Mereka dua orang yang berbeda, tetapi sifat mereka sama. Obsesi mereka terhadapku, rasa ingin melindungi dan memilikiku, begitu jelas terasa. Akan tetapi perasaanku terhadap mereka jelas berbeda.

Apa mungkin bisa dua orang beda usia memiliki sifat yang sama persis. Bahkan orang yang terlahir kembarpun belum tentu memiliki kesamaan seperti itu.

"LIES"

Cast: Mark Lee, Wong Yukhei/Lucas Wong, Lee Jeno

Leight: 1/?

Genre: Romance, Hurt, etc

Warning: BXB, YAOI, Shou-ai, cerita ini mengandung unsur ketidak nyambungan (otak author), gaje plus plus, so many typo...

"Hyung! Mark hyung, kau pulang bersama siapa?" seorang pemuda tinggi berlarian dipenjuru koridor. Ia berlari menghampiri sosok bertubuh lebih pendek darinya itu.

Sosok yang lebih kecil itu tidak menggubrisnya sama sekali, ia masih terus berjalan menghiraukan panggilan yang ditujuhkan padanya.

"Hyung, aku bertanya padamu" ujar pemuda yang lebih tinggi setelah berhasil menyusul dirinya. Ia masih diam tidak berniat menjawab pertanyaan pemuda disampingnya ini.

"Apa kau pulang sendirian, hyung?"

Pemuda tinggi itu sedikit kesal karena dihiraukan oleh namja bertubuh pendek yang notabenya adalah sunbae nya sendiri. Ia pun melangkah maju dan berdiri tepat didepan sunbaenya itu, yang membuat sosok berparas manis itu menabrak tubuhnya.

Pemuda manis itu mendengus sebal, ia menatap tajam namja tinggi didepannya. "Apa mau mu?" tanyanya ketus.

"Aku hanya ingin kau menjawab pertanyaanku, hyung" ujar pemuda tinggi itu sumringah karena ia mendapat respon dari sunbaenya yang manis itu, meski terlihat ketus.

Pemuda manis itu menghela nafas kasar, ia membuang muka sebentar sebelum menatap hoobae nya itu. "Kalau aku pulang sendiri memang kenapa?" ujar pemuda manis itu sambil mendongak menatap hoobae yang lebih tinggi darinya itu.

"Benarkah?! Kalau begitu boleh aku pulang denganmu, hyung?" tanya atau lebih tepatnya pintah namja tinggi itu.

"Tidak, lebih baik kau pulang saja sendiri, Jeno" ujar namja manis itu lalu melangkah pergi meninggalkan hoobaenya.

Grep

Namja tinggi yang bernama Jeno itu memegang pergelangan tangan Mark pelan. Membuat langkah Mark terhenti.

"Kumohon Mark hyung, biarkan aku pulang bersamamu. Aku takut terjadi sesuatu padamu" ujar hoobaenya itu dengan nada memelas.

'Biarkan aku pulang bersamamu. Aku takut terjadi sesuatu denganmu'

Mark terpenjat, kalimat yang diucapkan Jeno terngiang-ngiang dikepalanya. Mengingatkannya pada seseorang. Seseorang yang pernah ada dalam hidupnya. Sekarang perasaannya terasa campur aduk, dan secara tak sadar ia menutup matanya.

"Oh, apa aku terlalu kencang memegang tanganmu, hyung. Kenapa kau menangis?" ujar Jeno terkejut saat melihat air mata menuruni pipi mulus Mark dan reflek dia melepaskan pergelangan tangan Mark.

Mark tersadar dan segera mengusap air matanya yang mengalir dengan kedua tangannya. "Tidak apa" ucap Mark cepat.

"Baiklah, kalau begitu ayo kita pulang" ajak Jeno sekali lagi dan langsung menarik tangan Mark, kali ini ia pastikan tidak akan menyakiti Mark. Mark yang ditarikpun hanya pasrah saja, hatinya sekarang sedang gundah.

...

