Title

My Dear Brother

Disclaimer

Bleach © Tite Kubo

Rate

T (bisa berubah sewaktu-waktu)

Genre

Romance, Drama, Humor, dkk (?)

WARNING!

Yaoi, AU, OOC, Gaje, Typo(s), Don't Like? Don't Read!

A/N :

Nyaaan~ baru kali ini saya bikin HitsuIchi, maaf kalo gaje… maklum, saya kan rada-rada (?)

Enjoy aja deh!

"Nii-san, telur panggang Shiro mana?"

Terdengar suara cempereng dari arah kediaman keluarga Hitsugaya. Pemilik suara cempereng tersebut adalah Toushiro Hitsugaya, bocah berumur 5 tahun yang masih duduk di bangku tk.

"Sebentar ya, Shiro, sedang Nii-san buatkan telur panggang Shiro," kata seorang bocah rambut orange bernama Ichigo Kurosaki. Ichigo adalah anak angkat dari keluarga Hitsugaya, ia duduk di bangku kelas 3 sd.

"Nih, telur panggang Shiro udah jadi," kata Ichigo sambil menaruh telur panggang ke atas piring makan Hitsugaya.

"Horeeee!" pekik Hitsugaya senang.

"Sini Nii-san suapin, Shiro duduk yang manis ya," ucap Ichigo lembut.

Hitsugaya pun menurut dan segera duduk di depan Ichigo.

"Aaaa..." Hitsugaya membuka mulutnya lebar-lebar, sungguh imut.

Ichigo menyuapi Hitsugaya dengan lembut. Pasangan kakak-beradik itu hidup mandiri, orang tua mereka bekerja di luar negeri. Ichigo, walaupun anak angkat, tapi ia mengganggap Hitsugaya sebagai adik kandungnya. Ia sangat menyayangi Hitsugaya.

"Nii-san, Shiro sayang Nii-san!" kata Hitsugaya riang

"Nii-san juga sayang Shiro," kata Ichigo sambil tersenyum

.

.

.

10 tahun kemudian...

"Kurosaki, kau masih lama tidak?" Hitsugaya berteriak kesal sambil melirik jam tangannya.

"Tidak, sebentar lagi kok, sabar dong," sahut Ichigo dari lantai atas, lalu segera turun kebawah.

"Setiap hari selalu begini, kau selalu bangun siang. Bukankah di kamarmu ada alarm? Apa aku harus setiap hari membangunkanmu? Kau kan lebih tua dariku, seharusnya kau punya sifat leadership!" omel Hitsugaya.

"Ya ampun, Shiro... pagi-pagi begini sudah marah-marah, pantas saja mukamu seperti kakek-kakek," ledek Ichigo yang sedang memakai sepatunya.

"Urusee, baka nii-san!" bentak Hitsugaya kesal.

"Hehehe, maaf bercanda, aku sudah selesai nih yuk berangkat!" kata Ichigo yang sudah selesai memakai sepatunya.

"Huh!" Hitsugaya membuang muka kesal.

Hampir setiap hari suasana rumah kediaman Hitsugaya ribut seperti itu selama 10 tahun ini. Karena Hitsugaya adalah orang yang disiplin waktu, ia selalu datang 30 menit sebelum sekolah dimulai, sedangkan Ichigo adalah orang yang tidak disiplin, ia akan datang ke kampusnya kapan saja dia mau.

Hitsugaya membuka pintu mobil mercedes hitam lalu menutupnya dengan keras. Ichigo geleng-geleng kepala melihat tingkah laku adiknya yang sensitif ini. Ia segera masuk ke dalam mobilnya dan menyalakan mesin, lalu menancapkan gas dan segera meninggalkan kediaman keluarga Hitsugaya itu.

.

.

.

"Nanti pulangnya mau dijemput?" tanya Ichigo ketika mereka sampai di SMA Karakura.

"Tidak usah, lagi pula kau kan masih ada jadwal kuliah sore nanti," jawab Hitsugaya.

"Aku bisa membolos," kata Ichigo santai.

"Kau ini bolos terus, pantas saja kau bodoh!" kata Hitsugaya kasar.

"Biar bodoh kau suka kan?" goda Ichigo dengan cengiran jahil khasnya.

"Urusee!" bentak Hitsugaya dan segera pergi meninggalkan mobil mercedes hitam itu.

Ichigo hanya terkekeh-kekeh melihat tingkah laku Hitsugaya. Hitsugaya telah berubah menjadi dewasa, ia bukan lagi bocah yang bermanja-manja dengan Ichigo. Emosinya tak terkendali. Benar-benar berbeda dengan Hitsugaya kecil yang manja dan polos.

