Ehem! Tes, tes, udah mulai ya? Eh? Eeehh! Udah mulai ya? *plak*

Ehem! Moshi-moshi minna-san! Ketemu lagi dengan saya, Yui Hoshina! Author yang paling imut -?- di ffn, hahaha.. *plak*

Saya kembali hadir untuk memeriahkan perayaan HTNH atau sering disebut dengan Hari Tragedi NaruHina! Kali ini saya membuat fic gaje dan lagi-lagi memakai lyric lagu di akhir cerita, hahaha.. (stress tingkat akut)

Dan minna-san, diharapkan mendengarkan lagu atau download lagu yang saya beritau. Judulnya Beautiful Wish ost. Mermaid melody pitchi pitchi pitch. Biar gak cengok waktu baca lyricnya. *plak*

Tapi, kalo gak bisa, resiko ditanggung sendiri lho, soalnya lagunya keren banget sampai bikin deg-degan. (halah, malah promosi)

Ok! Ok! Mungkin sebagian besar (atau semua) dari kalian bingung ma judulnya. Ntar deh dijelasin setelah baca fic ini. Soalnya males, hehe… *dikeroyok warga ffn*

**Happy reading minna-san and here we go! \^O^/**

.

Disclaimer:

fufufufu… mumpung om Masashi Kishimoto lagi gak ada. Naruhina nya saya culik dulu, ah.. *diinjak semut (?)*

Rate: T (pengennya rated M sih. *plak*)

Genre:

Mystery/Tragedy (tambahan fantasy, romance, humor, dan angst, hehe..)

Summary:

Naruto adalah siluman rubah ekor sembilan yang sering diburu warga desa karena dianggap mengancam nyawa mereka. Pertemuannya dengan gadis manusia bernama Hinata telah membawanya pada kehidupan yang baru. Apakah percintaan antara siluman dan manusia bisa diterima? Bagaimanakah cara mereka melewatinya?

Warning:

AU, little OOC, chara death, lebayness, gajeness, pemain antagonis (maaf, jika ada yang kurang menyukainya), don't like don't read, dwwl (dan warning-warning lainnya).

.

.

Amaranth, Globe

By: Yui Hoshina

.

Chapter 1: Pertemuan

Sreek.. Sreek..

Sekelebat bayangan yang terlihat cepat, menembus semak-semak dedaunan yang cukup lebat. Suara deru langkah kaki terdengar semakin keras. Suara nafas yang memburu dan terdengar kelelahan. Bunyi ranting-ranting yang patah terinjak seseorang. Angin yang berhembus mengiring deru langkah kaki yang semakin cepat.

Naruto's POV

Lari! Lari! Hanya itu yang kupikirkan saat ini. Lari dari kejaran warga desa yang memburuku, lari dari kemarahan massa dan yang terpenting.. lari dari kenyataan.

Kalian mungkin heran, mengapa aku mengatakan 'lari dari kenyataan'. Kalian ingin tau, apa yang kumaksudkan dengan kenyataan? Kenyataan bahwa aku adalah siluman. Siluman yang tidak akan pernah diterima oleh manusia. Siluman yang dianggap pembawa bencana. Siluman yang dapat mengancam nyawa mereka. Siluman yang dianggap dapat membunuh mereka setiap saat.

Mereka munafik! Mereka hanya memandang kami, para siluman, hanya sebelah mata dengan sisi negatifnya saja. Mereka tidak tau bahwa kami juga menderita akibat perbuatan mereka, para manusia. Mereka juga tidak tau bahwa kami bertahan hidup dengan susah payah ditengah perburuan mereka. Mereka kira kami ini hanya makhluk hidup yang tidak berakal budi yang tidak berperasaan. Mereka menganggap bahwa merekalah yang paling sempurna di dunia ini.

Cih, mereka mungkin tidak menyadarinya. Mereka terus berburu siluman hanya untuk dipamerkan atau memusnahkan bangsa kami. Khususnya pada diriku. Aku adalah siluman rubah ekor sembilan yang legendaris atau satu-satunya (mungkin), yang sering disebut dengan sebutan Kyuubi. Mereka memburu kyuubi hanya untuk mengambil ekornya saja. Konon katanya, ekor kyuubi memiliki kekuatan untuk menyembuhkan semua macam penyakit, meningkatkan kekuatan, atau bahkan dapat membuat seseorang hidup abadi. Aku tidak tau apa itu benar atau tidak. Entahlah, itu hanya mitos. Seandainya itupun benar, aku dengan sukarela memberikan ekorku pada ibuku agar beliau bisa hidup kembali.

