begitu, Hermione tetap tertarik untuk menggali lebih dalam tentang waktu. Oleh karena itu, ia melakukan segala macam penelitian selama beberapa tahun- bahkan sejak ia masih di Hogwarts saat tengah menuntaskan tahun ketujuhnya.

Ia sudah memiliki ketertarikan tentang waktu sejak ia berada di tahun ketiga. Ketika Profesor Mcgonagall memberinya Pembalik-Waktu untuk menghadiri setiap kelas pada waktu yang bersamaan. Ia pun tersenyum kecil. Betapa sibuk dan lelahnya ia saat ia berada di tahun ketiga. Dan betapa menegangkannya ketika ia dan Harry menyelamatkan Buckbeak dan Sirius menggunakan Pembalik-Waktu.

Ia kembali mengedarkan pandangannya ke sekitarnya. Kali ini ke arah sumber cahaya yang menari-nari dan gemerlapan bagai berlian yang beredar di seluruh ruangan. Kenangan-kenangan melintas dengan cepat di kepalanya, ketika pertama kali ia menginjakkan kaki di ruangan ini, yaitu pada saat tahun kelima. Ia tak pernah mengatakan ini ke teman-temannya, bahwa setelah ia menjejakkan kaki di sini, ia bertekad untuk kembali lagi ke sini suatu saat nanti. Bahkan setelah ia menyatakan kepada teman-temannya bahwa ia menetapkan untuk menjadi Unspeakable, mereka semua terlihat kaget. Mereka kira ia akan memilih pekerjaan di balik meja di Kementrian, atau menjadi Penyembuh. Tetapi sejak ia berada di tahun kelima, ia sudah menentukkan pilihannya saat tengah konsultasi karier dengan Profesor Mcgonagall. Dan sayangnya, cita-citanya harus tertunda dahulu karena perang melawan Voldemort, yang akhirnya dikalahkan Harry. Semuanya baik-baik saja setelah itu.

Sejak dulu, ia selalu penasaran apa saja yang dilakukan Unspeakable, mengapa raut wajah mereka selalu menunjukkan bahwa mereka memiliki segudang rahasia di otak mereka...

Ia pun menyengir. Dan sekarang ia tau. Karena di tempat ini begitu banyak hal yang sangat rahasia. Dan ia sangat menyukai rahasia. Begitu banyak hal yang dapat ditemukan. Begitu banyak hal yang menyenangkan...

Ia memandang botol kristal di ujung ruangan, yang di dalamnya terdapat sebutir telur-permata mungil cemerlang yang tengah melayang-layang dalam pusaran aliran yang gemerlap. Lalu telur itu terangkat dalam botol dan kemudian merekah terbuka dan seekor burung kolibri muncul. Burung kolibri itu terbawa sampai ke puncak botol, lalu terjatuh ke aliran gemerlap. Bulu-bulunya menjadi basah kuyup. Dan burung itu terbawa kembali ke dasar botol dan masuk kembali ke dalam telurnya. Dan begitu seterusnya.

Sambil memperhatikan botol kristal itu dalam diam, memori-memori kembali terlintas di pikiran Hermione. Bagaimana dulu ia melempar Mantra Bius ke seorang Pelahap Maut dan ketika Pelahap Maut itu roboh, kepalanya masuk ke dalam botol kristal. Tiba-tiba kepalanya mengalami pergerakan waktu yang cepat seperti yang dialami burung kolibri di dalam botol- kepalanya berubah menjadi kepala bayi, lalu menjadi dewasa lagi. kemudian menjadi bayi, lalu dewasa lagi. begitu seterusnya. Dan dengan terpesonanya ia memperhatikan kepala Pelahap Maut itu sambil bergumam, "Waktu... itu waktu..."

Ia tersenyum mengingat kejadian tersebut. Lalu kemudian ia mengingat kembali ketika Harry hendak menyerang Pelahap Maut berkepala bayi itu, dengan lugunya ia malah melarang Harry, "Kau tidak boleh melukai bayi!" ia pun tersenyum geli mengingat perkataan naifnya.

