Kasus Penyelidikan Tak Terbayangkan
Death Note © My dear Aniki, Tsugumi Ohba and Takeshi Obata
Genre : Humor, Drama
Rate : K+
Warning~~ Gaje tingkat Dewa Jashin, OOC, AU, Don't Like? Shi, shi!
A/N :
Pernah kebayang gimana kalo L, Light, Matt, Mello, Near dkk masih berumur 6 tahun? Berikut adalah khayalan nista author tentang L dkk saat berumur 6 tahun.
"Matt! Kau ambil cokelat ku lagi ya?" tuduh Mello dengan suara cempreng.
"Apa? Bukan aku, lagi pula aku tak suka cokelat!" tukas Matt, merasa kesal karena dituduh sembarangan oleh bocah cempreng sok tau nan tak tau adat *ditampol Mello*.
"Lalu siapa?" tanya Mello dengan gaya seperti di film-film. Sok keren *ditampol Mello untuk kedua kalinya*.
"Kita minta tolong L saja!" kata Mello.
Matt menaikan sebelah alisnya. "Kita?"
"Yap, kita!" seru Mello sambil menarik Matt pergi dari ruang bermain itu.
...
Mello dan Matt sampai di depan pintu yang bertuliskan "Kamar L, yang mau masuk harus memberikan satu kue manis".
"L... ini aku, Mello, buka pintuuuu!" kata Mello sambil menggedor-gedor pintu kamar L.
"Harus ada kue manis dulu," sahut suara dalam kamar.
Mello menoleh ke arah Matt, "Matt, kau punya kue?" tanya Mello.
"Sebentar," ucap Matt sambil merogoh-rogoh kantung celananya. "Wah, ketemu! Permen yang minggu kemarin ku simpan!" seru Matt senang. Jorok nian kau, Matt.
"Bagus, kemarikan," kata Mello sambil merebut buntelan kotor dari tangan Matt. "L, ini ada permen untukmu," kata Mello.
"Baiklah, silahkan masuk," kata L. Setelah pintu terbuka, Mello san Matt segera masuk.
Tampaklah kamar sederhana nan rapi di hadapan mereka. Lantai kayu ash yang sangat bersih, tempat tidur putih yang besar, serta satu meja dengan laptop dengan lambang L.
"Permen!" pinta bocah bermata panda yang sangaaaaaaaaaaaaaaaat imut, berpakaian seadanya (?) sambil mengulurkan tangannya.
"Nih," ucap Mello sambil menyerahkan buntelan kotor ke tangan L.
L menatap buntelan kotor yang ada di telapak tangannya yang tadinya sangat bersih. "Apa ini?" tanya L heran.
"Permen yang sudah seminggu ku simpan di kantung celana ku," jawab Matt polos.
L mengernyit. 'Aku tertipu dua bocah ingusan ini,' batin L.
"L, aku ingin minta tolong!" pinta Mello.
"Apa?" tanya L malas sambil melangkah ke arah laptopnya.
"Cokelatku hilang, aku ingin tahu siapa yang berani mengambilnya dan juga ingin mendapatkan cokelatku kembali," kata Mello.
"Kan tinggal beli saja, ikhlaskan saja cokelatmu yang hilang itu," kata L.
Matt mengangguk pelan. Udah dituduh nyuri, sekarang dipaksa bantuin Mello, kasihan kau, Matt.
"Tidak mau. Aku ini Mello, tidak akan menyerah sebelum cokelatku ditemukan," kata Mello keras kepala.
L menghela nafas. 'Dasar bocah terkutuk. Mengganggu waktu camilan ku saja!' rutuk L dalam hati.
"Baiklah. Kapan terakhir kali kau meletakkan cokelatmu?" tanya L.
"Di ruang bermain barat," jawab Mello.
"Apa kau ingat siapa saja yang ada di ruangan itu?"
"Hmm... Matt, seorang perempuan berambut pirang bawel, seorang laki-laki berambut cokelat madu, dan seorang bocah yang berpenampilan sepertimu tapi warna matanya merah seperti darah," jelas Mello.
"Misa Amane, Light Yagami, dan Beyond Birthday," ujar L, "kemungkinan Misa Amane mengambil cokelatmu 45%, Light Yagami 39%, Beyond Birthday 65%, dan Matt 89%," kata L.
"Tunggu, kenapa presentase ku lebih banyak?" protes Matt.
"Karena kau benci Mello," kata L santai. "Baiklah, kita mulai denganmu dulu, Matt."
"Kok, aku?" protes Matt lagi.
"Sudah, jangan banyak protes!" bentak Mello. Matt mencibir. Salah apa daku? Batin Matt kesal.
"Saat cokelat Mello tergeletak tak berdaya di ruang bermain, apa kau ada niat mengambil cokelat itu?" tanya L.
"Tentu saja tidak ada. Apa peduliku dengan cokelat murahan begitu?" tegas Matt.
"Mungkin ada niat jahat?" tanya L lagi.
"Nah, kalau itu sih ada," kata Matt mengaku. "Tapi bukan aku, sungguh! Aku tidak melakukannya!" kata Matt begitu melihat Mello ingin menyatakannya bersalah.