"Kenapa kau sendirian? Apa tidak ada yang menjemputmu?"

Mark menatap datar namja yang menaiki motor sport didepannya.

"Ayo naik, akan kuantar kau pulang"

"Tidak, terima kasih" tolak Mark singkat. Ia lebih memilih melihat jalanan daripada namja didepannya itu.

"Ini sudah hampir malam dan sepertinya bus tidak ada yang lewat. Sebaiknya kau pulang bersamaku"

"Aku bisa-" kalimat Mark terpotong oleh namja didepannya.

"Sudahlah, biarkan aku pulang bersamamu. Aku takut terjadi sesuatu denganmu"

Dan dengan seenaknya namja didepannya itu menarik tangannya mendekat, menyuruhnya naik ke motor sport milik nya.

"Pegangan yang erat" ujar namja itu dan menaruh tangan Mark dipinggangnya. Mark merasakan wajahnya memanas, pipinya bersemu merah.

...

Mungkin bagi semua orang yang baru mengenal Mark, mereka akan menganggap bahwa Mark itu orang yang dingin dan angkuh. Akan tetapi tidak bagi Jeno.

Pertama kali Jeno bertemu dengan Mark, enam bulan lalu tepatnya saat penerimaan murid baru. Yang kebetulan Mark adalah kakak pembinanya saat masa orientasi siswa. Ia menyadari darimana sikap dingin yang terkesan angkuh itu.

Jeno melihat itu semua dari pancaran mata Mark waktu itu, pancaran kesepian dan juga... kehilangan. Dan sepertinya itulah yang membuat Mark menutup diri dan menjadi pribadi yang dingin.

Tapi sekarang, Mark sedikit bisa mengekspresikan diri. Mungkin karena dirinya yang selalu mengganggu namja manis itu, sehingga membuatnya selalu marah dan kesal padanya.

"Hyung, kenapa sikapmu selalu begitu pada seseorang?" tanya Jeno yang saat ini berjalan berdua bersama Mark untuk pulang. Kebetulan rumah mereka satu arah.

"Eum, maksudku kenapa kau selalu bersikap dingin?" ujar Jeno lagi meralat kata-katanya.

"Begitukah menurutmu?!" Mark berucap tanpa memandang Jeno disampingnya, Mark lebih memilih menatap langit yang mulai senja.

"A-ah, tidak! Itu menurut orang lain yang mengenalmu" ujar Jeno menatap Mark sambil mengibas-ngibasakan kedua tangannya.

Mark tersenyum, senyum yang sungguh memesona menurut Jeno. Baru kali ini Jeno melihat Mark tersenyum, yang membuatnya tak bisa berkata kata.

'Manis..'

Satu kata yang Jeno rasa sangat pas saat ia melihat Mark tersenyum. Andai Mark bisa tersenyum setiap waktu dan tidak memasang wajah dingin itu.

"Sudah biasa orang lain menganggap ku begitu" ujar Mark. Ia tidak merasa ditatap intens oleh Jeno.

"Tapi bagiku kau sangat manis, hyung" ucap Jeno tanpa sadar. Mark pun segera berhenti dan menoleh ke arah Jeno, memastikan kalau pendengarannya tadi salah.

Jeno mengerjapkan matanya, ia baru saja menyadari ucapannya barusan. "A-ah hyung, a-aku.. aku..." kenapa sekarang ia jadi salah tingkah sendiri. Dilihatnya wajah Mark yang memerah sebelum Mark memalingkan muka darinya.

Jeno menggaruk kepalanya yang tak gatal, kenapa hawanya jadi terasa canggung begini. Mark melangkah cepat meninggalkan Jeno yang masih diam.

"Eoh, Mark hyung tunggu aku!" Jeno segera berlari mengejar Mark yang sudah berjalan duluan.

...

"S-sunbae... apa yang akan k-kau lakukan?" nada ketakutan sangat jelas saat Mark mengatakan itu.

