Tittle: L.O.V.E

Casts: Kyungsoo

Chanyeol

Baekhyun

Kai

Genre: Drama, hurt, romance

Chapter 1

Langit mendung, hujan gerimis, hal hal yang dibenci kyungsoo. Kyungsoo benci hujan, hujan membuatnya harus berdiam diri di apatemen kecilnya, eum, apartemennya dan jongin. Jongin? Lelaki itu sedang sibuk dengan karirnya, sejak sebulan yang lalu, sejak jongin mulai debut dia bahkan tak pernah menginjakkan kaki di surga mereka ini. Bahkan kyungsoo hanya menerima pesan singkat dari jongin paling sering dua kali sehari, hanya untuk menanyakan apakah Kyungsoo sudah makan, apa Kyungsoo tidur nyenyak, hal hal semacam itu. Ketika Kyungsoo menanyakan kapan jongin akan pulang, dia mengatakan kalau dia sibuk, jawaban yang rancu, dan tidak ada kepastian. Kyungsoo tau, dia tidak pernah memaksa jongin untuk menuruti keinginannnya, karena kyungsoo lah yang mengizinkan Jongin untuk mewujudkan impiannya, menjadi terkenal dengan bakatnya.

Kyungsoo menyesap coklat panas yang dibuatnya beberapa saat lalu, mungkin kalau ada Jongin dia sangat suka saat seperti ini. Saat ia dan Jongin duduk di sofa ruang tengah yang tidak terlalu besar, saat mereka mengomentari beberapa iklan di televisi, saat mereka menceritakan bagaimana nenek tetangga sebelah yang menyumpahi Jongin yang meletekkan kantong sampah di depan pintu apartemennya, dan semuanya berakhir dengan Kyungsoo yang tertidur di pangkuan Jongin.

Kyungsoo menghela nafasnya, bosan melihat butiran hujan yang mengenai jendela apartemennya, dia menyalakan televisi, mengganti ganti channel tanpa ada niat untuk menontonnya. Tangannya berhenti saat melihat Jonginnya di televisi. Ia melihat bagaimana Jongin, atau Kai, nama panggung Jongin, menari di bawah sorot lampu di hadapan ribuan orang. Kalau kyungsoo boleh jujur dia sangat merindukan Jongin, merindukan senyuman itu, senyuman yang dulunya hanya milik Kyungsoo. Kalau Kyungsoo boleh egois dia ingin Jongin disini sekarang, tapi itu mustahil.

Hari hari terus berganti, kehidupan Kyungsoo tetap seperti itu, satu hal yang berubah hanya Jongin yang semakin jarang mengiriminya pesan singkat. Kyungsoo berjalan tergesa, dia pasti terlambat ke cafe, gajinya pasti akan dipotong kalau dia sampai terlambat lagi. Saat hampir sampai di pintu cafe, dia menabrak seorang lelaki tinggi.

"Mianhamnida, mianhamnida" Kyungsoo membungkukkan badannya berkali kali, kemudian berlalu, dia benar benar terburu buru saat ini.

"Chogi..." lelaki tinggi itu mencoba memanggil Kyungsoo, tapi percuma, Kyungsoo sudah hilang di balik pintu pantry. Senyuman lebar terpatri di wajah lelaki tinggi itu, satu kata penuh makna terucap di bibirnya "yeppo".

Kyungsoo benar benar sial hari ini, dia terlambat, dan bossnya benar benar akan memotong gajinya bulan ini. Dan parahnya lagi dia harus lembur. Waktu sudah menunjukkan pukul 23.00 cafe sudah tutup sejak lima belas menit lalu, Kyungsoo melangkah keluar dari tempat kerjanya, setelah sebelumnya merapikan meja meja yang berantakan. Tubuh kecil itu menggigil saat hawa dingin menelusup ke dalam kemeja tipisnya. Kyungsoo berjalan cepat, badannya sangat lelah, dia sudah sangat merindukan tempat tidurnya.

L.O.V.E

Mentari pagi sudah terbit, seorang namja manis tengah berkutat di dapur, mengaduk dua cangkir kopi, mengeluarkan roti dari toaster, membuat omelet, dan sesekali menyenandungkan lagu favoritnya. Kegiatannya terhenti saat sepasang tangan kekar memeluk pinggangnya dari belakang dan dia tahu pasti siapa pelakunya.

"Chanyeolli jangan menggangguku, kau ingin memakan omelet gosong lagi eum?" Namja manis itu menepuk pelan tangan kekar yang memeluknya.

"Aku merindukanmu Baekhyuni" lelaki yang diketahui bernama Chanyeol itu semakin mengeratkan pelukannya, menelusupkan kepalanya diantara perpotongan leher Baekhyun.

"Astaga Chanyeol, kita bahkan berada di satu atap, bahkan di ranjang yang sama sejak tadi malam, lalu apa yang membuatmu merindukanku?" Baekhyun membalikkan badannya, menatap dua iris coklat milik Chanyeol, lalu menepuk pelan pipi namjanya itu.