Haah.. apa yang kupikirkan? Warga desa kini sedang memburuku. walaupun aku berlari dengan cepat, tetapi.. cepat atau lambat mereka akan menemukanku juga.

Seandainya aku bisa, seandainya aku mau, aku bisa saja membunuh mereka dengan secepat kilat, hanya untuk melindungi diriku sendiri. Haahh.. memikirkannya saja sudah sulit, apalagi melakukannya.

Kalian mengira mungkin aku terlalu takut atau lemah menghadapi mereka. Jika itu yang kalian pikirkan, berarti pemikiran kalian itu salah besar! Alasannya adalah aku tidak mau mengotori tanganku dengan darah hanya untuk membunuh orang-orang bodoh yang tidak berprikemanusiaan seperti mereka.

Kalian mungkin heran, mengapa siluman sepertiku yang (mungkin) terlihat kuat lebih memilih lari daripada menyerang orang-orang bodoh yang memburuku. Apa kalian ingin tau alasannya? Alasanku adalah aku sudah terikat janji dengan seseorang agar tidak membunuh maupun membenci manusia.

Kalian tau kenapa? Cukup dengan satu alasan logis.

Ibuku... juga manusia.

Kalian mungkin kaget mendengarnya. Ya.. ibuku adalah manusia dan itu juga berarti, ayahku adalah seorang siluman. Bisa dibilang, aku bukanlah siluman seutuhnya. Atau lebih tepatnya.. setengah siluman.

Walaupun aku setengah siluman, toh, teman-temanku tidak memperdulikan status setengah silumanku. Mereka menerimaku apa adanya dan hidup berdampingan secara damai.

Sebagai ganti perhatian dari mereka, aku melindungi mereka dengan segenap kekuatanku atau kalau bisa, sampai mempertaruhkan nyawaku hingga titik darah penghabisan.

Kalian tau, hidup sendiri itu berat. Ditengah kesepian yang mencekam, tidak ada seorang pun yang memperdulikanmu. Tapi, dengan adanya teman, secercah harapan akan terus menerangi hidup kita.

Pernah terbersit dipikiranku, mengapa para manusia membenci siluman?

Aku dan teman-temanku sesama siluman merasa heran, apa alasan mereka tidak menyukai kami? Apa? Padahal kami hanya ingin hidup berdampingan dengan manusia secara damai. Akan tetapi, mengapa para manusia tidak memberikan kami kesempatan, hanya untuk berbicara. Mereka seolah-olah memandang kami seperti makhluk yang tidak bermoral dan harus disingkirkan dimuka bumi.

Mereka semua egois! Memangnya hanya mereka saja yang boleh hidup! Kami pun para siluman juga ingin hidup! Tinggal bersama dengan damai tanpa ada perasaan was-was akan diburu maupun dibunuh.

Apa hak mereka untuk memusnahkan kami? Apa salah kami? Apa!

Arrgghh... memikirkannya saja sudah membuatku marah apalagi jika itu benar-benar terjadi! aku pernah berpikir, mengapa para manusia sangat membenci siluman?

Karena penasaran, akupun melakukan investigasi ke Konoha Gakure. Huh.. Jangan remehkan kekuatanku sebagai seorang Kyuubi jika aku tidak bisa menyusup tanpa ketahuan oleh warga desa. Aku mempunyai kekuatan untuk berubah menjadi manusia seutuhnya. Yah, walaupun kekuatanku itu hanya bisa bertahan selama 5 jam tapi, itu sudah cukup memberiku waktu dan informasi yang kubutuhkan setelah aku bertanya pada beberapa warga desa.

Saat aku bertanya, beberapa dari mereka merasa heran dan curiga padaku karena bertanya tentang siluman. Untuk menghapus kecurigaan mereka, aku mengenalkan diri sebagai pengelana yang mencari pengetahuan di dunia bebas. Saat melewati desa mereka, aku mengaku merasa heran dengan perburuan siluman yang sedang terjadi.

