KuroBasu (c) Tadatoshi Fujimaki
Koukousei no Nichijou © Calico Neko
Warning: Parodi DKnN milik Yasunobu Yamauchi. 50%++ berisi dialog. Penggunaan nama depan. Charas bertebaran. Typos.
.
.
Enjoy!
.
.
SATU: Murid SMA dan Parkir Sepeda
Sebutlah keduanya sebagai teman, tetangga, sebaya, sekaligus teman sekelas. Daiki Aomine dan Taiga Kagami nama mereka, dua dari sekian bara yang mendiami kelas 2-B di SMA Sanada Utara.
"Selamat pagi, Taiga."
"Ah. Selamat pagi juga, Daiki."
Dengan berbekalkan tas sekolah di bahu beserta sebongkah sepeda di masing-masing selangkangan, keduanya pasang senyum seram, cocok untuk membuat nangis adikmu yang mungkin bandel. Gelar keduanya sebagai teman tidak sepenuhnya benar, sebab mereka lebih kepada rival abadi berkedok teman. Dua-duanya tidak hanya keras otot, namun juga keras kepala.
Sekitar 10 detik mereka saling melempar senyum di depan pintu gerbang rumah masing-masing, membuat bocah SD yang diantar sekolah ibunya langsung ditarik, takut menyaksikan adegan tak senonoh.
"Tidak terasa kita sudah masuk sekolah lagi ya."
"Oh, jadi Daiki yang kebluk ini masih ingat sekolah ya? Hebat juga kamu rupanya."
Lempar senyum ditambah 5 detik lagi, diiringi suara kucing yang mengeong sebagai backsound mereka di hari pertama di semester baru.
"Kalau begitu, kamu tahu artinya, kan?"
"Heh! Jangan bercanda. Tentu saja aku tahu."
Itu artinya: murid baru, sepeda baru, saingan baru ... yang lebih banyak.
"PARKIRAN SEPEDA PUNYA AKU!"
WUSSHH
"ENGGAK AKAN AKU BIARIN PARKIR SEPEDA DIPARKIRIN SEPEDA BUTUT KAYAK PUNYA KAMU, TAIGA!"
"HAH? SEHARUSNYA SEPEDA KAMU YANG DIAJAK NGACA! SAMA-SAMA DAKIAN! HAHA!"
"SIALAN! POKOKNYA HARI INI AKU YANG BAKAL DAPAT PARKIR!"
"KITA LIHAT SAJA SIAPA DI ANTARA KITA YANG TERCEPAT!"
Memacu sepeda sekuat dan sekencang mungkin menuju sekolah adalah daily morning of Taiga and Daiki. Bukan rahasia umum kalau mencari parkir sepeda itu lumayan berebut. Istilahnya siapa cepat dia dapat.
"POKOKNYA AKU YANG BAKAL MENANG!"
"BUKAN! AKU PASTI YANG MENANG!"
WUSSHH
Sial memang bisa datang kapanpun. Itulah yang terjadi teman sekelas mereka lainnya yang bernama Kazunari Takao. Saat itu matanya terpejam, menikmati musik dugem yang termainkan oleh Ipod-nya. Menjadi daily morning of Kazunari juga untuk membawa sepeda bergerobak karena di bagian gerobak tersebut nantinya akan diisi sang sahabat tercinta yang akan dijemputnya setiap hari di rumahnya, Shintarou Midorima.
"KAZUNARI! MINGGIR!"
"Eh? Kayak ada yang manggil." Kepala Kazunari menoleh ke belakang dan menemukan kedua temannya. "Oh, 'met pagi, Tai-chan, Dai-chan? UWAA!'
Kazunari beserta sepeda bergerobaknya nyungsep ke dalam sawah saat dia dilewati oleh dua sepeda tak bermotor namun berkecepatan sepeda bermotor. Pakaian basah dan dia kena omel Pak Tani.
Roda sepeda masih berputar cepat. Beberapa murid yang mereka lewati berteriak marah, terutama para siswi yang roknya tersibak angin. Daiki tak mau kehilangan kesempatan untuk sedetik mengintip isi dalam rok.
Dan tak terasa bangunan sekolah pun terlihat. Murid saling bertukar sapa atau peluk di depan gerbang, tidak sedikit yang berteriak gembira karena lama tak bertemu. Berbeda dengan Taiga dan Daiki yang tancap gas menuju parkir sepeda di bagian belakang sekolah. Benar-saja, sudah nyaris penuh. Namun ada kosong 1 yang terdeteksi mata penuh api Taiga.
"HAHAHAHA! AKU YANG DAPAT PARKIR!"
"Selamat pagi, Taiga-kun."
"Gah! Tetsuya! Kamu itu kenapa sih selalu nyerobot tempat parkiran aku?"
