DISCLAIMER:

Vocaloid © YAMAHA


"Aku akan belajar ke Inggris selama 3 tahun. Pertunangan kami tidak mungkin batal, tapi pernikahan kami akan ditunda sampai aku lulus dan kembali kesini. Kuberi kau waktu selama itu untuk memperjuangkan cintamu dan menaklukkan hati Kiyoteru. Jika kau tidak bisa, kau hanyalah anak kecil yang lebih pantas bermain boneka."

My Lovely Teacher

by: Nerine 'Jie

"Aku bukan anak kecil lagi…"

Warning(s): Abal, Ancur, Gaje, Misstypo

If U Open it, U Have to Read and Review (dikeroyok)

.

.

.


Warna langit pada siang itu sangat cerah, birunya sungguh menenangkan. Suasana yang tadinya sempat terlihat ramai karena bertepatan dengan jam pulang Crypton Elementary School itu kini mulai sunyi, yang terlihat hanya beberapa orang berlalu-lalang dan kendaraan penjemput siswa yang datang kemudian pergi lagi setelah si penumpang naik.

"Pip... pip..." suara klakson sedan berwarna merah metalik yang baru saja berhenti tepat diseberang jalan gerbang sekolah elit tersebut, mungkin itu merupakan tanda dari pengemudi mobil kepada seseorang yang akan di jemputnya. Hanya ada dua orang yang berada di depan gerbang sekolah itu, seorang pria muda dan seorang gadis kecil yang berdiri rapat disampingnya. Namun, gadis kecil berambut hitam yang dikuncir dua itu lebih dulu menyadari kehadiran wanita yang turun dari mobil tadi kini mulai mendekat kearahnya, bukan, tapi ke arah pria disampingnya.

"Dia lagi..." gumam siswi yang masih duduk di bangku kelas 6A itu dengan nada malas.

"A-ano, Yuki-chan," pria muda berambut coklat gelap yang sedari tadi berdiri tenang disamping gadis kecil, mulai angkat suara, merasa risih dengan tangan mungil yang menggandeng tangannya, em...lebih tepatnya 'mencengkram' tangannya dan makin lama cengkraman itu makin kuat. Bagaimana bisa tangan semungil ini berkekuatan sebesar monster? Ia merutuki dirinya sendiri yang selalu lupa untuk mengusulkan kepada Meiko-san, guru kesehatan sekolah agar melakukan pemeriksaan kuku murid harus diadakan dua kali dalam seminggu, untuk kesehatan siswa-siswi, dan juga untuk keselamatannya sendiri. Karna kuku Yuki-chan sukses menembus kulit pada punggung tangannya.

"Itu kan hanya Luka-san, kalian kan sudah sering bertemu..." ucapnya menenangkan Yuki, berusaha agar cengkraman pada tangannya melonggar. Namun yang diharapkan berbeda, gadis kecil itu sama sekali tidak bergeming bahkan ia mungkin sama sekali tidak mendengarkan apapun yang dikatakan oleh pria berkacamata dengan kemeja putih lengkap dengan setelan jas abu-abu gelap dan dasi biru melingkari kerah di lehernya, guru matematika yang juga berstatus sebagai wali kelas Yuki, Hiyama Kiyoteru. Padahal Luka itu tergolong wanita yang ramah, pintar, cantik dan sangat feminim, entah apa yang ada di benak Yuki sehingga ia tidak menyukainya dan kerap kali bertingkah seperti ini apabila berhadapan dengan Luka.

"Konnichiwa Kiyo-san..." sapanya kepada Kiyoteru sambil melambaikan tangannya keatas, senyumnya benar-benar manis bagai malaikat, namun bagi Yuki itu terlihat seperti senyuman iblis.

"Konnichiwa mo Yuki-chan..." sapanya lagi sambil membungkukkan badannya agar sepadan dan bisa berhadapan dengan wajah Yuki.

"Tidak usah basa-basi" Yuki tahu benar bahwa itu bukan jawaban yang baik untuk seseorang yang menyapamu, tapi apa boleh buat. Ia benar-benar tidak suka dan merasa risih dengan keberadaan wanita yang terlihat bagai penyihir di matanya.

"A-apa-apaan itu...!" beberapa urat di dahi wanita berambut soft-pink itu keluar, merasa di permalukan dan dilecehkan oleh seorang bocah.

