"Kau sedang tidak bercanda kan Park Chanyeol?"

Dua orang pria dengan tinggi yang tidak jauh berbeda berjalan menyusuri lorong sebuah gedung besar. Suara langkah mereka terdengar begitu jelas dengan tempo cepat. Panjang-panjang dan terkesan terburu-buru. Atau mungkin hanya salah satu diantara mereka yang terburu-buru? Dua lelaki itu bahkan tak menghiraukan salam hormat orang-orang yang menyapa mereka. Bertolak sekali dengan kesan tenang dan senyum ramah yang mereka berikan setiap hari. Entah itu benar-benar tersenyum atau hanya sebuah formalitas sebagai pemegang kuasa yang diharuskan untuk berlaku demikian. Sedikitnya hal itu membuat orang sekitarnya mendadak heran dan sedikit penasaran dengan apa yang hendak mereka lakukan.

Oh Sehun, salah satu dari pria itu melonggarkan sedikit dasinya. Tidak begitu heran dengan tingkah pria disampingnya yang sama sekali tidak mengindahkan pertanyaannya beberapa detik lalu. Sehun yang sebenarnya tidak begitu suka mengikuti orang yang berjalan cepat seperti Chanyeol—pria di sampingnya—hanya bisa mengeluh dalam hati. Mau bagaimana lagi, Chanyeol yang seperti ini adalah Chanyeol dengan keputusan mutlaknya.

Dan pada akhirnya mereka sampai di tempat parkir. Dengan cepat Sehun menahan tangan Chanyeol yang hendak membuka pintu kemudi.

"Kemana supirmu?"

"Aku membiarkannya pergi. Aku tidak ingin orang lain tahu tentang hal ini."

Park Chanyeol, pria itu akhirnya buka suara setelah lama mendiamkan Sehun. Walaupun dia sedikit murka dengan Sehun, tapi kenyataannya Sehun adalah orang yang paling dia percaya sampai saat ini. Begitulah takdir Oh Sehun.

"Ku harap kau tidak akan menyesal dengan pilihan ini."ucap Sehun dengan pandangan serius.

"Tidak. Itu tidak akan terjadi."

Chanyeol menjawab dengan tegas. Tak lupa menambahkan senyum penuh keyakinan miliknya. Mencoba meyakinkan orang kepercayaannya itu bahwa keputusan ini sudahlah yang paling benar.

"Ayo kita harus cepat. Aku tidak mau sampai terlalu malam."

Chanyeol membuka pintu yang lagi-lagi dicegah Sehun.

"Biar aku yang menyetir."

Chanyeol tersenyum sekilas sebelum menuju kursi penumpang. Dia yakin mau tidak mau, terpaksa atau tidak, Sehun pasti akan tetap mengikuti semua pilihannya.

"Keselamatan Tuan Park adalah tanggung jawab keluarga Oh."

.

.

.

.

.

.

.

PARK LEGACY

CHAPTER 1

By Oh Michele

Main Cast :

Kim Jongin

Park Chanyeol

Oh Sehun

Rated : T

Warning :

YAOI,BL,OOC,typos,etc.

.

.

.

.

.

Mobil itu terparkir di depan sebuah bangunan yang tampak mengerikan. Gedung yang tampak sangat tua dan tertutup. Bagian atasnya kotor dan tak terawat. Walaupun tempat ini milik Negara, namun pemerintah tidak begitu memperhatikan kelayakan tempat ini. Selain karena lokasinya yang cukup jauh dari pusat, penghuni di dalamnya dapat dipastikan hanyalah orang-orang terbuang dan terlupakan yang pasti juga tidak penting untuk diurusi. Lagi pula untuk apa kau mengurusi orang yang sakit jiwa?

Sehun memberikan mantel bulu yang ada dalam mobil kepada Chanyeol. Hawa disini cukup dingin mengingat tempat ini dekat dengan pantai. Suasana sedikit mencekam, ini memang sudah malam walaupun belum tengah malam.

Chanyeol masih memperhatikan gedung itu. Melihat setiap sudutnya walau hanya kesan mengerikan dan kotor yang bisa dia tangkap.

"Tuan?"