Saat mengetahui alasan itu, para warga desa tidak segan-segan menceritakan awal mula perburuan siluman. Ternyata, dulu desa itu pernah diserang oleh seorang siluman ular bernama Orochimaru. Siluman ular yang selalu datang menyerang setiap 3 bulan sekali hanya untuk mencari mangsa maupun korban untuk kelangsungan hidupnya atau lebih tepatnya agar ia hidup kekal.

Sudah banyak korban yang dimangsanya dan tidak ada satupun yang sanggup menandinginya hingga datang lah seorang pembasmi siluman bernama Uchiha Fugaku dari klan Uchiha. Ia bertarung mati-matian menghadapi buasnya Orochimaru. Pertarungan berlangsung lama dengan tubuh bersimbah darah hingga akhirnya Orochimaru pun kalah. Walaupun Orochimaru kalah, akibat dari pertarungan itu, Fugaku pun ikut mati karena efek racun dari Orochimaru.

Sungguh tragis memang, tapi, apalah daya mereka. Itu sudah terjadi dan tak mungkin diulang kembali. Sejak saat itu, kini para manusia sangat trauma jika mereka bertemu dengan siluman. Untuk bertahan hidup, mereka lebih memilih bersembunyi atau membasmi siluman.

Saat aku mendengarnya, ingin sekali aku merobek mulut orang itu. Kenapa hanya kesalahan seorang siluman saja, kami yang harus menjadi korbannya! Inti tidak adil!

Tapi, begitu aku membayangkan posisi mereka, itu sama saja dengan perasaan kami sekarang. Seperti saat ini, kami bertahan hidup di bawah perburuan brutal mereka, tidak membalas perbuatan mereka dengan harapan suatu hari nanti kami bisa hidup berdampingan dengan damai tanpa ada lautan darah para siluman yang dibunuh.

End's POV

.

Naruto berlari menembus semak-semak belukar yang cukup lebat, sudah beberapa kali tubuhnya tergores oleh duri-duri tajam dari semak-semak tersebut. Ia terus berlari tanpa mempedulikan keadaan tubuhnya yang sudah terluka. Ia hanya ingin berlari, ketempat cahaya yang ada dihadapannya.

Kaats!

Sinar matahari yang menyilaukan langsung menerpa wajah Naruto. Sinar matahari yang terang membuat pandangan Naruto sedikit pudar.

"Ugh..."Ia pun melindungi pandangnnya dengan punggung tangannya untuk menghalau sinar matahari yang terang. Perlahan-lahan pandangannya mulai jelas dan.. "Ah! Gawat! Alam terbuka!" pekik Naruto terkejut.

Kini dihadapannya terdapat hamparan padang rumput yang lumayan luas dengan sungai kecil yang mengalir disebelah kirinya dan juga terdapat 2 pohon yang cukup besar didekat sungai tersebut.

Telinga rubahnya bergerak-gerak seperti mendengar sesuatu, "Sial! Mereka semakin dekat! Sekarang, aku harus bersembunyi dimana? Batin Naruto bingung. Ia memperhatikan keadaan sekitar. Tanpa pikir panjang atau sedang kalap, Naruto berlari kearah sebelah kirinya dan...

BRUUUUKK!

"KYAAAA!" Naruto tidak sengaja menabrak seseorang sehingga mereka berdua terjatuh.

"Itai!" Naruto meringis kesakitan. "Gomenasai.. aku tidak seng-...EKH!" Naruto terkejut ketika melihat seseorang yang ditabrakya. "Ma-manusia..?" pekik Naruto terkejut. Kini dihadapannya, ada seorang manusia atau lebih tepatnya seorang gadis berambut indigo yang juga tengah meringis kesakitan.

"Tidak apa-apa. Aku yang salah.. EKH?" sepertinya ia juga baru menyadari sosok asing yang ada dihadapannya.

Sosok pemuda pirang dengan bolamata semerah batu ruby yang bisa dibilang lumayan tampan dengan telinga rubah dan ekor rubahnya. Jika bisa dihitung, jumlah ekornya sebanyak 9 ekor.

"K-kau..." gadis itu terlihat terkejut dengan apa yang dilihatnya sekarang.