"Diam saja manis, kau pasti akan menikmatinya!" ujar namja yang sedang berdiri didepan Mark dengan seringaian dibibirnya.

Mark sendiri tidak bisa melawan saat tangan namja didepannya itu mulai menyusuri wajahnya kemudian membuka kancing kemeja yang ia kenakan. Mark hanya bisa menjerit dalam hati dan menutup matanya.

Buagh!

"Akh.." namja yang tadi akan melecehkan Mark terhuyung kesamping saat tiba-tiba seseorang datang dan melayangkan tinju padanya.

Namja tersebut mengusap darah yang sedikit keluar dari sudut bibirnya dan menatap nyalang namja yang tadi memukulnya.

"Brengsek apa yang kau lakukan bodoh!" umpatnya.

"Lebih baik kau pergi, atau kupukul lagi!" ancam namja yang baru datang itu tajam. Sedangkan namja yang lebih tua tadi segera pergi meninggalkan gudang itu.

Mark hanya bisa memeluk lututnya dan menyembunyikan wajahnya. Ia sungguh takut dengan apa yang akan sunbaenya itu lakukan.

"Hei, kau tidak apa?"

Suara itu, Mark mengenalnya. Ia mendongak dan menemukan seseorang yang sangat ia kenal. Segera saja Mark memeluk namja tersebut. "..Khei" lirihnya.

...

Mark membaringkan tubuhnya diranjang, ia mengingat-ingat saat perjalanannya pulang bersama Jeno tadi sore.

"Kenapa kalian begitu mirip?"

Mark bangkit dari ranjang dan kemudian berjalan kearah lemari pakaiannya. Ia mengambil box berwarna cokelat berukuran sedang dari dalam sana. Lalu membawanya ke tempat tidur.

Ia membuka box tersebut yang ternyata berisi kumpulan foto Mark bersama seorang namja. Mark mengambil satu foto dimana dirinya sedang cemberut, sedangkan namja disampingnya tersenyum lebar dengan mengalungkan tangannya dileher Mark.

"Kau tau?! Aku merindukanmu"

Mark berucap sambil mengelus foto tepat pada namja yang tersenyum itu.

"Kalau kau tidak menolongku waktu itu mungkin aku akan bunuh diri, tapi berkat kejadian itu kita jadi bisa semakin dekat"

Saat mengingat kejadian itu, ada sedikit trauma pada diri Mark. Tapi ia bersyukur ada seseorang yang menolongnya waktu itu.

"Tapi kenapa sekarang kau meninggalkanku?!"

Air mata Mark jatuh tepat difoto itu. Hatinya terasa sakit, ia kehilangan orang yang sangat ia cintai. Seseorang yang selalu melindunginya, selalu ada untuknya, kini seseorang itu telah pergi.

"Mark, makan malamnya sudah siap!"

Mark segera mengusap air matanya saat sang Umma masuk ke kamarnya. "Ah, iya Umma"

"Eoh, kau menangis sayang?" tanya sang Umma yang melihat jejak air mata dipipinya. Sang Umma duduk disebelahnya, ia mengambil foto yang Mark pegang.

"Kau masih mengingatnya sayang?" tanya sang Umma sesaat setelah melihat foto yang ia pegang. Sang Umma pun memeluk Mark sambil mengusap-usap rambutnya.

"Sudahlah, Umma tau kau sangat kehilangan Yukhei. Tapi Umma mohon jangan seperti ini terus, Mark"

Mark hanya bisa terisak dipelukan sang Umma. Benar, ia memang masih merasa sangat kehilangan Yukhei, meski kejadian itu sudah satu tahun berlalu.

"Hiks..."

"Sudah jangan menangis lagi" ujar sang Umma tersenyum sambil mengusap air mata Mark. "Iya.." jawab Mark.

"Oh iya, Umma lihat tadi sore kau pulang bersama seseorang, siapa dia?" tanya Ummanya yang mencoba menghibur hati Mark.

"Itu Jeno" jawab Mark yang sudah tidak menangis lagi.

