Disclaimer : Eyeshield 21_Riichiro Inagaki & Yusuke Murata, but this fict is mine!

Rating : Romance/Hurt/Comfort.

Pairing : HiruMamo

Rating : T *anak kecil gak boleh baca soal percintaan! –digebukin anak TK-*

WARNING : Fict ini dibuat oleh author dalam keadaan yang kurang waras. Kemungkinan fict ini akan mengandung berbagai macam komponen yang gaje, OOC, dan mungkin typo(s). Maka jangan marah jika fict ini jelek ataupun kurang berkenan di hati anda *digampar*.

~Apple And Cinnamon~

"Halo? Ada apa, Suzuna?"

"Mamo-nee! Kok tidak ke markas sih? Aku sendirian nih!"

"Iya… Aku akan kesana. Tunggu sebentar, ya?"

"CKLEK…"

Aku menutup teleponku dan segera menuju markas Deimon Devil Bats. Aku menghela nafasku dan terus melangkah ke markas yang hanya 3 blok dari rumahku. Sesampainya disana, Suzuna langsung menghampiriku dengan wajah energiknya.

"Huwa… Mamo-nee kenapa terlambat? Tumben sekali lho…", Suzuna terus menghadangku dengan muka energiknya.

"Ano… Gomen~nee. Tadi ada masalah sedikit", jawabku.

"Masalah apa? Kenapa kau tidak pernah cerita denganku?", tiba-tiba orang berambut kuning jabrik ikut angkat bicara tanpa melihat wajahku, dia Yoichi Hiruma.

"Memangnya perlu, ya?", kataku agak sinis.

"Tidak juga sih…", kata Hiruma sambil mengambil senjata kesayangannya.

Aku hanya menggembungkan pipiku, tapi dia tidak menoleh sedikitpun. Ah, dia tidak pernah berubah walaupun aku sudah menjadi kekasihnya. Tapi mau bagaimana lagi? Aku tidak bisa merubah sikapnya yang seperti iblis itu.

"Hari ini tidak latihan?", tanyaku kepada Hiruma.

"Latihan. Tapi kita masih menunggu si cebol sialan. Hei, cheerleader sialan! Kemana anak itu?", Hiruma melirik ke arah Suzuna.

"Mana ku tahu!", jawab Suzuna sinis.

"Lho? Kau kan kekasihnya! Pasti kau tahu kan? Nyahahahahahaha…."

"Hihh… You-nii!", Suzuna blushing.

"Sudah… Sudah… Hentikan itu", aku melerai mereka.

"Tapi You-nii yang mulai!", Suzuna membela dirinya.

"Tapi memang benar kan? Kamu sedang berkencan dengannya? Buahahahahaha!", Hiruma semakin menjadi.

"Sudahlah, Hiruma-kun! Jangan menggoda Suzuna lagi, ya?", aku kembali melerai mereka.

"Memangnya kenapa? Apa kau cemburu terhadap mereka, manager sialan?"

'DEG….', jantungku berhenti berdetak. Otakku kembali mencerna perkataan Hiruma. Cemburu? Tentu saja akau cemburu dengan pasangan Suzuna dan Sena! Mereka selalu makan malam bersama dan terkadang berkencan di taman. Sedangkan aku dan Hiruma tidak pernah seperti itu. Setiap kali aku mengajaknya keluar makan malam, dia selalu berkata, "Aku sibuk! Apa kau tidak bisa makan sendiri, he?". Menyebalkan, bukan? Terkadang aku ragu padanya. Apakah dia benar-benar mencintaiku apa tidak?

"Apa maksudmu? Aku cemburu dengan mereka? Tentu saja aku CEMBURU, Hiruma-kun!", aku pergi meninggalkan Hiruma dan Suzuna.

Aku kesal dengan Hiruma. Bagaimana dia bisa bertanya seperti itu padahal dia tahu jawabannya. Sekarang siapa yang bodoh, ha? Baka! Aku menutup*baca : menggeser* pintu markas dengan kasar. Aku langsung pergi meninggalkan markas dengan kesal. Aku memutuskan untuk pulang. Tiba-tiba, Suzuna memanggilku.

"Mamo-nee!", Suzuna memanggilku sembari berlari dengan rollerbladenya.