Ichigo sebenarnya lebih suka Hitsugaya yang sekarang, lebih enak untuk dijahili. Tapi ia rindu dengan Hitsugaya yang suka bermanja-manja dengannya, dan ia akan memperlakukannya sebagai adik kecilnya. Namun mungkin sekarang keadaan telah berbeda, mereka telah tumbuh menjadi seorang pemuda. Sifat, tinggi, berat, suara, dan tampang mereka telah berubah.

Drrt... drrt...

Ichigo segera mengambil handphonenya yang bergetar, sebuah nama di layar teleponnya tampil, Renji Abarai.

"Ya, ada apa?" tanya Ichigo saat ia mengangkat telepon.

"Bro, lo dimana? Dosennya udah masuk dari 20 menit yang lalu," kata suara disebrang.

"Gue masih di sekolah Hitsugaya, ya udah sebentar lagi juga gue nyampe," kata Ichigo tenang

"Bukannya SMA Karakura masuknya jam setengah delapan ya? sekarang kan masih jam 7, Hitsugaya rajin amat."

"Namanya juga adik gue, always on time," kata Ichigo

"Kakak sama adik sifatnya beda jauh, ya udah gua putus ya," kata Renji

"Ya," kata Ichigo singkat, dan telepon pun terputus. Ichigo segera menaruh handphonenya dan menancapkan gas menuju kampusnya.

.

.

.

"Ichigo Kurosaki, kenapa kau bisa telat? Saya mau alasan yang masuk akal!" bentak Uruhara sensei ketika Ichigo sampai di ruang kuliahnya.

"Sumimasen sensei, saya kesiangan," kata Ichigo.

"Kesiangan? Alasan konyol, pergi dari kelas saya! Saya tak sudi mengajar anak malas sepertimu!" teriak Uruhara sensei menggelegar.

Seluruh mahasiswa dan mahasiswi diam seribu bahasa, sweatdrop melihat kemarahan dosennya. Ichigo segera meninggalkan ruang kuliahnya dengan santai. Diusir dari ruangan kuliah oleh Uruhara sensei? Itu sudah biasa untuk berandalan seperti Ichigo.

Kalau diusir ya tinggal pergi saja ke taman. Itulah kebiasaan Ichigo, dan ia pun segera ke taman kampus, tempat dimana mahasiswa dan mahasiswi berkumpul. Ichigo pergi ke arah bangku taman dibawah pohon rindang yang terletak di paling ujung taman. Tampak dua pasang kekasih yang sedang bermesraan disitu.

"Minggir!" hardik Ichigo keras. Pasangan itu merasa terganggu dan ingin marah, tapi begitu tahu di hadapannya adalah Ichigo Kurosaki, berandalan terkenal, mereka segera pergi dari bangku itu.

Ichigo terkekeh-kekeh, enaknya jadi berandalan. Ditakuti oleh semua orang dan mendapatkan fasilitas yang enak hanya dengan menghardik.

Lagi-lagi ia tidak ikut kuliah, sudah hampir sebulan tujuan Ichigo ke kampus hanyalah main bersama teman-temannya. Ichigo tiba-tiba mengingat kata-kata Hitsugaya saat di SMA Karakura tadi.

"Kau ini bolos terus, pantas saja kau bodoh!"

"Bodoh ya," gumam Ichigo, sekarang sosok Hitsugaya lah yang ada dalam benaknya. Dia memikirkan apa yang sedang Hitsugaya lakukan, membayangkan reaksi Hitsugaya ketika ia jahili, membayangkan tubuh Hitsugaya yang mungil dan seksi...

Seksi?

Ichigo menampar pipinya keras-keras. Apa-apaan aku ini, membayangkan yang tidak-tidak pada adik sendiri! Batin Ichigo.

Ia segera merogoh saku celananya dan mengambil satu bungkus rokok. Ia ambil sebatang rokok dan menyelipkan batang rokok itu diantara kedua bibirnya, ia merogoh lagi saku celananya dan mendapatkan korek api, lalu ia nyalakan rokoknya.

Rokok adalah alternatif untuknya ketika ia sedang kesal. Saat ia menghisap rokok, ia sedang mengumpulkan kekesalannya, dan saat ia menghembuskan asap rokok kekesalannya hilang.

.

.

.

Semua siswa dan siswi memandangi mobil mercedes hitam yang diparkir di depan SMA Karakura. Terlihat Ichigo sedang duduk di kap mobilnya sambil menghisap rokok.

"Hei, itu bukannya kakaknya Hitsugaya-kun?" kata seorang siswi.

"Iya. Keren banget!" kata seorang siswi lain.