Sambil menghela nafas, ia pun menegakkan tubuhnya kembali sambil memainkan bandul kalungnya yang berbentuk lingkaran dan burung hantu di tengah-tengahnya. Sekali lagi mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan dengan sayang. Tempat dimana ia menemukan impiannya. Impiannya yang menyenangkan sekaligus berbahaya.

Besok...

Ia menutup mata dan menghirup udara dalam-dalam. Besok, ia harus menjalankan misinya dan mempraktikan apa yang telah ia teliti selama bertahun-tahun. Perjalanannya besok sangat beresiko besar, baik nyawanya atau perubahan garis waktu.

...bagaimana jika aku tak bisa kembali?

Ia pun menghembuskan napasnya dengan keras. Kali ini kesal pada dirinya sendiri yang terus menerus menanyakan hal yang sama beberapa waktu belakangan ini. Memang resikonya besar, tetapi ia telah mati-matian melakukan penelitian. Ia tak ingin segala hal yang ia lakukan dan bantuan rekannya menjadi sia-sia.

Ia membuka matanya lalu memandang tongkat sihir di genggamannya. Lalu ia mengalirkan sihirnya ke tongkat sihirnya, yang sekarang tengah mengeluarkan aliran-aliran sihir yang berkelap-kelip dari ujungnya. Ia bisa merasakannya. Bagaimana sihirnya berlipat ganda setelah tiga hari ini. Butuh waktu yang lumayan lama agar ikatan yang ia miliki dengan Harry menjadi stabil. Bahkan ia tak berani melakukan pekerjaan rumah yang ringan menggunakan sihir, dan ia butuh waktu yang lebih lama dari biasanya untuk mengistirahatkan tubuhnya.

Mengingat Harry membuat ia merasakan lilitan kegugupan di perutnya. Ia telah melakukan ikatan darah dengan Harry tiga hari lalu untuk menunjang misinya besok. Bahkan Hermione tau, bahwa diam-diam Harry tak yakin dengan keputusannya untuk melakukan perjalannya besok meskipun Harry tak mau menyuarakan kegelisahannya karena ia tak ingin membuat Hermione kecewa dan tak yakin dengan pilihannya, meskipun pada awalnya ia melakukannya pada saat Hermione memberitahunya perihal percobaan. Harry selalu mendukung apa yang sahabatnya pilih.

Lalu ia mengingat Ron. Ron... Hubungannya dengan Ron telah mencapai titik dimana tidak ada lagi harapan. Keduanya sudah sama-sama sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Ron dengan karir Aurornya, dan Hermione dengan pekerjaannya sebagai Unspeakable. Belum lagi jadwal mereka yang membuat mereka tidak memiliki banyak waktu untuk bertemu. Dan belakangan ini Ron sangat sibuk dengan pekerjaannya, membuatnya jarang pulang.

Meskipun begitu, keduanya masih saling menghormati, walau hubungan mereka masih dibumbui oleh pertengkaran, yang mana wajar karena sejak dahulu mereka selalu bertengkar selama di Hogwarts. Dan karena Hermione merasa mereka tak ada harapan lagi, ia meminta Ron untuk menjadi pihak ketiga dalam ritual ikatan darahnya dengan Harry sebagai perpisahan dan menghabiskan waktu semalaman dengannya setelah itu. Meskipun sedikit berat, hubungan mereka selesai malam itu juga. Dan mereka tetap menjadi sahabat. Tetapi Ron tetap tidak tau apa tujuan Hermione sebenarnya dalam melaksanakan ikatan darah tersebut. Meskipun ia sangat ingin memberitahu, tetapi ia tak bisa.

Lalu pikirannya tentang Ron tergantikan oleh beberapa pertanyaan yang terlintas di pikirannya.

Bagaimana kalau kegelisahan dan kekhawatiran Harry terbukti? Bagaimana jika aku tidak bertemu kedua sahabatku lagi? Bagaimana jika terjadi kesalahan besok? Bagaimana-

"Hermione?"

Ia pun menoleh cepat ke arah sumber suara, setengah kaget, setengah lega ada yang menghentikan pertanyaan-pertanyaan meresahkan di otaknya, "Ya, Katherine?" tanyanya ramah kepada rekan kerjanya.