"Apa kau tidak pernah di ajar sopan-santun oleh orang tua mu hah?" Yuki hanya diam tanpa ekspresi.

"Jawab bila ada yang bertanya padamu" tuntut Luka lagi "Dan... Tatap mata lawan bicaramu!" ia mendelik tajam kepada anak berusia 11 tahun dihadapannya itu.

"Hn...? tadi kau berbicara denganku ya..." jawab Yuki dengan wajah polos yang dibuat-buat "Sepertinya tidak, kau mau mengajariku?" menunjukkan senyumnya benar-benar mengandung arti 'jangan pernah mencampuri urusanku'.

"Ko...konnichiwa mo Luka-san" balas Kiyoteru, sekaligus memecah situasi yang mulai mencekam.

"Em, Yuki-chan terlambat dijemput, bisa kan kita menunggu sebentar lagi sampai jemputannya datang?" pintanya dengan nada memohon pengertian dari wanita dihadapannya.

"Terserah kau saja!" jawab Luka yang tak acuh, dia tahu persis bagaimana Kiyoteru yang berhati lembut dan tidak tegaan terhadap siapapapun, apalagi itu anak kecil. Pantang bagi Kiyoteru meninggalkan seorang anak kecil sendirian di jalanan tanpa pengawasan dari orang tuanya. Apalagi dia adalah wali kelas dari bocah itu.

"Memang selalu begini kan tiap kali aku datang menjemputmu, untuk kali ini pun aku bahkan sudah datang 1 jam lebih lambat dari biasanya, tapi ternyata tetap harus menunggunya dulu" ucap Luka sambil berkacak pinggang.

"Tidak perlu! Kiyo-sensei pergi saja!" Yuki melepaskan gengaman tanggannya.

"Jangan begitu Yuki-chan... berbahaya bila anak kecil yang manis seperti Yuki-chan menunggu sendirian. Lagi pula kami senang menemani Yuki-chan menunggu, iya kan Luka?" Kiyoteru tersenyum tulus kepada Yuki dan kemudian menoleh ke arah Luka mengisyaratkan agar Luka meng-iya-kan yang tadi dikatakannya.

"Penjemputku sudah datang!" jari mungil Yuki menunjuk kearah jaguar hitam yang datang dan perlahan berhenti tepat di depan ketiga orang itu berdiri.

"Terima kasih sudah mau menemaniku menunggu Kiyo-sensei," ia membungkukkan badan ke arah Kiyoteru tapi tidak ke arah Luka.

"Selamat bersenang-senang, semoga kencannya menyenangkan!" ucap Yuki yang sudah membalikkan badannya sehingga membelakangi Kiyoteru dan Luka. Tentu saja ia tidak mau memperlihatkan wajah sedihnya pada sang guru yang selama ini dikaguminya, 'dicintainya'. Yuki berlari kecil menuju mobil dan kemudian naik tanpa berbalik lagi hanya sekedar untuk berbasa-basi. Bukannya tidak mau, tapi tidak bisa. Saat dimana ia melepaskan genggaman tangannya, saat itu juga ia berjuang keras untuk menahan buliran air bening dimatanya agar tidak tumpah. Disaat dia merasa aman didalam mobil dan tak terlihat lagi, ia meringkuk diatas jok belakang, menenggelamkan wajahnya dibalik lutut dan lengan yang membungkus kepalanya. Isakan tangis pun mulai melantun sepanjang perjalan mobil yang melaju.

'Aku hanya anak kecil' gumamnya.

.

"Eh... kalo tidak salah dengar tadi Yuki-chan bilang semoga kencannya menyenangkan?" Kiyoteru menoleh heran ke arah Luka. Luka memalingkan wajahnya dan mengangkat bahunya.

"Entahlah...aku tidak memperhatikan" jawabnya sekenanya.

.

"Anda baik-baik saja nona?" ucap supir yang sedari tadi menyetir terfokus pada jalanan yang ada didepannya, sesekali ia menyalip kendaraan lain yang melaju agak lambat. Namun dengan kecepatan yang stabil. Perhatiannya agak terganggu dengan keadaan nona kecil yang duduk di jok belakang. Bagaimana pun sebagai seorang supir dan juga sebagai orang dewasa yang baik, ia harus memperhatikan majikan kecilnya itu yang sepertinya sedang sangat kacau. Rambut ungunya yang panjang, jago beladiri dan judo ini diangkat sebagai supir pribadi plus body guard untuk Yuki.