Sehun hampir meloncat saat melihat sosok yang menepuk pundaknya. Hanya hampir karena dia kembali ke mode tenangnya setelah menetralisir dengan cepat keterkejutannya.

"Sedang apa malam-malam disini? Apa anda ada urusan?"Tanya Pria tua dengan obor di tangannya.

Chanyeol yang mendengar suara orang lain segera menghampiri Sehun.

"Bisa kau antarkan aku pada pengurus tempat ini?"ucap Chanyeol mendahului Sehun yang hendak bicara.

"Tentu. Kebetulan pengurus tempat ini belum pulang."

"Kalau begitu kita bisa lebih cepat meninggalkan tempat ini. Ayo!"

Sehun berjalan mendahului sementara Chanyeol berjalan santai dengan pria tua disampingnya. Ia terus tersenyum sambil melihat sekeliling.

"Kalau saya boleh tau, ada urusan apa anda kemari malam-malam?"

Senyum Chanyeol sedari awal tidak memudar. Mendengar pertanyaan pria ini, senyumnya menjadi makin lebar dan menunjukkan ketidak sabaran.

"Aku hendak menjemput orang."

.

.

.

.

.

.

"Namanya Kim Jongin."

Chanyeol dan Sehun mengikuti langkah Kepala Rumah Sakit. Mereka terus memandang berkeliling. Waktu yang sudah menunjukkan malam hari membuat tempat itu semakin menyeramkan dan terasa mencekam. Penerangan disini sangatlah minim. Tak jarang terdengar suara-suara aneh dari tiap kamar yang mereka lewati.

"Dasar orang gila."gerutu Sehun saat ada sebuah teriakan kencang yang mengagetkannya.

"Ayahnya yang memiliki banyak hutang berencana akan menjual ibunya sebagai bayaran. Jongin yang saat itu berumur empat belas tahun murka dan membunuh ayahnya. Karena tidak bisa mengendalikan diri, secara tidak sengaja dia membunuh ibunya juga."

Chanyeol hanya terus mendengar cerita dari Kepala Rumah Sakit, sementara Sehun terus memberi kode pada Chanyeol untuk membatalkan semua ini. Setelah mendengar cerita tentang Jongin, Sehun makin tidak yakin dengan keputusan Chanyeol. Ah apa Park itu sudah sama gilanya dengan orang-orang disini?

"Jongin sempat mendekam di penjara hingga ia tiba-tiba hilang begitu saja. Tidak ada yang tahu siapa yang membawanya pergi. Dan seperti yang kalian dengar beberapa bulan belakangan banyak terjadi kasus pembunuhan dan pelakunya adalah dia. Kasus terakhir yang membuatnya tertangkap adalah dia membunuh anak dari pemilik perusahaan penyelundup senjata terbesar di Negara ini."

"Penyelundup senjata?" wajah Chanyeol mengeras.

"Tentu saja mereka memiliki orang dalam untuk membuat semua ini menjadi rapi." Sehun menyahut.

"Setelah beberapa hari di penjara, dia dinyatakan gila dan dibawa kemari. Dan—oh kita sudah sampai."

Chanyeol dan Sehun sontak berhenti. Mengamati pintu besi berkarat yang ada dihadapan mereka. Tampak dingin dan kotor. Benar-benar tidak bisa menduga makhluk apa yang bisa hidup di dalam sana.

"Ku rasa aku mengantar sampai disini saja."

Suara Kepala Rumah Sakit membuyarkan lamunan mereka berdua. Chanyeol memberi kode pada Sehun dan dibalas dengan anggukan singkat.

"Terima kasih. Apa aku boleh meminta kuncinya?" ucap Sehun menyerahkan amplop yang terlihat cukup tebal pada Kepala Rumah Sakit.

Kepala Rumah Sakit menerima amplop itu dan menyerahkan tiga kunci pada Sehun.

"Itu kunci ruangan dan kunci rantai tangan dan kakinya."

"Dia dirantai?!"

Sehun terkejut namun lebih terkejut lagi melihat Kepala Rumah Sakit yang pergi sambil tertawa-tawa melihat uang yang ia berikan.

"Sial! Jadi dia gila juga?!"

"Ada apa Hun?" Chanyeol menghampiri Sehun.