Aku menoleh ke belakang.

"Mamo-nee, maafkan aku, ya"

"Lho? Memangnya kenapa?", tanyaku bingung.

"Gara-gara aku Mamo-nee menjadi bertengkar dengan You-nii"

"Hey, ini bukan salahmu! Kau tidak melakukan apa pun. Ini sudah biasa kok"

"Tapi, Mamo-nee…."

"Tidak apa-apa. Sudah, ya? Aku mau pulang dulu", aku pergi meninggalkan Suzuna. Suzuna hanya memandangiku dengan perasaan heran.

Saat berjalan menuju apartemenku, aku melihat stan permen karet yang sedang promosi disana. Terlintas bayangan Hiruma yang sedang mengunyah permen karet. Tak lupa pula dia meniup balon yang berasal dari permen karet itu. Aku menggeleng-gelengkan kepalaku untuk menghentikan fantasi itu. Tapi tak disangka, kakiku melangkah menuju stan itu. Tanpa kusadari aku sudah berada di depan stan itu.

"Ohayou… Silahkan cicipi permen karet terbaru kami ini", ada seorang pria yang menyambutku dengan senyumannya.

Aku mencoba satu dan mulai mengunyahnya. Aku memicingkan mataku saat merasakan permen karet itu. Hm… Ini kan rasa mint! Rasa kesukaan Hiruma. Aku baru tahu bahwa rasa mint itu sungguh membakar lidahku.

"Bagaimana? Apakah anda tertarik dengan permen karet kami ini?", pria itu menyuguhiku sekotak permen karet mint.

"Ya! Aku beli 2 bungkus, ya?", tiba-tiba mulutku berkata spontan. Aku menutup mulutku yang masih mengunyah permen karet itu dengan kedua tanganku. Ingin sekali aku membatalkan acara untuk membeli permen karet itu, tapi aku…err…maksudku mulutku terlanjur mengucapkannya.

"Ini dia gadis manis. Silahkan menikmati", pria itu memberikanku 2 bungkus permen karet yang masing-masing berisi 5 lembar permen karet *yah, anggap saja begitu –plakk-*.

Aku mengambil uang disaku celanaku dan mulai membayarnya.

"Domo arigatou…", kata pria itu dan aku hanya menganggukkan kepalaku untuk membalasnya.

Aku kembali melanjutkan perjalananku menuju apartemenku. Aku masih saja memandang 2 bungkus permen karet yang aku beli tadi. Aku bingung harus aku apakan permen karet ini. Jika saja permen karet ini tidak berasa mint, pasti sudah aku makan dari tadi. Sesampainya di apartemenku atau lebih tepatnya di depan pintu apartemenku, aku melihat seseorang yang sudah tidak asing lagi di mataku. Dia berdiri di depan pintu apartemenku dengan tangan terlipat di dadanya. Aku juga melihat mulutnya yang sedang bergerak-gerak menandakan dia sedang mengunyah sesuatu.

"Hiruma-kun? Sedang apa kau disini?", tanyaku.

"Tentu saja mencarimu, baka!", jawabnya dingin.

"Tapi untuk apa?"

"Apa kau bodoh, ya? Aku khawatir padamu tahu! Tiba-tiba saja kau pergi meninggalkanku waktu di markas tadi. Dengan kasar pula!"

"Ya… Ya… Ya… Gomen~ne!", aku membuka pintu apartemenku dan mulai masuk dengan Hiruma membuntutiku.

Hiruma langsung membanting tubuhnya di sofaku. Aku tak keberatan dengannya, karena itu sudah biasa.

"Mau minum apa, Hiruma-kun?", tanyaku.

"Tidak usah", jawa Hiruma singkat.

"Baiklah, terserah kau saja", aku duduk sofa tepat di depan Hiruma sehingga kami duduk berhadapan dengan meja kecil yang memisahkan kami.

Aku mengambil note-ku yang tergeletak di meja kecil itu. Aku membuka lembar demi lembar buku itu hanya untuk sekedar mengalihkan pandanganku dari iblis ini. Hiruma tidak memberikan respon apapun. Matanya hanya menjelajahi seluruh ruangan apartemenku. Hingga tiba-tiba dia memanggilku.