"Bukan urusanmu! Lakukan saja pekerjaanmu!" Yuki yang seorang anak tunggal dari keluraga Kaai dan juga sebagai pewaris dari Kaai Corporation memang selalu bersikap ketus dan angkuh kepada orang-orang disekitarnya. Termasuk kepada pelayan-pelayan dan supir pribadinya yang satu ini.

"Mulai besok, jemput aku sesuai jadwal pulang sekolah saja!"

.

.

"Anak itu mengerikan!" ucap Luka.

"Siapa?" tanya Kiyoteru tanpa menoleh, karena ia harus fokus menyetir melihat jalan didepannya.

"Siapa lagi kalau bukan Yuki!" jawab Luka geram.

"Apanya yang mengerikan? Dia hanya anak kecil yang malang dan kurang mendapatkan perhatian. Secepatnya aku akan berbicara kepada orang tua Yuki tentang kebiasaan buruk supirnya itu!" kali ini Kiyoteru yang geram dengan ke tidak bertanggung jawaban si supir itu. Padahal ia telah beberapa kali menegur supir Yuki yang di ketahui bernama Gakupo itu. Tapi sepertinya ia mengacuhkan tegurannya.

"Bagaimana kalau ini bukan salah dari supir itu? Bagaimana kalau ini memang perintah dari nona kecil itu?" Luka mulai mengeluarkan analisisnya.

"Maksudmu Yuki yang menyuruh Gakupo untuk datang terlambat? Itu tidak mungkin, Yuki hanya seorang anak kecil Luka!" Kiyoteru tahu betul baik Luka maupun Yuki, keduanya tidak saling menyukai. Dan terlebih lagi Yuki memang agak kurang sopan bila terhadap Luka, tapi itu bukan berarti Luka bisa membenci Yuki dan menuduhkan hal-hal seperti itu.

"Yuki itu putri tunggal dari keluarga Kaai, tidak mungkin seorang pelayan berdedikasi tinggi seperti Gakupo melakukan keteledoran berulang-ulang yang sangat fatal seperti itu. Aku tahu betul standar pekerja yang berada dibawah naungan perusahaan sekaliber Kaai. Bahkan untuk seorang pelayan pun harus melalui seleksi yang sangat ketat." Luka bukannya mengada-ada atau melebih-lebihkan tentang perusahaan milik keluarga Yuki, ia tahu betul karena Kaai Corporation adalah pesaing berat perusahaan milik keluarganya, dan wajar saja jika rival bisnis berusaha mencari tahu tentang informasi penting dari perusahaan lain.

"Tapi itu tidak membuktikan apapun, Yuki itu hanya seorang anak kecil yang polos!" Kiyoteru tidak mau menanggapi Luka lebih serius.

"Kaulah yang polos! Kau tidak tau betapa menakutkannya seorang gadis bila menginginkan sesuatu," Kiyoteru mulai merespon perkataan Luka. Lampu lalu lintas berwarna merah, mobil mereka dan beberapa kendaraan lain berhenti tepat di belakang garis trotoar jalan. Mata cokelat keemasannya menatap dalam bola mata berwarna biru disampingnya.

"Aku selalu melihat Yuki menggenggam tanganmu dan menatapku sinis. Ia bukannya tidak suka denganku, tapi ia ketakutan. Takut seperti anak kecil yang boneka kesayangannya akan direbut. Yuki takut aku merebutmu!" suasana menjadi hening sejenak.

"Karena Yuki menyukaimu," kalimat terakhir Luka sukses membuat bola mata Kiyoteru membulat, tidak percaya dengan kesimpulan dari analisis gadis disampingnya ini. Tapi ia juga tidak bisa memungkiri bahwa ia telah mengenal Luka dari kecil, ia tahu betul bahwa Luka bukanlah tipe orang yang berbicara asal. Apalagi Luka adalah seorang yang cerdas, kuliah di universitas T, mengambil jurusan psikolog dan sekarang sedang mengurus transkrip nilainya untuk melanjutkan S2 nya diluar negri. Jadi wajar saja bila Luka bisa menganalisis dan berteori seperti itu.