"Teman atau..."

"Bukan Umma, dia hanya hoobae ku di sekolah"

Mark kesal karena sang Umma yang menggodanya.

"Eoh benarkah?! Kenapa lebih tinggi darimu?"

Mark cemberut, memang salah kalau hoobaenya itu lebih tinggi darinya? Ia semakin kesal karena sang Umma secara tak langsung mengatai dirinya pendek.

"Umma mengataiku pendek, begitu?!" sungut Mark kesal.

Yeoja paruh baya itu hanya tertawa melihat sang anak yang sudah bisa cemberut itu, melupakan kesedihannya barusan. Keputusannya dan sang suami pindah ke Seoul memang tepat. Setidaknya sekarang Mark bisa lebih baik.

"Sudah-sudah, ayo kebawah! Appa sudah menunggu dari tadi" ujar yeoja paruh baya itu mengajak Mark untuk makan malam dibawah.

...

Pagi harinya, Mark merasa ada yang aneh saat berjalan di koridor. Biasanya siswi yeoja akan membicarakan dirinya saat ia lewat didepan mereka. Tapi pagi ini tidak...

"Katanya ada anak baru"

"Benarkah? namja atau yeoja?"

"Namja"

"Di kelas berapa?"

"Kalau tidak salah kelas 2-3"

"Eoh, kenapa tidak di kelas kita?!"

Mark terkejut, '2-3, kelasku'-batin Mark. Mark merenung memikirkan seperti apa siswa baru yang akan berada di kelasnya.

Sampai-sampai ia tak sadar kalau ada Jeno yang berdiri didepannya. Alhasil Mark menubruk tubuh Jeno.

"Aish..." gerutu Mark sambil mengusap-usap keningnya yang menuburuk dada namja didepannya.

"Kenapa ber- kau ternyata" Mark berniat akan memarahi orang yang seenaknya berdiri didepannya. Tapi niatnya urung saat mengetahui siapa yang didepannya.

"Hai, Mark hyung" sapa Jeno sambil tersenyum kearah Mark.

Mark memutar bola matanya malas, kenapa sih anak satu ini suka sekali mengganggunya. Kurang kerjaan sekali.

"Hyung, apa kau tau tentang anak baru itu?" tanya Jeno yang sekarang berjalan bersampingan dengan Mark.

"Hmm.."

"Kudengar dia pindahan dari Amerika" ucap Jeno.

"Dia akan ada di kelasku" ujar Mark memberitahu Jeno.

"Woh, benarkah?" tanya Jeno terkejut.

"Ya, katanya"

Jeno menghadap Mark dan memegangi bahu kecil Mark. "Kalau begitu kau jangan dekat-dekat dengannya"

"Memang kenapa?" tanya Mark ketus. Apa hak Jeno melarangnya dekat-dekat dengan orang lain. Memang dia apanya? Pacar juga bukan.

"Kau itu calon pacarku, hyung. Jadi kau tidak boleh dekat dengannya, nanti kau bisa tertarik padanya" ujar Jeno.

"Ish, apa hakmu mengklaimku sebagai calon pacarmu, huh?" kesal, karena seenaknya Jeno mengklaim dirinya seperti itu.

"Kau tetap akan jadi calon pacarku hyung. Baiklah, aku ke kelas dulu. Hati-hati Mark hyung" setelah mengucapkan itu Jeno pergi meninggalkan Mark yang sedang kesal karena telah mengacak rambutnya.

"Aish, dasar kau bocah!" teriak Mark kesal. Mark pun berjalan ke kelas yang tinggal beberapa meter lagi dengan menggerutu.

...

Seorang namja tinggi bermata bulat keluar dari mobil mewah berwarna putih. Auranya yang berkarisma dan penampilannya yang seperti badboy membuat dirinya menjadi pusat perhatian setiap siswa yang lewat.

Namja tinggi itu tidak menyadari semua tatapan kagum dari siswa-siswi yang lewat karena ia sedang mengobrol dengan seseorang yang berada didalam mobil yang sama ia naiki.