Tetsuya Kuroko namanya, memasang muka tanpa dosa sambil menghabiskan jatah susu paginya yang selalu dia bekal. Tak lupa gembo dipasang di sekitar jeruji sepeda.
"Aku sudah berada di sini dari tadi, Taiga-kun. Kamu saja yang tidak melihatku. Jadi, tolong jangan salahkan auraku yang tipis."
Di saat Taiga debat pagi hari dengan Tetsuya, Daiki sudah melenggang pergi menuju kelas setelah memarkirkan sepedanya.
"Hehehe. Daiki, 56 kali dapat parkir. Taiga, 53."
DUA: Murid SMA dan Model Rambut
Semester baru, model rambut baru. Topik model rambut selalu menjadi bahan pembicaraan yang merepotkan bagi wanita. Rambut itu adalah mahkota, patut disayang sepenuh hati.
Riko Aida, semester kemarin rambutnya masih panjang sepinggang, sering diikat kuda atau kepang dua sehingga memberi kesan masa muda yang energik. Dan sekarang ...
"Riko-chan! Kenapa sama rambut kamu?"
"Hm? Kenapa, Satsuki? Bagus ya? Papa bilang aku cocok rambut pendek gini, juga perawatannya lebih simpel."
Yang ditanya malah cekikikan sambil mengelus model rambut barunya yang kini mirip potongan rambut laki-laki. Masih berwarna cokelat alami, namun pendek bahkan nyaris tidak menyentuh kerah seragam.
"Tapi aku kan suka rambut Riko-chan yang panjang!"
Sayang, kedua sahabat se-genk lainnya tidak begitu setuju.
"Kamu cocok rambut pendek begini, Riko."
"Yup, I totally agree with you, Masako."
"Tapi kalau seperti ini nama genk kita berubah dong! Yang lain kan kenal kita sebagai Genk Rambut Panjang!" seharian Satsuki misuh-misuh tidak jelas.
Masalah debat model rambut pun biasanya juga terjadi pada anak laki-laki, apalagi bagi yang agak-agak metroseksual seperti Ryouta. Matanya membulat seperti bulan, mulutnya mangap seperti ikan dikeluarkan dari air.
"Sho-Sho-Sho-SHOGO-KUN! RAMBUT KAMU KENAPA KAYAK GITU?"
Suara Ryouta itu cempreng menggelegar, mudah menarik massa pada sumber pembicaraan.
"Hah~? Kenapa memangnya? Lebih keren, kan?"
"Lebih keren, ya~?
Belum juga berbalik hendak protes atas nada mencemoohkan, Shougo Haizaki sudah menerima kuncian di lehernya. Datang dari dan tak bukan si pawang Shougo, Shuzou Nijimura.
"Rambut banyak kepangan dan ubah warna gini kamu bilang keren? LU MAU SEKOLAH ATAU MALAK ORANG, HAH?! IKUT GUE, DASAR PREMAN KAMPUNG!"
"SIALAN! LEPASIN GUE!"
Shougo diseret ke kamar mandi. Ketika mereka kembali ke kelas, rambut barunya yang berwarna hitam berkepang banyak, telah melemas dan kembali ke rambutnya yang semula: abu-abu berdiri. Namun yang menjadi fokus adalah rambut serta seragam yang basah.
"Oh. Itu aku cemplungin kepala dia ke bak mandi."
TIGA: Murid SMA dan Murid Baru
"Ehem! Ya. Selamat pagi anak-anak. Hm... jadi yang seperti kalian lihat, Bapak yang akan menjadi wali kelas kalian di tahun ajaran ini. Kalau ada yang belum mengenal saya, nama saya adalah Kagetora Aida. Saya ini adalah pria tampan setengah baya yang berjuang keras sendirian untuk menghidupi anak perempuan cantik saya satu-satunya, yang saat ini sedang menatap ayahnya dengan penuh cinta." Riko memasang mimik muntah. Sudah bertemu di rumah, masih bertemu juga di sekolah. Lelah.
"Jadi, sebelum kita mulai pelajaran, saya akan—"
"Tora-sensei, kami tidak perkenalan dulu?" Pertanyaan Shun Izuki diangguki lainnya.
"Ck! Ada-ada saja. Kalian ini sudah SMA, kenapa masih harus dibimbing juga untuk berkenalan saja, hah? Lakukan saat istirahat nanti, atau saat pergantian kelas. Lagipula saya yakin kalau kalian sudah saling kenal, kan? Kelas ini satu-satunya yang memaksa untuk tidak ada rotasi kelas, kan?"