"Gawat!" batin Naruto seraya cepat-cepat berdiri dan pergi dari tempat itu. Tapi...

Nyeet (?).

"UWAAAA! BRUUUUKK! AUWW!" Naruto terjatuh. Ia merasa ada seseorang yang baru saja menahannya. Tapi siapa? Saat ia melihat apa yang menjadi sebab-akibat (?) terjadinya ia terjatuh dengan sangat elitnya (?), ternyata...

"Ini.. ekor asli?" ucap gadis itu polos sambil mempermainkan ekor Naruto. Dari dielus, digigit (yaiks! Nggaklah, mana mungkin), sampai dibuat jadi bantal guling (?). Naruto langsung sweetdrop.

"OI! Lepaskan ekorku! Tentu saja ini asli!" bentak Naruto yang nggak rela ekornya disentuh oleh manusia seraya menarik ekornya kembali dari genggaman gadis itu. Saat ia beranjak pergi, lagi-lagi...

BRUUUUKK! Naruto terjatuh untuk kedua kalinya.

"Hei! Apa yang kau laku-..." Naruto terkejut plus sweetdrop.

Bagaimana tidak. Tadi ekornya ditarik, sekarang diinjak. Sungguh malang nasibmu, Naru-chan, wkakaka... XD *di rasengan*

Gadis itu mulai mendekati Naruto. Tangannya mulai menyentuh bagian kepala Naruto a.k.a telinga rubahnya. Ia pun mulai memainkan telinga itu. (bayangin waktu kagome megang kuping anjing Inuyasha).

"Ini juga... telinga asli?" ucap gadis itu polos.

Naruto yang tidak tahan dipermainkan oleh manusia, langsung mengambil tindakan tiba-tiba. Tangannya yang bebas, langsung menggenggam pergelangan tangan gadis itu.

"Hoe?" gadis itu bingung ketika tangannya di genggam dan, "KYAAAAA!" gadis itu reflek berteriak karena pemuda yang mengggenggam tangannya kini mendorongnya (memaksanya terjatuh atau berbaring di atas tanah) hingga pemuda itu ada di atasnya.

Wajah yang diliputi keterkejutan, kini perlahan-lahan memerah. Bagaimana tidak. Kini gerakannya terkunci, pemuda yang baru saja ia temui, kini ada diatasnya dengan posisi.. ehem.. ya taulah. Jantungnya berdegup dengan kencang, keringat dingin mengucur, wajah yang merah merona. Ini pertama kalinya ia terlalu dekat dengan lawan jenisnya.

Mata lavendernya tidak lepas memandang mata merah pemuda pirang yang baru saja ia temui beberapa detik yang lalu. Jantungnya berdegup dengan sangat kencang saat jarak wajah mereka berdua hanya beberapa centimeter. Aliran darahnya terasa semakin deras, wajah yang memerah, jantung yang memompa semakin cepat ketika Naruto mulai mendekatkan wajahnya.

Ia pun memejamkan matanya, tidak sanggup membayangkan apa yang akan terjadi selanjutnya. Jantungnya semakin berdetak dengan sangat cepat ketika ia merasakan hembusan nafas yang hangat di wajah dan lehernya. Ia bingung. Apakah ia akan dicium? Apakah first kissnya adalah Naruto? Entahlah. Tidak ada yang tau kecuali Tuhan dan Naruto yang tau.

Waktu terasa semakin cepat seiring detak jantung yang semakin dekat. Hembusan nafas pemuda pirang itu semakin dekat membuat hati gadis itu melonjak dan ingin meledak dan..

"Dengarkan aku baik-baik, gadis bodoh. Berhentilah menyentuhku atau kau akan tau akibatnya." Ucap Naruto tepat di telinga gadis itu.

Gadis itu membuka matanya dan hanya terdiam. Ia masih tidak sanggup mencerna perkataan yang baru saja dilontarkan oleh pemuda pirang karena jantungnya masih berdebar-debar. Bahkan untuk mengeluarkan suarapun sudah tidak sanggup, karena posisinya sedikit terjebak atau tertahan.

Naruto melepas belenggu tangannya dan masih dalam posisi tadi walaupun gadis itu sudah setengah duduk.

"Kau mengerti, gadis bodoh?" kata Naruto dengan seringai rubahnya yang terlihat sinis.