"Setelah ini gege langsung pulang, ya!" ujar namja tinggi itu kepada seseorang yang berada dalam mobil. Sedangkan seseorang itu hanya bisa cemberut.

"Tap-"

"Tidak ada tapi-tapian ge. Kau harus langsung pulang, nanti Mommy bisa khawatir kalau kau kemana-mana. Seharusnya tadi kau juga tidak usah mengantarku ke sekolah" omel namja tinggi itu kepada seseorang yang ia panggil 'gege'.

"Kim ahjusshi, nanti langsung pulang ke rumah, ya! Kalau dia minta ke suatu tempat jangan turuti" perintah namja tinggi itu kepada sang sopir pribadi keluarganya, yang diangguki oleh sang sopir. Mengabaikan ucapan protes dari sang gege yang sekarang sedang meneriakinya.

"Yakk, dasar adik jahat kau! Awas kau nanti"

Namja tinggi itu hanya tersenyum melihat tingkah sang kakak yang sangat kekanakan itu. Setelah mobil yang ditumpangi kakak nya sudah pergi melajuh, ia pun segera memasuki area sekolah barunya.

Ia baru menyadari kalau setiap pasang mata yang ia lewati semua tertujuh padanya. Berbagai ucapan kagum ditujuhkan untuknya. Namja tinggi itu hanya mengabaikannya dan lebih berkonsentrasi mencari ruangan guru.

...

Mark merenggut sebal, selalu dimanapun ia berada bocah satu disampingnya ini pasti akan mengikuti.

"Kenapa kau tidak kembali ke kelasmu, hah!?" ujar Mark ketus yang secara tak langsung mengusir Jeno dari kelasnya. Yang diusir hanya cengar-cengir.

"Aku ingin disini dulu, hyung" ujar Jeno masih memainkan handphone nya.

"Lalu kau disini mau apa? Sejak tadi hanya bermain handphone saja" ujar Mark kesal, sejak datang ke ruang kelasnya tadi Jeno hanya bermain handphone. Biasanya anak itu akan mengganggunya, tapi dia malah dicueki begitu saja.

'Eh, apa yang kau pikirkan Mark' Mark menggeleng-gelengkan kepalanya. Apa dia mulai suka saat Jeno mengganggunya?

"Hyung, kau kenapa?" Jeno yang dari tadi memperhatikan Mark bertanya saat melihat kelakuan Mark yang menurutnya aneh itu.

"Eoh! A-ah tidak.. tidak apa" Mark mengalihkan pandangannya ke jendela, tidak berani menatap Jeno yang ternyata melihat kelakuannya.

'Astaga, kenapa aku jadi seperti anak gadis begini?!'-batin Mark.

Mark mengalihkan pikirannya ke halaman luar sekolah, ia melihat seorang namja yang sedang berdiri disamping mobil putih mewah, tidak begitu jelas wajahnya karena jarak yang cukup jauh.

Sepertinya namja yang berpenampilan ala badboy-menurut Mark- itu sedang berbincang dengan seseorang didalam mobil, sebelum kemudian berjalan memasuki area sekolah.

'Siapa dia? Aku tidak pernah melihatnya sebelumnya, mungkinkah dia siswa baru itu?' Mark mengedikkan bahunya, kemudian beralih menatap papan tulis.

"Kenapa belum datang, dimana siswa baru itu?" gumam Jeno sambil menatap pintu masuk sesekali. Mark menoleh saat mendengar ucapan Jeno barusan.

"Oh, jadi kau kesini hanya ingin melihat anak baru itu, ya?" ujar Mark. Jeno menatap Mark sambil nyengir lebar, ternyata Mark mendengar ucapannya barusan.

"Pagi anak-anak!" sapa seorang guru yeoja yang baru saja datang.

"Pagi Min saem" ujar seluruh penghuni kelas 2-3, termasuk Jeno.

Min saem tersenyum mendengar balasan dari muridnya. Ia mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan.