Katherine merasa tidak yakin beberapa saat, lalu menangkap pandangan menenangkan Hermione ke arahnya, yang membuat ia melanjutkan perkataannya yang tertunda, "Aku harap semua kerja kerasmu terbayar, Hermione. Kau sangat brilian, hanya dalam kurun waktu setahun kau dapat mengadakan percobaan besar. Aku tau kau pasti berhasil. Lagipula pihak Divisi Waktu sudah menunggu cukup lama untuk melakukan percobaan ini kembali. Ini kesempatanmu, Hermione," katanya sambil tersenyum.

Hermione pun membalas senyumannya sambil berkata kepada penyihir muda di depannya, "Kate, kau juga ikut andil dalam hal ini. Jadi, ini tak sepenuhnya kerja kerasku. Besok... aku juga berharap besok berjalan lancar...," jawabnya pelan.

Katherine pun menepuk pundak Hermione menyemangati lalu berkata, "Kau bisa, Hermione. Kau pasti bisa."

Ia pun menatap Katherine beberapa saat lalu tersenyum, "Terima kasih, Kate. Kau sangat baik." Ia memeluk temannya beberapa saat lalu melepaskan diri. Memperhatikan sekitarnya untuk terakhir kali. Memperhatikan botol kristal dan burung kolibri yang tak pernah lelah bertransformasi, lemari kaca penuh Pembalik-Waktu yang telah diperbaiki, lalu mengabsen setiap jam di seluruh ruangan, menatap aneh jam matahari yang tertempel tepat di tengah ruangan, satu-satunya jam yang tidak memendarkan kilauan seperti yang jam-jam di sekitarnya, lalu kembali mengalihkan pandangannya ke arah teman seperjuangannya di Departemen Misteri.

"Aku harus pergi sekarang," kata Hermione pelan.

Katherine pun mengangguk kecil, "Mr. Clearwater akan menemanimu berangkat besok."

Ia pun mengangguk dan memberi senyuman terakhir kepada Katherine sebelum ia melangkahkan kaki ke arah pintu keluar. Belum sempat memegang gagang pintu, Katherine memanggilnya kembali dan ia menoleh.

Katherine pun mengepalkan telapak tangannya lalu menepukkannya dengan pelan ke dadanya- isyarat yang sering digunakam Unspeakable yang berarti "Semoga beruntung." Hermione pun mengangguk sambil tersenyum, lalu memegang gagang pintu dan mendorongnya, melangkahkan kaki keluar dari Ruang Waktu.


"Harry!"

Belum sempat Harry membuka pintu sepenuhnya, Hermione sudah memeluknya erat sekali- sampai ia tak bisa bernapas. Ia tau kebiasaan sahabatnya satu ini apabila Hermione memeluknya sebegini eratnya. Ia tengah gelisah dan khawatir. Meskipun setelah bekerja di Departemen Misteri Hermione menjadi agak pendiam, ia tak pernah berubah di hadapan teman-temannya.

"Hermione... tenanglah...," katanya menenangkan sambil menepuk pelan punggung sahabatnya. Hermione yang tadinya sedikit tegang di pelukkan Harry, sekarang sedikit rileks setelah menerima tepukan-tepukan pelan menenangkan di punggungnya. Harry pun menghirup udara banyak-banyak setelah sahabatnya mengendurkan pelukannya.

Hermione yang baru menyadari bahwa sahabatnya sedikit sesak napas karena pelukannya akhirnya melepaskan pelukkannya, lalu pipinya bersemu merah, "Oh maaf Harry, tak bermaksud mencekikmu."

Harry pun hanya tertawa ringan lalu menarik pergelangan tangan Hermione dan mengajaknya masuk ke dalam rumahnya, "Aku sedikit heran kenapa aku bertahan memiliki sahabat sepertimu, jika setiap kali kau khawatir kau selalu memeluk orang sampai kehabisan napas," kata Harry, yang dijawab pukulan keras dari Hermione di lengannya. Mereka pun tertawa sambil melewati lorong rumah Harry di Grimmauld Place.

"Apakah kau belakangan ini sibuk, Harry?" tanya Hermione.