"Eh, manager sialan", panggilnya dengan kasar.

"Hn…?", aku bergumam.

"Kau sedang makan apa?"

Ah, iya juga! Aku baru menyadarinya! Aku lupa untuk membuang permen karet yang masih kukunyah ini.

"Tidak, aku tidak sedang makan apa-apa", aku segera menyembunyikan permen karet yang kukunyah di bawah lodahku

"Hei! Kemari kau", Hiruma menarik wajahku dengan kasar.

Aku bisa memandang wajahnya yang menurutku lebih menyeramkan dari biasanya. Jantungku berdegup kencang. Wajahku sempat memerah saat dia menghirup aroma di bibirku.

"Buka mulutmu", Hiruma memerintahkanku dengan kasar.

Aku hanya menggelengkan kepalaku tanda tidak mau.

"BUKA!", Hiruma menaikkan volume suaranya dan itu membuatku kembali takut.

Aku membuka mulutku.

"Jangan sembunyikan permen karet itu!", sepertinya Hiruma mengetahui bahwa aku sedang menyembunyikan permen karet di bawah lidahku.

"Ini kan mint! Sejak kapan kau suka dengan permen karet rasa mint?", kata Hiruma yang mulai mengintrogasiku.

"Eng… Aku hanya coba-coba saja kok", aku menarik wajahku dari cengkraman Hiruma.

"Coba-coba, ya?", Hiruma memicingkan matanya.

"Eh…?", aku ketakutan melihatnya.

"Coba-coba atau co…ba….-….co…ba….?"

"Apa maksudmu sih?", aku benar-benar tidak mengerti dengan maksudnya.

"Tidak apa-apa. Lupakan saja. Nah, sekarang aku tanya. Bagaimana rasanya?"

"Pedas dan membuat lidahku terbakar! Pokoknya aku tidak suka rasa ini"

"Baka! Memang itu rasanya! Kalau tahu rasanya seperti itu, kenapa masih kau kunyah, ha? Kenapa tidak kau buang saja?"

Iya juga, ya? Kenapa tidak aku buang saja? Ah, aku akui bahwa aku memang bodoh sekarang. Aku beranjak dari sofa dan berjalan menuju tong sampah. Aku pun membuang permen karet yang aku kunyah tadi. Lalu aku kembali ke sofa.

"Sedang apa kau tadi?", tanya Hiruma.

"Membuang permen karetnya", jawabku dengan ekspresi polos.

"Cihh…", Hiruma bangkit dari duduknya dan berjalan menuju pintu keluar.

"Lho, Hiruma-kun? Mau kemana?", tanyaku.

"Pulang", Hiruma membuka dan menutup pintu apartemenku dengan kasar.

"BLAM!", terdengar suara pintu apartemenku yang tertutup secar keras.

Ada apa sih dengannya? Kenapa dia berubah begini? Ah, aku memang tidak pernah mengerti perasannya. Aku hanya mengangkat kedua bahuku dan menghela nafasku. Tiba-tiba aku mengingat sesuatu. Oh iya! Aku ingat bahwa aku punya 2 bungkus permen karet. Rencananya akan aku berikan pada Hiruma, tapi karena dia terlanjur pulang, ya sudah kalau begitu. Lebih baik aku simpan saja.

Malamnya, aku tidak memiliki kegiatan apapun. Acara di televisi semuanya sedang tidak bagus. Jadi aku putuskan untuk berbaring di tempat tidurku saja. Malam ini begitu sepi. Walaupun aku telah memiliki Hiruma, tapi sedikitpun dia tidak pernah mengobati rasa kesepianku ini. Hah… Apa yang bisa aku harapkan dari dia? Dia memang lelaki yang tidak bisa diandalkan. Tiba-tiba aku mengambil sebungkus permen karet yang baru aku beli tadi. Aku mencoba mengambil 1 buah permen karet. Sekedar bermain-main untuk membunuh rasa jenuhku, aku pun mengunyahnya.

"Huwahhh….. Pedas!", aku memejamkan mataku untuk menahan rasa panas yang membakar lidahku.

Aku segera membuang permen karet itu tapi rasa pedasnya masih terasa menjalar di lidahku. Tiba-tiba handphoneku berdering tanda ada yang meneleponku. Aku pun segera mengangkatnya.