"Lee Jeno! Kenapa kau disini?" tanya guru cantik itu saat menemukan salah satu siswa kelas satu yang berada di ruang kelas dua itu.

"Hanya bermain Min saem" ujar Jeno dengan santainya. Mark disampingnya menatap tak percaya dengan apa yang dikatakan Jeno, sebegitu santainya ia menjawab.

"Apa kau bilang, bermain?! Apa kau tidak tau kalau sekarang sudah jam pelajaran?!" ujar Min saem sedikit menaikan intonasi suaranya saat mendengar jawaban dari Jeno.

"Sekarang kau keluar atau ku seret, kembalilah ke kelasmu!" perintah Min saem dengan tegas sambil menunjuk pintu.

"Baiklah Min saem"

Jeno segera berdiri dan beranjak pergi dari ruang kelas itu. Tapi sebelum itu, ia memberikan flying kiss kepada Mark disampingnya, yang tentu saja dimata Mark sangat menggelikan. Dan setelah itu Jeno benar-benar pergi.

Saat diluar kelas, Jeno berpapasan dengan seorang namja yang cukup tampan (tidak setampan dirinya pastinya) yang penampilan tidak begitu rapi, rambut dicat, telinga tindik, seragamnya tidak rapi.

Inikah siswa baru itu? Tidak lebih baik darinya.

"Kau anak baru itu?" tanya Jeno, sedikit tidak sopan mengingat anak baru itu siswa kelas dua. Ia menatap namja didepannya itu intens.

Namja didepannya hanya memasang wajah datar, namja itu menatap bet seragam Jeno. 'Kelas satu, tidak sopan sekali' batinnya.

"Memang kenapa?" tanya balik namja tinggi itu pada Jeno.

"Tidak, hanya bertanya" ujar Jeno kemudian melangkah pergi, meninggalkan namja tinggi itu yang sekarang menatap tak percaya pada dirinya.

"Ck, dasar bocah. Kelakuannya mengingatkanku pada gege" namja tinggi itu menggeleng-gelengkan kepalanya dan melanjutkan langkahnya ke kelas barunya.

"Baiklah anak-anak, hari ini kita kedatangan murid baru" ucap Min saem, semua siswa di kelas 2-3 menjadi penasaran bagaimana wajah anak baru itu.

Min saem menghadap ke arah pintu, "Masuklah" pinta nya.

Semua mata tertujuh ke arah pintu menatap seorang namja tinggi yang tadi dipersilahkan masuk oleh Min saem.

Mark bahkan menatapnya tanpa berkedip, ia tertegun menatap siswa baru itu. Ia menatapnya sampai namja itu disamping Min saem.

"Perkenalkan dirimu!" suruh Min saem kepada namja tinggi itu.

Namja tinggi itu menatap ke sepenjuruh kelas, "Namaku Lucas Wong pindahan dari Amerika. Salam kenal" ujarnya diakhiri senyuman yang menawan, membuat semua yeoja disana memekik.

'Tidak mungkin'

...

Mark sekarang sedang duduk sendirian di kantin sekolah dengan sekaleng soda didepannya. Ia mengingat percakapannya dengan Lucas, yang sekarang menjadi teman sebangkunya itu.

flashback on...

"Baiklah, sekarang kau duduklah disamping Mark. Mark angkat tanganmu!"

Lucas sedikit terkejut saat melihat seseorang yang akan menjadi teman sebangkunya itu, sebelum berjalan kearah Mark yang mengangkat tangannya. 'Kenapa dia disini?'

"Aku tidak menyangka kau pindah ke Seoul ternyata"

Mark yang sejak kedatangan Lucas tadi hanya diam, sekarang menatap kearah Lucas yang berbicara padanya.

"Kau masih sama seperti dulu" ujar Lucas dengan tersenyum kepada Mark.

"Aku kira kalian tidak akan kembali ke Korea lagi setelah kejadian itu" akhirnya, setelah sejak tadi Mark yang seperti kehilangan suaranya bisa bersuara lagi.