"Yah, lumayan. Aku harus berkutat dengan berkas-berkas yang harus dicek dan ditanda tangani belakangan ini- yang mana bagus karena aku rasa belum cukup sanggup untuk melakukan terlalu banyak sihir. Penyihir hitam yang lepas dari Nurmengard belakangan ini membuat semua Auror stress," terang Harry sambil memijat pelipisnya.

"Maafkan aku, Harry. Merepotkan mu... ma- maksudku, ikatannya...," kata Hermione pelan, yang dijawab remasan tangan menenangkan dari Harry, seolah memberitahunya bahwa Harry tak merasa keberatan.

Harry pun membimbing Hermione ke arah ruangan kosong yang telah mereka pilih sebagai tempat ritual. Mereka juga sudah memberi mantra perlindungan dan mantra penangkal lainnya, agar efek ritual tidak menyebar ke luar ruangan. Berhubung Grimmauld Place memiliki banyak ruangan, Harry pun menawarkan tempat untuk melaksanakan ritual, yang mana diterima oleh Hermione. Begitu sampai ke ruangan, Harry pun menutup pintu dan Hermione mulai mengambil bahan-bahan yang diperlukan untuk ritual.

Setelah mengeluarkan kapur, basin, dan ramuan yang diperlukan, ia pun menoleh ke arah Harry. Sedari tadi, tanpa melihat pun ia dapat mendeteksi ketidakyakinan Harry. Ia menangkap pandangan Harry, lalu menghampirinya.

Harry pun menatapnya dalam, "Haruskah kau melakukan ini?"

Hermione membalas tatapannya lalu menghela napas, "Harry, kita sudah melewati ini semua. Ini sudah menjadi keputusan, Harry. Baik aku maupun kau tidak bisa menghentikannya, kecuali pihak dari departemen- yang mana agak mustahil karena mereka sangat mendukung hal ini- well, kan mereka juga yang menyatakan adanya percobaan."

Harry pun memalingkan wajahnya dan menatap jendela yang tertutup tirai tanpa menjawab apa pun. Hermione tau, Harry masih sangat khawatir. Meskipun wajahnya tidak menyiratkan apapun, matanya memperlihatkan semua emosinya.

"Ginny belum pulang?" tanya Hermione memecah keheningan. Harry pun menatapnya kembali sambil menjawab, "Besok ia akan pulang. Setelah dua minggu akhirnya dia pulang. Tempat ini sangat sepi tanpa Ginny..." Kilapan penuh kasih sayang telihat jelas di matanya saat membicarakan Ginny. Hermione pun tersenyum penuh arti ke arah Harry.

Suaranya mendadak berubah menjadi serius, "Harry, ingat kata-kataku untuk tidak memberitahukan orang lain tentang ini. Baik Ginny maupun Ron. Yah, lagipula kau juga tidak bisa sih, mengingat Mr. Clearwater telah memberi segel di lidahmu juga."

Karena telah menjadi rekan ikatan darah dan membantu Hermione dalam ritual, Mr. Clearwater juga memasang segel pada Harry. meskipun begitu, Harry tidak mengetahui semua hal mengenai percobaan. bahkan Harry tidak tahu Hermione akan mundur ke tahun berapa. Hermione hanya mengajarkan mantranya kepada Harry tanpa memberi detail penting lainnya.

Harry pun mengacak rambutnya sambil terkekeh, "Lumayan susah juga jika Ginny dan Ron bakal memerasku untuk memberitahu mereka kemana kau akan pergi. Apalagi Ron, bagaimana pun ia mengetahui tentang ikatan darah kita." Hermione pun menjawab dengan tawa ringan.

Setelah hening beberapa saat, Harry pun bertanya, "Boleh aku bertanya satu hal, 'Mione?" Hermione pun mengangguk, lalu Harry melanjutkan, "Kenapa kau memutuskan untuk menjadikan Ron sebagai peran ketiga untuk melakukan ritual ikatan darah? Kau bisa meminta Mr. Clearwater, kan?"