"A-aku..."

Tuing! Tuing! Tiba-tiba saja telinga rubah Naruto bergerak-gerak menandakan ia mendengar sesuatu.

"Sial! Mereka semakin dekat! Ini gara-gara kau! Sekarang, aku harus sembunyi dimana?" Naruto bingung dan seraya bangkit dari posisinya.

"Tunggu!" gadis itu menahan lengan Naruto.

"Kau mau apalagi? Jika kau menahanku agar mereka menangkapku, itu tidak akan pernah terjadi." Kata Naruto menepis genggaman gadis itu.

"Bu-bukan! A-ku hanya ingin mengusulkan, bagaimana kalau kau bersembunyi diatas pohon." Usul gadis itu sambil menunjuk dua pohon yang ada didekat sungai.

"Hah? Kau gila! Mana mungkin aku-..."

"Dimana siluman itu! Sepertinya dia baru saja lewat sini!"

"Tch.. kau beruntung! Aku harap kau bisa dipercaya." Kata Naruto seraya bersembunyi diatas pohon.

Tak lama kemudian, para warga desa datang menghampiri gadis itu.

"Hinata, apa kau melihat siluman lewat ke arah sini?" tanya salah satu warga desa.

Gadis yang dipanggil Hinata menggeleng dengan cepat, "Tidak! Aku tidak melihat siapapun. Aku baru saja sampai disini."

"Kau yakin?" tanya warga desa yang lain. Hinata mengangguk.

"Sudahlah. Mungkin saja yang dikatakan Hinata benar. Kalaupun ia bertemu siluman itu, mungkin ia sudah mati. Siluman itu sangat berbahaya."

Dilain tempat, Naruto berusaha meredam emosinya karena para warga desa itu dengan seenaknya memberi image jelek padanya. Ia hanya bisa mengumpat dalam hati agar tidak ketahuan.

"Baiklah, Hinata. Kami pergi dulu. Jaga dirimu baik-baik."

"Iya."

Setelah para warga desa pergi, Naruto turun dari persembunyiannya.

"Ah.. Kitsumimi!" panggil Hinata spontan.

GUBRAKK! Naruto sukses terjatuh mendengar panggilan barunya yang.. nggak bangetlah.

"Ki-kitsumimi?" Naruto sweetdrop.

"Ah, gomen ne. Soalnya, aku tidak tau namamu." Ucap Hinata polos.

"Haah... sudahlah. Aku tidak peduli. Aku harus pergi sekarang." Ujar Naruto pasrah seraya membersihkan bajunya dari debu.

"Tu-tunggu!" Hinata kembali menahan lengan Naruto, "Sebelum kau pergi. Boleh aku tau namamu?" tanya Hinata pelan dan tidak lupa pula semburat merah menghiasi wajahnya.

Naruto mengerutkan keningnya, "Hah? Nama? Manusia sepertimu menanyakan nama seorang siluman sepertiku? Jangan bercanda!" ujar Naruto sinis.

"Siluman? Memangnya kau siluman?" tanya Hinata polos.

GUBRAK!

"Tentu saja, baka! Memangnya ada manusia sepertiku yang mempunyai telinga dan ekor rubah seperti ini!" bentak Naruto frustasi dengan ketelmian Hinata.

"Namaku bukan baka. Namaku Hinata, Hyuuga Hinata." Ucap Hinata polos (lagi).

Naruto hampir putus asa dengan makhluk yang ada dihadapannya. Ia kembali melancarkan serangan mendadaknya tetapi kali ini beda.

Naruto menarik tangan Hinata dan mendorongnya, membuatnya bersandar di pohon dan ia sendiri meletakkan salah satu tangannya di batang pohon itu. Jarak wajah mereka kembali dekat, hanya beberapa centimeter saja.

"Baru kali ini aku bertemu manusia yang keras kepala sepertimu. Memangnya kau tidak takut padaku? Bisa saja aku membunuhmu sekarang." Kata Naruto dengan nada mengancam dan sedikit menggoda -?-.

Hinata kaget dengan tindakan Naruto yang tiba-tiba. Ia sama sekali tidak tau apa yang dipikirkan Naruto sekarang. Tapi...