"Lalu...?" hanya kata itu yang terlintas di benak Kiyoteru.

"Bersiaplah!" Luka tertawa memperlihatkan deretan gigi-giginya yang tersusun rapih. Ia benar-benar tidak paham dengan Kiyoteru yang jenius, sebagai seorang guru matematika termuda di sekolah Elite Crypton Elementary School dengan standaritas guru yang bertaraf internasional, tapi dalam beberapa hal dia itu sangat 'bodoh'.

"Piippp...pippp..." beberapa kendaraan memprotes mobil yang di kendarai Kiyo dan Luka karena tak kunjung jalan padahal lampu lalu lintas sudah berganti ke warna hijau.

"Huwaaa...sudah hijau!" ucap kiyoteru panik lalu menekan pedal gas agar tidak menghalangi kendaraan lain dibelakangnya.

"Wow, anak itu benar-benar menarik perhatianmu sampai sebesar ini ya?" cibir Luka yang sebenarnya juga heran karena melihat reaksi shock dari Kiyoteru yang sampai tidak menyadari keadaan sekitarnya. Dan ini membuat seringai iblis terlukis disudut bibir Luka, ia seperti mendapatkan kartu As yang selama ini tak kunjung ia dapatkan dari sahabat kecilnya yang selalu terlihat tenang itu. Belum puas melihat reaksi langkah yang ditunjukkan Kiyoteru tadi, ia ingin mecoba bermain sekali lagi dengan kartu As yang baru saja didapatkannya.

"Jangan-jangan, kau juga menyukai Yuki. Pedofil!"

"Braaakkkhhhhh...!"

.

.

.

"Nyatakan saja!" seru anak lelaki pirang berseragam Crypton Elementary School itu dengan semangat menggebu-gebu.

"Jangan! Sebagai seorang wanita, kita harus punya harga diri!" kali ini seorang anak perempuan pirang berperawakan sama dengan anak lelaki tadi yang angkat bicara.

"Tidak! Nyatakan sekarang atau kau akan menyesal!" anak lelaki tadi menyela kalimat saudarinya, lebih tepatnya saudari kembarnya, Rin kagamine.

"Yuki-chan jangan dengarkan Len!" ucap Rin yang nyaris berteriak

"Tau sendiri kan, Len yang hampir tiap hari bilang suka ke Miku-chan tidak pernah digubris, bahkan ditolak tiap harrmppffhh..." Len dengan sukses membekap mulut besar yang disesalinya terlahir sebagai saudara kembarnya sendiri.

"Kau tidak perlu berteriak untuk mempermalukanku jeruk! Kau sendiri juga sama, bahkan tidak kalah buruknya denganku. Dijauhi oleh Kaito-senpai karena menganggapmu aneh dan mengerikan karena sering menguntitnya dan memotret diam-diam bahkan sampai ke toilet anak laki-la... Awww!" Sebuah benda orange yang menyerupai jeruk melayang bebas ke kepala Len yang diyakini Yuki itu adalah batu. Batu yang dicat orange yang khusus dibuat Rin untuk menimpuk Len dalam keadaan seperti ini agar Len diam.

"Heuh..." hela napas berat dari Yuki menyadari kebodohannya karena sudah meminta pendapat dari dua orang sahabatnya yang ia sendiri tahu bahwa si kembar ini memang mendapat nilai 100 dalam tiap mata pelajaran tapi nol besar untuk hal seperti ini.

"Dan pada akhirnya, Kaito-senpai malah jadian dengan Miku-chan." sambung Yuki mengingat kisah tragis sahabat kembarnya itu. Sedangkan Rin dan Len kini telah pundungan berjama'ah di tepi selokan sambil mengorek-ngorek tanah. Yuki hanya ber-sweatdrop-ria melihat Kagamine bersaudara yang tidak hanya berwajah kembar, namun juga bernasib kembar. Setidaknya ini menjadi pelajaran yang sangat berharga bagi Yuki untuk tidak akan pernah bertanya atau meminta saran kepada maniak jeruk dan pisang itu.

.

.

Bel dengan 3 deringan membahana di seluruh penjuru Crypton Elementary School yang menandakan berakhirnya kegiatan belajar mengajar pada hari itu.