"Hah… Halo?"

"Sedang apa kau, manager sialan! Kenapa lama sekali mengangkat teleponku?", rupanya dia Hiruma.

"Huwah… Hah… Gomen… Hah… Gomen~ne!", rasa mint itu semakin membakar lidahku.

"Kau kenapa, manager sialan?"

"Tidak… Hah… Hah… Tidak apa…apa…", aku kembali menahan rasa pedas dan panas di lidahku. Aku kembali mendesah tanda kepedasan.

"Jangan lakukan yang macam-macam, ya? Kekekekekekeke"

"Ap… Hah… Apa maksudmu, hah?"

"Ya… Pikirkan saja sendiri"

"Sebenarnya… Huwah… Kau mau… Hah… Apa sshhhih?"

"Tidak. Aku hanya ingin…. Eh, manager sialan! Kau ini kenapa sih?", terdengar suara Hiruma yang khawatir denganku.

"Aku tidak apa-apa. Ssssudah.. ya?", aku menutup teleponku.

Aku segera mengambil makanan manis. Apa saja yang manis asalkan lidahku tidak terbakar lagi. Akhirnya aku mengambil cup cake yang ada di lemariku. Aku memakan cherry yang menghiasi cup cake itu. Fuh… Rasanya manis sekali dan membuat rasa pedas khas mint menghilang.

"Tok… Tok…", tiba-tiba ada seseorang yang mengetuk pintu apartemenku. Aku melirik jam dinding di apartemenku dan waktu sudah menunjukkan pukul 10 a.m!

"Siapa sih yang bertamu malam-malam begini? Apa orang itu bodoh, ya?", aku berjalan menuju pintu apartemenku dan membukanya.

"Kau baik-baik saja kan, manager sialan?", rupanya dia Hiruma.

"Aku baik-baik saja. Kenapa?", tanyaku dengan nada polosku.

"Kau yakin?"

"Tentu saja! Memangnya kenapa? Kau khawatir, ya?"

"Cih… Tentu saja, baka!", dia menyentil keningku.

Akhirnya dia masuk ke dalam apartemenku. Aku sudah mencegahnya tapi dia malah memaksa untuk masuk. Dia kembali membanting tubuhnya dengan kasar di sofaku, aku tetap mengacuhkannya. Aku tidak duduk di dekat Hiruma, aku memilih untuk duduk di dekat televisi.

"Eh, manager sialan!", panggil Hiruma.

"Hn…?", aku hanya bergumam tanpa melihat ke arahnya.

"Kau makan permen karet rasa mint lagi, ya?"

"Tidak", jawabku singkat dan mengacuhkannya.

"Kalau begitu ini apa?", Hiruma melemparkan bungkus permen karet rasa mint ke arahku.

"Kau dapat dari mana?", tanyaku.

"Disini", Hiruma menunjuk meja kecil di depannya.

"Oh…."

"Kau menyukai rasa mint kan? Iya kan?"

"Ng… Tidak", aku tetap mengacuhkannya.

"Oh, begitu ya? Baiklah", tiba-tiba Hiruma beranjak dari sofanya dan berjalan menuju pintu keluar apartemenku.

"Nee? Mau kemana, Hiruma-kun?", sekarang aku melirik ke arahnya yang sedang berjalan menuju pintu.

"BLAMM!", Hiruma menutup pintu kamar apartemenku dengan sangat keras. Ada apa sih dengannya? Sekarang aku benar-benar bingung dengannya. Ini aneh kan? Apa mungkin gara-gara aku tidak menyukai rasa mint menjadikannya marah padaku? Itu kan konyol? Ah, hentikan! Aku tidak mau memikirkannya. Sebentar lagi dia juga akan membaik.

Fiuhh… Chapter 1 selesai! Rencananya sih mau bikin oneshoot juga. Tapi masih ada satu kata yang terus menghantui Shiroku, yaitu 'MALES'! Yah,begitulah. Update akan diusahakan secepatnya.

Shiroku mohon R&R, C&C, de es beh…

Arigatou, minna-san!

Nb: buat Anindita Anung Permata, elu kudu baca + comment! Kalo kagak, gue kawinin elu! *triple kicked by anung*.