"Tidak! Aku yakin kau tidak akan membunuhku. Lagipula.. kau tidak terlihat menakutkan." Kata Hinata tegas dan tentu saja lembut.

"Percaya diri sekali, kau. Atas dasar teori apa kau yakin sekali dengan pendapatmu?" tanya Naruto sedikit menyeringai.

"Mata!" ucap Hinata. Naruto sedikit terkejut. "Kata Nii-san, untuk melihat kejujuran seseorang, hanya bisa tau dengan memandang matanya. Mata tidak bisa berbohong." Ujar Hinata tersenyum.

"Begitu ya..." Naruto tersenyum lembut. Wajah yang terlihat bermusuhan kini terlihat ramah.

Wajah Hinata kembali merona melihat reaksi Naruto yang tiba-tiba terlihat.. ehem.. tampan dengan senyumannya.

Naruto melepas tangannya, membuat Hinata sedikit bernafas lega dan sedikit bingung. Naruto bergerak mundur sebanyak 2 langkah. ia pun berlutut dengan salah satu kakinya sebagai penumpu. Tangan kanannya kini meraih tangan kanan Hinata dan..

CUP!

Naruto mengecup punggung tangan Hinata seperti seorang pangeran yang memberi salam pada sang putri. Jantung Hinata kembali berdetak tak karuan atas perlakuan Naruto yang seperti pangeran dari negeri dongeng.

"Perkenalkan. Namaku Uzumaki Naruto. Salam kenal ya, Hinata." Ucap Naruto tersenyum lembut.

OoooOOoooO

Angin yang berhembus disela-sela dedaunan yang rindang, malam yang gelap bertabur bintang-bintang yang bersinar terang. Helaian rambut berwarna indigo terbang seiring hembusan angin.

Dingin!

Ya.. memang dingin. Tetapi itu tidak dirasakan oleh gadis berambut indigo bernama Hinata. Hinata tengah menikmati dinginnya udara malam di teras belakang rumahnya dengan memejamkan matanya dan kembali mengingat pengalaman indah yang baru saja ia alami.

**Flashback**

"Perkenalkan. Namaku Uzumaki Naruto. Salam kenal ya, Hinata." Ucap Naruto tersenyum lembut.

Wajah Hinata memanas dengan perbuatan Naruto yang seperti pangeran, "I-iya." Ucap Hinata terbata-bata.

Naruto kembali ke posisinya. Berdiri dihadapan. Baru kali ini Hinata menyadari, bahwa laki-laki yang ada dihadapannya ini lebih tinggi darinya dan wajahnya terlihat dewasa.

"Sepertinya, kau bukan orang yang jahat. Dan.. kau juga sangat manis." Puji Naruto dengan senyuman khasnya.

"Hoeeee.." wajah Hinata kembali memanas mendengar pujian langka dari seorang siluman.

"Baiklah. Sebaiknya aku pergi sekarang, teman-temanku pasti mengkhawatirkan keadaanku. Sampai jumpa!" pamit Naruto berbalik arah dan bersiap-siap pergi.

"Tu-tunggu!" Hinata kembali menahan Naruto.

"Ada apa lagi?" tanya naruto tanpa memalingkan wajahnya.

"A-apa kau akan datang lagi? Disini?" tanya Hinata H2C (harap-harap cemas).

"Datang? Entahlah. Jika kau beruntung, mengkin kita akan bertemu lagi. Jaa~" Naruto melompat sangat tingggi dan menghilang seiring hembusan angin.

"Jaa~"

**end flashback**

Hinata membuka matanya. Mata lavendernya beralih menatap tangan kanannya dan merasakan suhu tangannya dengan wajahnya.

"Hangat.." gumam Hinata sambil menempelkan tangan kanannya pada pipinya. Seperti lagi kasmaran nih, hehe...

Rasa hangat yang ia rasakan tadi mulai menjalar keseluruh wajahnya dan.. juga hatinya. Entah kenapa bayangan pemuda pirang yang ia temui beberapa jam lalu merasuki pikirannya.

"Hinata!" Hinata tersentak kaget ketika seseorang memanggilnya. Ia pun mencari asal suara itu.

"Neji-nii!"

"Kau sedang apa malam-malam begini? Angin malam tidak baik untuk kesehatanmu." Nasehat Neji sambil memasangkan selimut tebal pada Hinata.