"Baiklah anak-anak waktunya sudah habis, jangan lupa kerjakan tugas-tugas rumah yang diberikan oleh bapak dan ibu guru selama liburan musim dingin ini," ucap Teto-sensei yang kembali mengingatkan kepada siswa agar tidak terlalu banyak bermain dan mengerjakan tugas-tugas rumah yang diberikan.

"Yosh, selamat berlibur anak-anak, semoga musim dingin tahun ini menyenangkan!" serunya lagi yang disambut riuh dan sorak gembira oleh seluruh penghuni kelas 6A, terutama si Kagamine bersaudara. Tapi berbeda dengan Yuki yang nampak lesu karena hari terakhir sebelum liburan musim dingin yang panjang, guru kesayangannya justru tidak masuk dan digantikan oleh Teto-sensei. Ini benar-benar membuatnya galau, padahal tadi pagi ia sudah membulatkan tekatnya untuk menyatakan cintanya pada sang guru. Tapi sampai jam terakhir Kiyoteru tidak kunjung datang, kabar yang ia dapat katanya Kiyoteru-sensei kecelakaan kemarin.

Kaki kecilnya melangkah gontai ke arah gerbang keluar sekolah beriringan dengan murid-murid lain, matanya tertuju pada Jaguar hitam yang tiap hari mengantar-jemputnya telah terparkir tepat di depan gerbang, Gakupo si supir pribadinya tengah berdiri disamping pintu mobil bagian belakang, bersiap membukakan pintu tersebut apabila sang majikan akan naik. Namun, sudut matanya teralihkan dengan sedan metalik merah terparkir tepat di belakang jaguar miliknya.

Yuki kenal betul mobil itu, bahkan ia hapal dengan plat mobilnya. Siapa lagi kalau bukan Luka. Dan benar saja, ia melihat sosok wanita yang kemarin sempat adu mulut dengannya, rambut pink-softnya tergerai bebas sangat memudahkan orang untuk mengenalinya. Dia seperti menunggu seseorang.

'Tapi bukannya hari ini Kiyoteru-sensei tidak masuk?' pikir Yuki memperhatikan wanita yang dianggapnya nenek sihir. Luka yang menyadari seperti diperhatikan mulai beraksi. Tanpa menunggu lama lagi, ia langsung menemukan siapa yang memperhatikannya sedari tadi, plus ia juga menemukan orang yang ditunggunya dari tadi.

"Konnichiwa Yuki-chan" sapa Luka seramah mungkin sambil berlari-lari kecil untuk memperpendek jarak antara dia dan Yuki.

"Kiyoteru-sensei, bagaimana keadaannya? Dia baik-baik sajakan? Kenapa bisa?" tanya Yuki bertubi-tubi kepada Luka.

Luka terkikik kecil mendengar seorang anak kecil tampak seperti gadis dewasa yang mengkhawatirkan kekasihnya, ia berusaha menahan tawanya agar tidak memancing emosi nona pemarah ini.

"Tenang Yuki-chan, Kiyo baik-baik saja!"

"Oh... lalu apa maumu?" sikap Yuki kembali dingin terhadap Luka.

'Menarik' batin luka.

"Aku hanya ingin memberitahukan satu hal." ucap luka sambil melangkah makin dekat kearah Yuki, kemudian membungkukkan badannya agar bisa melihat wajah gadis kecil yang diyakininya menyukai Kiyoteru. Luka kemudian mendekatkan bibirnya pinknya yang dilapisi lipgloss tipis ke telinga Yuki, membisikkan sesuatu.

"Aku akan belajar ke Inggris selama 3 tahun. Pertunangan kami tidak mungkin batal, tapi pernikahan kami ditunda sampai aku lulus dan kembali kesini. Kuberi kau waktu selama itu untuk memperjuangkan cintamu dan menaklukkan hati Kiyoteru. Jika kau tidak bisa, kau hanyalah anak kecil yang lebih pantas bermain boneka."


Yosh, fict kedua Jie...

Abal, Misstypo, Ancur...

5 review dan chapter ke-2 sekaligus ending akan langsung updet! (Flame juga masuk hitungan)

(mending kalo ada yang baca) =='

-pundungan di tepi jurang-

.

.

REVIEW PLEASE