"Nggak kakak, nggak adik, sama-sama keren."

Semua siswi menatap Ichigo dengan tatapan kagum. Ichigo yang tidak mempedulikan tatapan semua orang, memandangi gerbang sekolah, menunggu hingga sosok Hitsugaya terlihat.

Akhirnya sosk rambut spike putih, mata hijau zamrud, dan pendek terlihat di gerbang. Segera saja Ichigo memanggil adiknya itu.

"Shiro!"

Merasa namanya dipanggil dengan suara yang ia kenal, Hitsugaya segera menoleh ke sumber suara.

"Ku... Kurosaki?" pekik Hitsugaya kaget. Seharusnya Ichigo pulang malam karena ia masih ada jadwal kuliah.

"Yumichika, kau duluan saja!" kata Hitsugaya dan langsung menghampiri Ichigo.

"Kenapa kau ada disini?" tanya Hitsugaya.

"Aku ingin menjemputmu. Hei, aku baru beli kaset baru, nanti malam kita tonton dengan pop corn dan soda ya," kata Ichigo sambil nyengir.

"Kau kan seharusnya masih ada di kampus," kata Hitsugaya.

"Memang, tapi aku ingin bersama dengan otouto-chan ku ini," ujar Ichigo sambil merangkul pundak Hitsugaya.

"Urusee, baka nii-chan! Lagi-lagi kau bolos, bagaimana kau bisa melanjutkan kuliahmu?" omel Hitsugaya dan melepaskan dirinya dari rangkulan Ichigo.

"Mungkin belajar tidak cocok untukku," kata Ichigo santai. "Yuk, pulang, makan malam hari ini kare ya," kata Ichigo sambil masuk ke dalam mobil mercedes nya.

Hitsugaya pun menurut dan segera masuk ke dalam mobilnya.

.

.

.

"Shiro... makan malamnya sudah siap nih!" seru Ichigo dari arah dapur.

"Ya, sebentar," kata Hitsugaya yang sedang memainkan facebook nya.

"Ayolah, nanti kasih sayangku hilang digantikan oleh kare dingin yang tidak penuh kasih sayang," kata Ichigo.

"Tsk, iya... iya..." Hitsugaya berdecak kesal dan segera me-log out facebooknya. Ia pun beranjak keluar kamarnya dan pergi ke ruang makan.

Di ruang makan terlihat Ichigo sedang duduk di kursi makan. Hitsugaya pun menarik kursinya dan segera duduk.

"Itadakimasu," ucap Hitsugaya dan segera memakan karenya dengan lahap. Ichigo memperhatikan Hitsugaya sedang makan, ia sama sekali tidak menyentuh makanannya.

"Ada apa?" tanya Hitsugaya begitu menyadari kalau ia sedari tadi diperhatikan oleh Ichigo.

"Kau tidak makan?" tanya Hitsugaya lagi.

Ichigo menggeleng pelan. "Melihatmu makan saja aku sudah kenyang, karena saat kau sedang makan kau terlihat manis," goda Ichigo.

"Huh! Tidak lucu, Kurosaki," kata Hitsugaya sebal.

Ichigo hanya tertawa pelan, lalu mulai memakan makan malamnya.

"Hahi hini hiha honhon hahet hang hu heli hahi ha?" ucap Ichigo tidak jelas karena di mulutnya penuh dengan makanan.

"Habiskan dulu makanan yang ada dalam mulutmu, baru kau makan," tegur Hitsugaya.

Ichigo segera mengunyah makanan dalam mulutnya dan segera menelannya.

"Habis ini kita nonton kaset yang ku beli tadi ya?" kata Ichigo.

"Film apa?" tanya Hitsugaya.

"Full Moon," jawab Ichigo santai.

Air muka Hitsugaya berubah seketika. Wajahnya pucat dan badannya lemas, Full Moon itu film horor Sadako kan? Batin Hitsugaya ngeri.

"Ada apa? Kok wajahmu pucat begitu?" tanya Ichigo heran.

"Kurosaki, aku langsung tidur saja ya, aku banyak tugas," kata Hitsugaya dengan suara bergetar.

"Besok kan libur, jadi kau santai saja," kata Ichigo.

"Ah, aku ingat! Besok aku ada janji pagi-pagi sekali dengan Hinamori jadi akut tidak bisa tidur malam," kata Hitsugaya lagi.

"Shiro... jangan-jangan kau..." Ichigo menggantung kata-katanya, lalu senyuman jahil terlukis di wajahnya. "Kau takut nonton film horor ya? tenang saja, nii-san akan ada disampingmu untuk menjagamu dari hantu sadako itu," kata Ichigo.