"Arigatou, Nii-san." Ucap Hinata sambil menerima dan memakai selimut tebal itu.

"Sejak tadi kuperhatikan, sikapmu aneh. Apa ini berhubungan dengan kejadian hari ini?" tebak Neji sedikit menggoda.

"Hah! I-itu.." Hinata tertunduk malu dan memainkan kedua jarinya.

"Memangnya, kejadian apa yang baru saja kau alami hingga kau bersikap aneh?" tanya Neji. Hinata terdiam. "Apa ini berhubungan dengan seorang anak laki-laki?" pancing Neji.

Hinata terkejut dengan perkataan Neji yang tepat. Ia kembali menunduk dan memainkan kedua jarinya. wajahnya langsung memerah dan mengangguk pelan.

Neji hanya terkikik geli dengan reaksi malu-malu kucingnya Hinata, "Sepertinya adik manisku ini sedang jatuh cinta. Siapa anak laki-laki yang sudah merebut hatimu, Hinata?" goda Neji. Hinata semakin tertunduk malu.

"Ahaha... wajahmu itu lucu sekali. Apa laki-laki itu akan melamarmu, Hinata?" tanya Neji semakin menggoda.

"Neji-nii!" Hinata semakin malu mendengar perkataan Neji.

"Kau kenapa? Malu? Tidak usah malu-malu begitu. Aku tidak sabar melihat adik manisku ini mengenakan gaun pengantin dan menikah, hehe.."

Hinata tertunduk lesu, "Menikah? Rasanya itu tidak mungkin, Nii-san. Aku tidak mungkin bisa menikah. Hidupku tidak akan lama lagi," ujar Hinata. Tanpa terasa airmatanya menetes.

Neji terkejut dengan perkataan Hinata, "Jangan berkata seperti itu, Hinata! Kau akan hidup lama! Kau tidak akan mati!" histeris Neji.

"Percuma saja, Nii-san. Penyakit ini semakin lama semakin menggerogoti tubuhku. Tidak peduli bagaimana sakitnya saat aku merasakannya," ujar Hinata sambil meremas bajunya.

"Berhentilah pasrah seperti itu, Hinata! Aku dan ayah akan mencari obat bagimu agar kau sembuh. Tolong.. jangan buat kami kehilangan harapan." Neji tertunduk lemas.

Hinata hanya terdiam dan mulai beranjak pergi, "Gomenasai~.. Nii-san.." ia pun pergi setelah menggeser pintu geser ruang tamu yang ada didekat teras rumahnya.

Setelah Hinata pergi, Neji mengepalkan tangannya dan memukul tembok untuk melampiaskan emosinya.

BUK!

"Hinata... kenapa? Kenapa kau harus menderita seperti ini? Apakah ekor kyuubi adalah satu-satunya obat bagimu. Apa yang harus aku lakukan." Neji tertunduk lesu sambil menyandarkan tubuhnya di pintu geser dan menekuk wajahnya dengan salah satu lutunya.

Tanpa Neji sadari, ternyata Hinata tidak pergi dan tidak sengaja mendengar keluhan Neji dibalik pintu geser.

"Kyuubi..."

.

.

To Be Continue

Huwaaa... fic gaje apaan nih. Bukannya jadi tragedi, malah kayak flufy-flufy. *plak*

Summimasem minna-san, kalo ficnya jelek, hiks.. saya ngerjain pas lagi ujian lho, jadi gomen kalo kurang bagus. Bagi yang gak tau artinya kitsumimi, itu artinya telinga rubah, hehe..

Dan.. bwahaha... nggak jadi pake lirik lagu. Chapter depan mungkin ada. Do'ain saya biar dapet nilai bagus pada semua mata ujian ya, hehe... *plak*

Soal judul, itu adalah nama bunga. Emang sih agak sulit dimengerti, tapi coba deh search bahasa bunganya. Cocok banget sama fic ini, hehe... *plak*

Please minta reviewnya. Kritik, saran, pujian (maunya), akan diterima dengan senang hati, hehe...

Moga kita bertemu di chapter depan and... MET HTNH SEMUANYA! ^O^

.

cute smile..

Yui Hoshina ^^v