"Itu karena kami sudah saling menyayangi, Tora-sensei! Guru manapun tidak akan bisa memisahkan kami! Kami ini ibarat napas dan detak jantung, saling melengkapi, kalau tidak tanda hidup kami musnah!" Orasi Shinji Koganei disoraki semangat oleh para murid, apalagi mereka yang bergender laki-laki. Sampai-sampai ada yang gebrak-gebrak meja segala.
"Iya! Iya! Iya! Makanya Bapak juga protes pada kepala sekolah waktu ditunjuk untuk mengurus kelas penuh anak-anak bengal seperti kalian! Ah, tapi tenang saja, Riko-tan tidak masuk hitungan, kok."
"HUU!"
"Ya Tuhan ... tolong hamba-Mu ini~" Kagetora sudah meratap lelah duluan sebelum mampu memulai pelajaran pertama. "Oke, sebelum dimulai ada murid baru yang akan bergabung di kelas ini."
Kelas kembali gaduh, bila diibaratkan seperti ketika ada kebakaran dan banyak orang yang turut membantu memadamkan.
"SIAPA?"
"LAKI-LAKI ATAU PEREMPUAN?"
"Semoga perempuan. Kelas kita ini seperti gurun tanpa kaktus yang berbunga."
"Heh, Yoshitaka! Jadi maksud kamu kami ini apa, hah? Kamu mau bilang kami ini gurun?!"
Kelas yang tadinya seperti terminal berganti senyap tatkala sepasang sepatu menapak masuk. Dengan tubuh tinggi bak model, rambut hitam legam berponi miring menutupi sebelah mata, tahi lalat di bawah mata, serta senyum entah tulus atau senyum yang telah ter-default, tak ada satu kata untuk mengungkapkan si murid baru selain kata-
"KEREN!"
"Ah! Kenapa sih laki-laki lagi? Pamor kita kan jadi turun!" Diucapkan oleh Kotarou Hayama yang masih dalam masa PDKT dengan murid kelas sebelah namun gayung belum tersambut.
Senyum pun menyebar ke segenap kelas. Yang berada di depan kelas itulah yang berpotensi mencuri hati para perempuan. Mereka yang sudah punya pasangan sepertinya harus mengurung si sayang di pulau terpencil demi menjauh dari murid baru tersebut.
"Selamat pagi, teman-teman. Namaku Tatsuya Himuro. Aku orang Jepang tapi cukup lama tinggal di Amerika, jadi aku mohon bimbingan dari semua."
Riko, Satsuki, dan Masako mulai tidak santai, apalagi Alexandra yang sudah siap sedia dengan ponselnya.
"Tatsuya! Beritahu kami nomor handphome-mu!"
"Tatsuya-kun, kapan ulang tahunmu?"
"Apa Tatsuya-kun sudah punya pacar?"
"Pulang sekolah nanti aku temani keliling sekolah ya. Kalau tersesat kan gawat."
Kagetora selalu Papa Riko mangap sejadi-jadinya. Tetsuya melotot ada yang bernama mirip dengannya. 80% siswa merapal mantra-mantra kutukan dengan 5%-nya sedang sembunyi-sembunyi membuat boneka voodoo. 10% lainnya menguap bahkan sudah ada yang tidur.
"Oke. Perkenalan lebih dekat kalian lakukan nanti saja. Tatsuya, silakan duduk di bangku kosong sebelah bangku Kensuke."
"Baik, Sensei."
Aduh. Bahkan Kagetora harus mengakui kalau Tatsuya ini sungguh charming. Senyumnya menyilaukan
.
Hari-hari penuh warna kelas 2-B SMA Sanada Utara pun ditandai dengan pelajaran pertama.
.
.
.
.
.
.
"Baiklah, sekarang keluarkan kertas dan alat tulis."
"IHH! Tora-sensei, ini kan hari pertama! Masa sudah ada quiz lagi?!"
"Tulis nomor satu."
"Mampus! Oy, pinjem pulpen!"
"Maaf. Boleh minta kertas? Maaf."
"Satu. Jelaskan yang dimaksud dengan..."
Dan ini hanyalah segelintir warna kehidupan murid SMA.
CU!
A/N: Oke, walau enggak nyambung, tapi aku lagi kesambet HaiFuri, jadi terbuatlah ff ini sekarang. Maaf bagi yang tidak nyaman dengan narasi yang sedikit, aku ngerasa DKnN akan aneh kalau terlalu banyak detail. Dan seperti ff aku yang OPEN, readers boleh ikut bagian dalam cerita, tapi tidak sebagai teman sekelas. Boleh, misalnya sebagai guru, murid dari kelas/sekolah lain, keluarga charas, dll. OPEN sendiri akan diapdet selepas puasa.
Terima kasih sudah mampir. Feedback, please!
Terakhir: ada yang sudah nonton DKnN live action?