Senyum Lucas perlahan pudar, ia menatap Mark dengan tatapan kasihan sekaligus menyesal.

"Mungkin kalian masih sangat membenciku karena kejadian itu. Karena aku itu semua terjadi, karena aku-"

"Kumohon jangan mengungkit kejadian itu" ujar Lucas memotong ucapan Mark.

Mark menatap Lucas dengan mata berkaca-kaca, "Tapi kenapa? Setelah sekian lama kalian pergi sekarang kembali lagi"

"Orang tuaku ada urusan disini" ujar Lucas.

flashback off...

Mark terlarut dalam dunianya sendiri, sampai tidak menyadari kehadiran Jeno yang sudah duduk didepannya.

"Hyung!" panggil Jeno sambil mengibas-ngibaskan tangannya didepan wajah Mark. Tidak ada respon.

Saat panggilannya tidak direspon oleh Mark, Jeno mulai menggoyang-goyangkan bahu Mark. "Mark hyung!"

"Ah"

Mark tersadar dari lamunannya, terkejut saat melihat Jeno yang sudah duduk didepannya.

"Sejak kapan kau disini?" tanya Mark.

Jeno tersenyum lebar sampai matanya menyipit, "Sejak hyung melamun" ujarnya.

Mark mendengus, kemudian beranjak dari tempatnya duduk.

"Eh, hyung kau mau kemana?"

"Bukan urusanmu!"

...

Brukk..

"Akh.." Mark mengusap kepalanya yang tidak sengaja menabrak seseorang. Astaga, kenapa hari ini sial sekali sih! Sudah dua kali ia menabrak seseorang.

"Kau tidak apa, Mark!"

Suaranya tidak asing, tapi bisa ia pastikan kalau ini bukanlah suara Jeno. Lagipula Jeno tadi ia tinggalkan di kantin. Mark mendongak menatap namja didepannya.

"Lucas!?"

Ternyata Lucas, pantas saja terasa familiar sekali suara itu bagi Mark. Suara itu juga mengingatkannya kepada ...

"Hei, apa kau tidak apa! Kenapa diam saja?"

"Eoh, aku.. aku tidak apa" ujar Mark terbata. Kenapa dirinya jadi begini?

"Mark hyuuunngg! Kenapa kau meninggalkanku!?"

Mark dan Lucas memandang Jeno yang tadi berteriak sambil berlari ke arah mereka. Nafas Jeno tidak beraturan saat mencapai mereka.

"Hahh.. hah.. Kenapa kau cepat sekali sih, hyung. Padahal kau kan kecil"

Plak..

"Akh, hyung! Kenapa kau memukulku" protes Jeno memegangi kepalanya saat dengan tak berperikekepalaan Mark memukulnya. Masih capek berlari sudah dapat geplakan sayang.

"Siapa yang kau sebut kecil, huh?!" sungut Mark, terlihat wajahnya menahan marah saat Jeno mengatainya kecil.

"Kau kan memang kecil, hyung"

Jeno menyilangkan tangannya didepan posisi berlindung, takut-takut Mark akan memukulnya lagi. Lucas terkekeh pelan saat melihat itu.

"Eoh, kau!" teriak Jeno sambil menunjuk tepat didepan wajah Lucas. Mark memukulnya lagi, tapi sekarang dilengan Jeno.

"Tidak sopan sekali sih! Dia lebih tua darimu" ujar Mark.

"Aish, iya maaf" ucap Jeno sambil cemberut.

"Memang tidak sopan, dasar bocah" ujar Lucas pelan dan sepertinya Jeno tidak mendengarnya.

"Hyung, kenapa kau bersama orang ini?! Kan sudah kubilang jangan dekat-dekat dengan anak baru itu, hyung" ujar Jeno kesal.

"Dia pacarmu Mark?" tanya Lucas yang melihat bagaimana protektifnya Jeno pada Mark.