"Lagi pula aku tak suka cokelat, kau tau kan, Mells," tambah Matt.
L memasukan ibu jarinya ke mulutnya. "Sama sekali tidak terlihat seperti sandiwara... baiklah, kau tidak bersalah," kata L. Matt menarik nafas lega, kalau dinyatakan bersalah, mau ditaruh dimana mukanya? Kantung plastik? *author ngelawak*.
"Sekarang kita tanya, Misa Amane. Mello, tolong panggil Amane!" perintah L.
"Hah? Kenapa harus aku?" protes Mello.
"Hhh... kau mau cokelatmu kembali atau tidak? Kalau tidak ya sudah, keluar saja!" ancam L.
"Oke, oke. Matt, panggil Misa!" perintah Mello kepada Matt.
"Hah?"
"Jangan protes! Cepat!" bentak Mello. Dengan kesal, Matt pergi keluar dari ruangan itu dan mencari Misa Amane. Kenapa Matt harus takut dengan Mello ya? Itulah rahasia Illahi.
Setelah beberapa lama, Matt kembali dengan seorang anak perempuan cantik dan kecil.
"Dimana, Light? Misa tidak melihatnya!" kata Misa.
"Tidak ada. Dari awal aku bohong padamu, kalau tidak berbohong kau tidak mau kesini," kata Matt.
"Apa? Dasar pembohong, jelek!" kata Misa sambil menjambak rambut merah Matt. Brutal sekali. Kasihan, Matt.
"Sudah, jangan bawel, pirang!" hardik Mello pada Misa. Misa melirik ke arah Mello. Sendirinya pirang! Batin Misa kesal.
"Misa Amane, ada beberapa hal yang ingin saya tanyakan," kata L sambil mendekat ke arah Misa.
"Uwaaa... ada manusia setengah panda yang bisa berbicara. Tempat apa ini? Sirkus kah?" kata Misa dengan mata berbinar-binar. Dasar, manusia setengah panda itu imut tau!
"Err... ini kamarku, dan terima kasih atas pujianmu. Sebetulnya saya ini manusia 100%."
"Hee... manusia yang unik ya?" kata Misa sambil mencubit pipi L. Hentikan Misa, L itu abang saya! Saya tidak sudi kalau abang saya disentuh siapa pun kecuali saya! *author banyak bacot*
"Emm... langsung saja ya, Amane. Kau lihat cokelat yang tergeletak tak berdaya di ruang bermain?" tanya L langsung to the poin, soalnya tidak mau berlama-lama dengan Misa yang bawel dan tidak tau adat. Bagus, Nii-san!
"Sebentar... cokelat ya? Hmm... ah, aku ingat! Cokelat Hersey yang ada di atas lantai kan?" tanya Misa.
"Iya, yang itu!" seru Mello. "Kau yang menyembunyikannya?" tanya Mello.
"Ih, enak saja! Misa tidak suka makanan manis, nanti tubuh Misa bisa gemuk," tegas Misa.
"Makanan manis tidak membuat gemuk kalau otak dipakai terus," celetuk L.
"Hah... dasar, mengejek Misa bodoh ya? Menyebalkan!" kata Misa sambil melipat kedua tangannya di dadanya.
"Sudahlah, sekarang kau tahu dimana cokelat itu?" tanya Mello.
"Setelah Misa injak, Misa tidak tau dimana cokelat itu," jawab Misa.
"Ap... APA? Kau injak?" jerit Mello.
"Iya, habis ada di lantai. Misa tidak sengaja kok, Misa langsung ke kamar mandi untuk membersihkan kaki Misa, saat Misa kembali untuk membuang cokelat itu, cokelat itu sudah tidak ada," terang Misa.
"Kau berniat membuangnya?" jerit Mello lagi. "Dasar bocah pirang bawel!" bentak Mello. Misa tersentak kaget lalu menangis.
"Mi... Misa tidak sengaja, kok. Huweeee... ibu, dimana ibu? Huweeee..." isak Misa.
L menghela nafas. Kenapa dia harus terlibat masalah seperti ini?
"Terima kasih, Mello, telah membuatnya menangis. Sekarang bisa kau antarkan Misa Amane kepada Ibunya?" kata L.
"Dia belum terbukti tidak bersalah kan? Dia menginjak dan mau membuang cokelatku!" kata Mello.
"Masalah kita kan siapa yang memakan cokelatmu, dan dia hanya menginjak dan tidak jadi membuangnya kan? Dia terbukti tidak bersalah," kata L.
"Huh, Matt antarkan Misa ke ibunya!" perintah Mello.
'Sial, lagi-lagi aku!' batin Matt kesal. Tapi, tanpa protes, Matt mengantarkan Misa ke Ibunya.
"Berarti tinggal Light Yagami dan Beyond Birthday," kata Mello.
"Ya. Pasti susah membuat mereka mengaku. Hah... dasar, padahal saya mau santai hari ini."
"Yang sabar saja," hibur Mello asal. L melirik Mello sebal.
To Be Continue
A/N :
Hahaha, ancur lebur. Tapi membayangkan mereka semua masih kecil menyenangkan juga, apalagi bayangin Lord Beyond sama L nii-san masih kecil... Kyaaa!
