Disclaimer: Fairy Tail belongs to Hiro Mashima. yes, he has no (dayyuts) belongs to locked pearl.

Note: modified (future) canon, kinda ooc (?). written for #jerzaweek2018 and #nulisrandom2018

.

.

.

[ jaga jarak pandang ketika membaca fanfiksi ini ]

day 03: hairbrush


Di tengah kompleksitas luar biasa dunia ini, Jellal menyukai hal-hal sederhana. Sesuatu yang mungkin biasa, terlalu biasa, tapi rasakan ketika sesuatu yang biasa itu raib. Salah satunya pagi hari, ketika matahari mulai nampak. Merah-merahnya membuat siapa saja menjadi tenang. Udara masih bersih. Otak dipenuhi sejuta optimis.

Menyisir rambut Erza adalah favoritnya. Rambut Erza, benang merah yang menghubungkannya dengan penggalan tulang rusuknya itu. Mungkin kau bisa bilang ini yang namanya kerajinan. Mandi di pagi buta sekaligus membasuh rambut. Seolah dingin adalah sahabat baik.

Jellal berdiri di belakang punggung wanitanya. Helaian itu sudah sedikit kering, jadi pikirnya tidak masalah untuk disisir. Sikat rambut di tangan ketika cahaya-cahaya fajar menerobos pintu kaca kamar mereka.

"Aku selalu suka rambutmu." ungkap Jellal untuk ke sekian kali. Tidak pernah ada kata basi atau bosan dengan pernyataan itu. Yang bersangkutan juga tidak pernah merasa keberatan mengukir kurva dan berusaha untuk mengatur detak jantung.

"Aku juga memiliki perasaan yang sama."

Rambut Erza dibelah menjadi dua dari ubun-ubun. Sisi kanan disapu dengan halus. Menimbulkan suara deret yang berirama.

"Karena kau menyukai rambutku, aku jadi menyukainya."

"Kenapa?" diselingi gelak kecil.

"Aku mencintai apa yang Jellal cintai."

"Ahaha, kau ini." Jellal menahan untuk tidak mengacak rambut Erza.

Jellal berpaling ke sisi kiri. Sebelumnya mengibas sikat rambut yang menangkap butir-butir air di bagian kanan.

"Kau begitu menikmatinya, ya, Jellal? Mengurus rambutku ini."

Matanya masih kepada helaian. "Rambut itu adalah perhiasan. Terlebih untuk wanita, adalah mahkota." Diam sejenak, "Maka dari itu, terima kasih telah menjaga mahkotamu hingga aku kembali."

Sentuhan terakhir sudah beres. Erza memutar posisinya, menghadap Jellal yang kemudian duduk di atas kasur.

"Dan untuk sikat rambut ini, entah aku harus berterima kasih atau cemburu. Ia beruntung sekali bisa menyentuh rambut merahmu. Bertahun-tahun. Bisa saja kumusnahkan sikat ini kalau saja bukan hal yang kau sukai."

Sekonyong-konyong alis Jellal terangkat satu. Dahi mengerut. Pria ini mengatakan tanpa sadar terbawa perasaan.

Tawa keluar dari bibir Erza. Jellal protes, aku ini serius tahu. Menimang kecemburuan Jellal terhadap sikat rambut kesayangannya, terbesit pikiran bahwa Erza akan menutup rambut merahnya kepada pria lain. Rambut ini, hanya untuk Jellal. Cuma Jellal yang boleh mengaguminya.

.

.

.

(Namun, disisir pagi-pagi begini memang mengundang kantuk).


e n d


a/n: hampir setahun sejak terakhir kali update di fandom ini orz. dengan propmt hairbrush, aku membayangkan jellal yang menyisir rambut erza dan ketika memandang sikat rambutnya, ini nih, yang telah merawat rambut erza. ke sini-sini, eh malah bayangin si jellal cemburu sama nih sikat. terus jadi inget suatu riwayat ketika sayyidina ali bin abi thalib cemburu, jadi mungkin mirip-mirip lah XD. btw dayyuts adalah suami yang tidak punya rasa cemburu.

sekian, terima kasih telah membaca :).