Sehun menggeleng cepat. "Tidak. Ayo cepat selesaikan ini sebelum aku ikut menjadi gila."

.

.

.

.

.

Chanyeol akan memasukkan kunci itu sebelum Sehun menahannya.

"Tunggu."

"Ada apa?"

Sehun melihat Chanyeol dengan serius. Sungguh ia masih membenarkan pernyataan dalam benaknya bahwa Chanyeol itu sudah gila, tapi dengan dia yang tidak mencegah hal ini terjadi itu berarti dia sama gilanya dengan Chanyeol. Tidak. Dia tidak gila dan akan menghentikan ini.

"Kau yakin? Jangan bercanda lagi Tuan Park. Sebagai penasehat keluarga Park, aku mengingatkanmu bahwa orang di dalam sana adalah pembunuh,orang gila,tidak waras atau apa pun sebutannya. Dan kau sebaiknya berpikir ulang. Jangan mengikuti insting atau mimpi gilamu. Coba pakai logikamu. Dia itu orang gila! Bahkan dia dirantai kau tau?!" Sehun berteriak di akhir.

Sementara Chanyeol hanya tertawa kemudian berubah kembali serius.

"Kalau aku tidak benar-benar yakin, aku tidak akan sampai sejauh ini."

Sehun tahu sejak awal, Chanyeol tidaklah labil dalam mengambil keputusan. Dia pasti sudah memikirkan semuanya. Tapi masalahnya adalah fakta Kim Jongin itu orang gila. Apa Chanyeol tidak memikirkan kenyataan itu?

"Instingku mengatakan dia tidak gila."

Sehun masih diam.

"Dan jangan pernah ragukan insting seorang Park. Aku dibentuk untuk itu."

Maka dengan tanpa keraguan Chanyeol membuka pintu besi yang terasa dingin di tangannya.

Pemandangan pertama yang ia dapat adalah gelap hingga ia dapat melihat seseorang yang duduk terantai dan disinari cahaya bulan dari jendela bertralis besi. Lelaki itu masih belum menyadari keberadaan orang lain hingga Chanyeol mengambil langkah. Dan pandangan mereka bertemu. Mata itu masih semurni dan seteduh terakhir kali Chanyeol melihatnya.

"Kim Jongin?"

"Namaku Kai."

.

.

.

.

.

"Sial, jadi kita salah kamar?"

.

.

.

TBC

Next Chapter

Sehun mengacak rambutnya frustasi. Sehun merutuki mengapa ia terlahir sebagai seorang Oh.

"Tunggu. Kau jangan terlalu dekat. Ingat dia gila dan pembunuh."

Keluarga Park adalah keluarga terkaya nomor satu. Harta mereka melimpah ruah dan tak terhitung.

"Jadi kau Kim Jongin?"

"Apa maumu?"

"Yang kuinginkan adalah…."

.

.

.

.

Note :

Hallo hallo semua ._. bagaimana kabar kalian? Lama tidak berjumpa. Masih ingat denganku? -_- Lupa juga gapapa sih. Aku datang dengan FF Chankai baru. Tenang ini uda ada lanjutannya kok tinggal nunggu respon kalian aja. Gimana ceritanya? -_- Aku tau ini aneh banget. Tapi selama aku berdiam diri ga bikin FF itu sebenernya karena kemalesanku untuk buka laptop. Jadi semua ide numpuk aja di otak. Terus akhirnya aku ga tahan dan akhirnya nyalain laptop dan jadilah ff ini.

Akhir-akhir ini lagi deman Chankai kan? Dan sepertinya aku juga kena demam itu deh hahahaha. Eits tapi aku ga ngelupain Sehun kok buktinya aku tetep masukin dia di cerita ini hehehehe.

Oh iya buat yang nungguin ceritaku yang lain… maafkan aku ya sepertinya aku tidak bisa melanjutkan mereka -_- dari pada akhirnya maksa loh ntar jadi aku mutusin buat ga nerusin ff itu. Maaf ya maaf….. aku memang brengsek -_-

Nah, kalian udah selesai kan baca cerita ini? Jangan lupa review ya ^^ Aku pengen tau respon kalian.

Oke sampai jumpa di chapter selanjutnya…

Bye! Mwah!

Oh Michele