"Tidak, aku tidak mau! Pokoknya aku mau tidur saja, terima kasih untuk makan malamnya," kata Hitsugaya lalu pergi menuju kamarnya.

"Katanya sih..." Ichigo lagi-lagi menggantung kalimatnya, Hitsugaya menghentikan langkahnya.

"... di saat ada orang sedang menonton film Sadako di rumah, seluruh anggota keluarga harus menonton film itu bersama-sama. Kalau tidak, hantu Sadako akan mendatangi orang yang tidak menonton film itu dan langsung membunuhnya," kata Ichigo dengan suara serak. Bulu kuduk Hitsugaya langsung berdiri.

"Huwaaaa... Kurosaki...!" Hitsugaya berlari dan memeluk Ichigo.

"Baka! Baka! Baka! Jangan nakutin dong!" rengek Hitsugaya, tanganny gemetaran dan matanya berkaca-kaca.

"Hahaha... gomen," kata Ichigo lalu membalas pelukan Hitsugaya.

Hangat. Itulah yang dirasakan Hitsugaya saat Ichigo membalas pelukannya.

"Sudah tidak takut lagi kan, nah sekarang kita nonton filmnya," kata Ichigo.

Hitsugaya mengangguk pelan, dan mengikuti Ichigo ke ruang keluarga. Hitsugaya duduk di sofa panjang, Ichigo memasukan kaset Full Moon kedalam dvd player.

"Sebentar ya, aku ambil dulu pop corn dan sodanya," kata Ichigo lalu pergi ke arah dapur.

Hitsugaya mengangguk, film Full Moon sudah dimulai, soundtrack lagu yang membuat bulu kuduk merinding terdengar. Awalnya sihbiasa saja, tentang sekumpulan remaja yang menonton film horor bersama-sama. Tapi, tiba-tiba merangkak seorang perempuan dari layar kaca tv tersebut membawa pisau. Sekumpulan remaja itu dibunuh dengan sadis.

"Ku... Kurosaki...," Hitsugaya menggenggam bantal yang dipegangnya erat-erat.

Hantu Sadako itu kembali ke layar tv, sebelum ia kembali ke layar tv, ia menampakan wajahnya yang menyeramkan penuh darah.

"KUROSAKI!" teriak Hitsugaya histeris, matanya berkaca-kaca.

"Apa?" sahut Ichigo yang sudah ada disebelah Hitsugaya, entah kapan dia ada disitu.

"Uwaaaa!" teriak Hitsugaya kaget.

Ichigo tertawa terbahak-bahak.

"Buahahahaha, seharusnya kau lihat ekspresi wajahmu itu Shiro, lucu sekali!" kata Ichigo, sementara Hitsugaya membeku di tempat.

"Ng? Shiro?" tanya Ichigo heran, biasanya Hitsugaya akan membalas perkataannya tapi kali ini tidak.

"Ku... Kurosaki...," Hitsugaya menggenggam lengan baju Ichigo. "... takut," ucap Hitsugaya dengan suara pelan.

Ichigo membulatkan matanya. Hitsugaya tidak pernah setakut ini sebelumnya. Bahkan untuk berbicara pun sekarang ini Hitsugaya susah. Ichigo menarik Hitsugaya kedalam pelukannya lalu mematikan film Full Moonnya.

"Gomen ya, Shiro," ucap Ichigo lembut, ia mengelus rambut putih Hitsugaya.

"Kurosaki, bodoh!" kata Hitsugaya isak tangisnya mulai terdengar. Ichigo tertawa pelan.

"Wah, Shiro kok kayak anak perempuan ya, nonton film horor aja nangis," sindir Ichigo.

"Urusee, kau yang meninggalkanku sendirian saat adegan seram!" bentak Hitsugaya.

"Hm, maaf ya," Ichigo memangku Hitsugaya dalam posisi berhadapan, Ichigo menghapus jejak air mata Hitsugaya di pipinya.

Wajah Hitsugaya terasa panas. Perasaan apa ini? Batin Hitsugaya. Wajah Ichigo sangat dekat dengan wajahnya, bahkan ia dapat merasakan hembusan nafas Ichigo.

"Kurosaki," panggil Hitsugaya.

"Hm?" sahut Ichigo

"Suka," kata-kata itu terlontar begitu saja dari mulut Hitsugaya.

To Be Continued

A/N :

Eeeng iiing eeeng!

Apa yang terjadi selanjutnya? Itu masih Author pikirin,

Apakah fict ini gaje? Review saja, kritik dan saran yang membantu menyenangkan hati saya dan menjad motivasi untuk terus berkarya ^^