Mark menoleh cepat kearah Lucas, "Siapa yang kau sebut pacar, huh?!"

"Kau kan memang pacarku, hyung" ujar Jeno merangkul bahu Mark sambil menaik turunkan alisnya.

Mark menyingkirkan lengan Jeno dengan kasar. "Dalam mimpimu" ujarnya sarkas.

"Jahat sekali. Ohya, kalian terlihat akrab, sepertinya kalian sudah kenal lama ya?" tanya Jeno sambil mengusap lengannya.

"Aku dan Mark dulu teman sekolah saat di Busan" ujar Lucas. Jeno hanya mengangguk angguk tanda ia mengerti.

"Tapi kalian tidak ada hubungan apa-apa 'kan?" selidik Jeno, ia dengan tidak sopannya menunjuk wajah Lucas dengan jarinya.

"Sudahlah, ayo kembali ke kelasmu sana!" usir Mark dan mendorong punggung Jeno dari belakang.

"Aih, hyung! Aku belum selesai dengannya" protes Jeno.

...

Sepulang sekolah, seperti biasa Mark akan berjalan kaki untuk pulang ke rumah. Saat akan melewati gerbang, ia melihat Lucas yang sepertinya sedang menunggu jemputannya. Entah sadar atau tidak sadar, Mark berjalan menghampiri Lucas. Dan sekarang ia berada disamping Lucas.

"Kau menunggu jemputan, ya?" tanya Mark.

Lucas menoleh, merasa ada yang berbicara padanya. Dan menemukan Mark disampingnya, "Oh kau, Mark. Ah iya, aku sedang menunggu jemputanku" ujar Lucas. Mark hanya meengangguk.

"Kau sendiri kenapa belum pulang?" tanya Lucas balik.

Mark mengerjap bingung, iya ya tadinya kan ia kan pulang, kenapa malah sekarang dirinya disini. Mark jadi bingung harus jawab apa. "Aku tak sengaja melihatmu, dan hanya berniat menyapa saja"

Lucas terseyum mendengar jawaban dari Mark, "Benarkah?! Oh, dimana 'pacar' mu itu? Kalau dia melihat mungkin akan mengoceh lagi"

Mark memajukan bibirnya. Ah, manis sekali. "Jeno itu bukan pacarku. Lagipula dia sudah pulang dari tadi" sungut Mark kesal. Lucas tertawa terbahak melihat ekspresi Mark.

"Kenapa tertawa! Menyesal aku menyapa, aku pulang saja kalau begitu. Dari dulu kau memang menyebalkan, tidak seperti Yukhei" ujar tanpa sadar Mark, lalu dirinya mulai berjalan menjauh dari tempat Lucas berdiri.

Lucas menatap sendu punggung kecil Mark yang semakin menjauh itu, "Ternyata kau masih mengingat Khei ge, ya. Maaf Mark"

Lucas merasa handphone disaku celananya bergetar. Diambilnya benda persegi tersebut, dan melihat ada panggilan masuk dari...

"Mommy.." kenapa perasaannya tiba-tiba jadi tidak enak. Tidak biasanya mamanya menelpon.

"Halo, mom!"

"Apa?! Bagaimana bisa..."

"...oh baiklah, mom"

/TBC? DELETE?/

Maaf maaf maaf... saia malah bikin story baru... mungkin yang pada nunggu 'Lost My Family' entar aja yah dulu (kalo ada yg nunggu), soalnya moodnya lagi ilang bikin tuh ff...

Sekarang ini saia mau publis ff gajebo ini, karena lagi gabut pengen buat ff ga ada inspirasi,

Jadi ff yg ide udah ada sejak jaman purba dan yg ngetiknya berabad-abad hanya untuk satu chap ini ketimbang nganggur mending dipublis

Sapa tau ada yg baca dan suka ama ceritanya, pliss REVIEW YAK! pengen tau responnya sekalian kenalan... soalnya saya author baru...

Ntar ff laen cobak saia lanjutin...

Annyeong