Hermione terpaku sebentar, lalu dengan sedikit tak nyaman ia menjawab, "Aku dan Ron putus." Harry membelalakan matanya kaget, "Bagaima-"

"Ceritanya panjang, Harry. Aku sengaja memintanya sebagai pihak ketiga sebagai perpisahan. Lagipula, kami berpisah secara damai. Setelah ritual, kami menghabiskan waktu bersama untuk terakhir kalinya," jelasnya.

Harry masih menatapnya tak percaya lalu berkata pelan, "Baiklah... tapi kita bertiga masih sahabat kan?" tanyanya. Yang dijawab anggukan pasti dari sahabatnya.

Ketika Hermione hendak melangkah ke tempat dimana ia menaruh barang-barang ritualnya, Harry berkata, "Dimana pun kau sampai nanti, aku berharap kau baik-baik saja."

Hermione pun tersenyum dan meremas tangan sahabatnya menenangkan, "Terima kasih, Harry."

Hermione memberikan remasan terakhir ke sahabatnya sebelum membalikkan badannya lalu melangkah menuju perlengkapan ritual dan mulai bekerja.

Lantai ruangan ini tidak dilapisi oleh karpet, tidak seperti lantai ruangan-ruangan dan lorong di rumah ini. Lantai ruangan ini permukaannya kasar dan berwarna hitam. Dan sepertinya ruangan ini sengaja dibuat untuk melakukan ritual-ritual. Bagaimana pun dulunya ini adalah kediaman Keluarga Black.

Setelah selesai membuat pentagram di lantai menggunakan kapur, Hermione menatap pentagram tersebut selama beberapa sesaat dan merasa puas. Tinggal menambahkan beberapa hal lagi dan ritual bisa dimulai. Ia pun melangkahkan kakinya menuju tempat barang-barangnya ritualnya. Harry yang sejak tadi hanya menonton pekerjaan Hermione dalam diam bertanya, "Kapan Mr. Clearwater datang?"

Hermione pun mengecek jam tangannya lalu menjawab singkat, "Sekarang." Kemudian terdengar bunyi bel pintu dari luar, yang disusul oleh Harry yang segera menuju ke pintu keluar.

Ia pun bernafas dengan sangat perlahan sambil menenangkan dirinya. Ia tak bisa mengabaikan lilitan kegugupan di perutnya yang kian lama kian menyiksa. Ia merasa ingin muntah.

Sebentar lagi...

Kemudian pintu terbuka dan munculah Harry yang disusul oleh penyihir tua yang telah beruban, yang tengah melepaskan mantel birunya. Penyihir tua itu dikelilingi hawa kecerdasan dan terdapat kilatan misteri di matanya. Ia pun menghampiri penyihir itu lalu menyapa dengan ramah,

"Mr. Clearwater! Senang anda disini," sapanya seraya menjabat tangan Mr. Clearwater.

"Suatu kehormatan untuk menemani salah satu anggota divisiku menjalankan percobaan besar," jawabnya ramah, "Semua sudah siap?"

Hermione pun menatap basin dan ramuan yang belum tersentuh sejak Harry meninggalkan ruangan, "Sebentar lagi, Mr. Clearwater."

Harry pun menawarkan tempat duduk kepada Mr. Clearwater, lalu Hermoine memanggilnya. Harry pun menghampiri Hermione.

"Harry, aku butuh darah mu lagi untuk menyelesaikan pentagram ini," kata Hermione sambil mengendikkan kepalanya ke arah pentagram yang separuh selesai. Lalu menggenggam basin ke hadapannya. Harry pun mengambil tongkat sihir di sakunya lalu mengiris telapak tangannya sambil sedikit mengernyit keperihan menggunakan sihirnya, lalu membiarkan darahnya mengalir. Setelah dirasanya cukup, Hermione meminta Harry untuk memegangi basin dan Hermione melakukan hal yang sama seperti Harry.

Setelah Hermione menyembuhkan telapak tangannya dan Harry, ia meraih botol Ramuan Derumpion Tempio dan menuangkan tujuh tetes ke dalam basin. Setelah itu ia mulai mengolesi gambar pentagram dengan darah dan ramuan yang ia campur di dalam basin. Begitu selesai, ia meminum sisa ramuan di botol, memasukkan bahan-bahan ritual ke dalam tasnya kembali, dan menghampiri Harry.

"Kita bisa mulai sekarang," kata Hermione sambil menatap Harry dan Mr. Clearwater.

Mr. Clearwater menghampiri Hermione lalu menoleh ke arah Harry, "Boleh aku dan Miss Granger berbicara berdua, Mr. Potter?"

Harry hanya mengangguk dan keluar ruangan dalam diam, lalu menutup pintu dengan pelan. Mr. Clearwater pun mengeluarkan tongkat sihirnya, belum sempat ia menjentikan tongkatnya, Hermione memotong, "Tak perlu, ruangan ini sudah kuberi mantra agar kedap suara."

Hermione pun menatap Mr. Clearwater dengan gugup dan ingin tahu, lalu Mr. Clearwater bertanya, "Kau sudah membawa seluruh perlengkapan yang dibutuhkan?"

Hermione memberikan anggukan mantap ke penyihir tua di hadapannya, lalu Mr. Clearwater melanjutkan, "Ingat, Miss Granger. Jangan ceroboh. Apabila kau tiba di tempat yang bukan seharusnya kau tuju, ada baiknya kau cepat kembali jika itu terjadi. Dan ingat, jangan hubungi Departemen Misteri perihal misi ini selama kau disana, Miss Granger. Apapun yang terjadi. Dan jangan lupa untuk mencatat semua kegiatan yang kau lakukan dalam buku catatan mu.

Jangan menulis teori-teori selama kau belum kembali, aku tak ingin kau menuliskan hal penting, meskipun kau menjaga catatan itu. Aku takut seseorang membacanya, dan kau meninggalkan bukti penting perjalanan ini. Jangan menulis teori apapun, meskipun itu untuk kepentingan pribadi, kau bisa melakukannya setelah kembali, kau mengerti?" jelas Mr. Clearwater, yang dibalas dengan anggukan mengerti oleh Hermione.

Mr. Clearwater menatap Hermione dalam-dalam. "Kau akan menemukan hal yang harus kau lakukan disana, Hermione. Ini bukan hanya sebuah percobaan. Kau pasti akan tau," kata Mr. Clearwater pelan. Hermione hanya menatap Mr. Clearwater tak yakin. Ia tak begitu mengerti dengan perkataan Mr. Clearwater barusan, tetapi sebelum ia dapat menyuarakan ketidakpahamannya, Mr. Clearwater berkata, "Sudah saatnya."

Ia pun menjabat tangan Mr. Clearwater, kemudian Mr. Clearwater berkata, "Semoga sukses, Miss Granger. Ingat, hanya seminggu, tidak lebih."

Mr. Clearwater pun memanggil Harry masuk, lalu memberi anggukan kecil ke arah Harry dan kembali duduk.

Harry pun menghampiri Hermione dan langsung memeluknya, "Semoga sukses, Hermione. Aku menyayangimu," gumam Harry pelan di rambutnya.

Hermione pun membalas pelukannya erat, "Aku menyayangimu juga, Harry. Berikan salamku kepada Ginny, oke?" Harry mengangguk pelan lalu melepas pelukannya.

"Ingat mantranya, Harry?" tanya Hermione, yang dijawab anggukan mantap dari Harry.

Hermione pun melangkahkan kakinya menuju pentagram yang telah ia gambar dan berdiri tepat di tengahnya. Lalu menatap Harry dengan penuh keyakinan. Hermione menoleh ke arah Mr. Clearwater, yang tengah membalas menatap Hermione sambil mengepalkan telapak tangannya lalu menepukannya ke dada dengan perlahan. Hermione pun mengangguk dengan mantap.

Harry memejamkan matanya lalu menarik napas dalam-dalam. Lalu membuka matanya kembali seraya menghembuskan napas perlahan. Matanya bersinar penuh tekad dan ia mulai merapal mantra sambil melambaikan tongkatnya membentuk pola yang telah diajarkan Hermione.

"Tempus possum exsisto aversa," rapal Harry pelan.

"Sed non decipio."

Harry pun mulai mengitari pentagram dengan perlahan sambil menggumamkan mantra-mantra dan melambaikan tongkatnya dengan pola-pola rumit dan rune. Pola-pola mantra dan rune yang keluar dari tongkat sihir Harry melayang mengitari pentagram tempat Hermione berdiri- seolah memenjarakannya. Hermione mengeluarkan tongkat sihirnya dan menggenggam tongkat sihirnya kuat-kuat, seolah hidupnya bergantung pada tongkat pipih tersebut. Ia pun memperhatikan sekelilingnya dengan gugup. Jantungnya berdetak cepat sekali. Lingkaran pentagram, pola-pola mantra dan rune-rune di sekelilingnya mulai memendarkan cahaya biru terang. Wajah Harry masih memperlihatkan konsentrasi yang sangat keras. Mr. Clearwater memperhatikan mereka dalam diam.

Belum sempat Harry Kembali ke tempat awal ia berdiri, sebuah cahaya terang melesat masuk dengan cepat dan mengagetkan ketiga orang yang berada di dalam ruangan. Cahaya tersebut berbentuk musang, yang memendarkan cahaya biru terang dan indah, tetapi semua pemikirannya tersapu bersih setelah suara familiar yang terdengar sangat terguncang dari cahaya tersebut berkata,

"Ro- Ron tewas. Kami sedang di St. Mungo sekarang. A- aku akan menjelaskan nanti."

Hermione membeku di tempat, seolah seseorang telah melemparkan Petrificus Totalus ke arahnya. Matanya membelalak lebar. Rasa syok dan ketidakpercayaan memenuhi otaknya- bahkan ia tak berani bernapas. Seluruh tubuhnya gemetar, seolah tak sabar ingin meledak karena guncangan keras melanda seluruh tubuhnya. Tanpa ia sadari, air mata sudah mengalir tanpa menunggu perintahnya.

Perkataan Mr. Weasley menggema di pikirannya. Ron tewas. Mustahil... Ron...

Kemudian ia sepenuhnya tersadar ketika lingkaran pentagram, pola-pola mantra dan rune di sekelilingnya berpendar cahaya berwarna hitam menyeramkan dan lantai mulai berguncang. Ia memperhatikan Harry yang syok dan Mr. Clearwater yang tengah memperhatikan dalam diam dengan ekspresi aneh. Hermione pun menoleh cepat ke arah Harry yang masih tersesat di tengah rasa kaget dan syoknya. Matanya juga membelalak lebar, mempermudah Hermione untuk membaca emosi di mata Harry yang tengah terguncang hebat. Tangannya yang menggenggam tongkat sihirnya tengah berada di tengah udara dan terlihat gemetar. Lalu suatu kesadaran membuat Hermione merasakan sesuatu yang dingin mengalir di tulang punggungnya dan ia berteriak panik, "Harry! Selesaikan mantranya dulu! Ha- Harry!"

Harry pun tersadar dari rasa kagetnya, lalu ia bergumam lemah, matanya masih terbelalak, "A- aku... Ro- Ron..."

Lalu Harry sepenuhnya tersadar tetapi ia terlihat masih tidak fokus, seolah otaknya masih mencerna apa yang terjadi di sekelilingnya. Lalu ia melanjutkan rapalan mantra dengan terbata-bata dan kikuk, "De- d- dec-"

Kemudian semuanya terjadi begitu cepat. Belum sempat Harry menyelesaikan rapalan mantranya, Hermione merasa kakinya- tidak, seluruh tubuhnya terasa seperti terikat oleh rantai besi panas tak kasat mata dengan sangat kencang. Hermione pun menjerit keperihan. Lalu ia melihat Mr. Clearwater mengeluarkan tongkat sihirnya seolah mengantisipasi kesalahan yang akan terjadi. Belum sempat Mr. Clearwater mengacungkan tongkatnya, dan belum sempat Harry mengakhiri mantranya, Hermione merasa seperti tersedot ke lantai bersama dengan pentagram, pola-pola mantra dan rune yang mencekik dan menghimpit tubuhnya. Ia pun menjerit kesakitan dan tak bergerak- tak bisa melakukan apapun. Kemudian semuanya gelap.


Review?:) my first Tomione!

catsilhouette