"Jangan bertingkah kekanakan Yeolli Chanyeolli, sekarang duduklah di kursimu, aku akan menyiapkan sarapan" Baekhyun mendorong Chanyeol menuju kursinya, dan dia kembali berkutat dengan aktivitasnya menyiapkan sarapan.

Chanyeol hanya menuruti perintah Baekhyun, duduk dengan manis di kursinya, sambil memperhatikan namja yang kini tengah menyiapkan sarapan.

Baekhyun dan Chanyeol, sepasang suami istri, eum ralat, bukan suami istri, lebih tepatnya dua orang lelaki dewasa yang hidup bersama dengan diikat hubungan perkawinan. Oke, lebih singkatnya mereka pasangan gay.

Baekhyun dan Chanyeol menikah tiga bulan yang lalu, setelah menjalin hubungan selama lima tahun, mereka memutuskan untuk menikah dan orang tua mereka tidak pernah mempermaslahkannya. Beruntungnya mereka.

Sarapan sudah siap, dan kini dua anak manusia itu tengah menikmati sarapan mereka. Hening, mereka sangat menikmati sarapan mereka pagi ini, walaupun bukan menu favorit mereka tapi setidaknya sarapan pagi ini dapat mengganjal perut.

"Aigoo, uri Baekhyuni kenapa mulutmu penuh dengan saus eum..." Chanyeol mengambil serbet dan menghapus noda saus yang menempel di sekitar bibir Baekhyun.

Baekhyun dapat merasakan kehangatan jari chanyeol walaupun dilapisi serbet, Baekhyun merasakannya. Baekhyun menyukai saat saat seperti ini, saat dimana hanya dirinyalah yang mendapatkan perhatikan Chanyeol seutuhnya. Baekhyun memejamkan matanya, merasakan bagaimana Chanyeol membersihkan bibirnya.

"Mengapa kau memejamkan matamu?" Chanyeol meletakkan kembali serbetnya di meja "Kau ingin bibirku yang membersihkannya?" Chanyeol menyeringai.

"Apa. Tidak, aku tidak berpikir begitu." Baekhyun membulatkan matanya, wajahnya memerah, dia sungguh malu.

"Hahaha... Baekhyunni kau sungguh manis." Chanyeol menyapukan ibu jarinya di bibir Baekhyun.

Mendengar Chanyeol menyebutkan manis, Baekhyun hanya tersipu. Ini bukan pertama kalinya Chanyeol mengatakannya, Chanyeol sudah mengatakan hal itu hampir setiap hari selama lima tahun, tapi tetap saja Baekhyun selalu merasa malu.

"Kau semakin manis jika tersipu seperti itu." Chanyeol kini menyetuh dagu Baekhyun.

"Park Chanyeol, berhentilah menggodaku." Wajah Baekhyun sudah memerah sekarang.

"Hahaha... baiklah baiklah." Chanyeol mebalikkan badannya mengambil jas kerjanya yang tadi ia sangkutkan di sandaran kursi. "Aku akan berangkat kerja." Chanyeol berdiri mengahampiri Baekhyun yang masih duduk di kursinya, mencium singkat kening Baekhyun. "Hati hati di rumah, jangan melirik pria lain."

"Kau juga, hati hati di jalan, jangan ngebut, jangan terlalu lelah, dan ingat aku selalu menunggumu di rumah." Baekhyun berdiri, kemudian merapikan jas Chanyeol.

"Iya iya, kenapa kau cerewet sekali eum..." Chanyeol mencubit pelan pipi Baekhyun. "Baiklah aku berangkat sekarang, bye" Cahnyeol mencium kening Baekhyun lagi, lalu berjalan menuju pintu.

"Bye" Baekhyun melambaikan tangannya sampai akhirnya Chanyeol menghilang di balik pintu.

Kini hanya tinggal Baekhyun, sendiri di rumah sederhana milik mereka, rumah yang mereka beli dengan uang tabungan mereka. Orang tua Baekhyun bukanlah orang yang kaya raya, begitupun orangtua Chanyeol, mereka tidak bisa membeli rumah mewah seperti yang sering Baekhyun lihat di drama. Walaupun begitu Baekhyun tetap bahagia, bukan rumah mewah yang ia harapkan melainkan Chanyeol, hidup bersama Chanyeol. Asalkan bersama Chanyeol walaupun tinggal dalam goa sekalipun Baekhyun akan tetap merasa bahagia.

Baekhyun membereskan sisa sarapan mereka. Beginilah kehidupan Baekhyun, merapikan rumah, menyiapkan makan, dan menunggu Chanyeol pulang. Chanyeol melarang Baekhyun bekerja, dengan dalih tidak ingin Baekhyun kelelahan, Chanyeol bilang dia masih bisa menjadi tulang punggung bagi keluarga kecil mereka ini. Baekhyun sebenarnya juga ingin bekerja, tapi apa yang bisa ia lakukan. Jika Baekhyun merasa bosan dia akan berjalan jalan di taman di dekat rumah mereka, terkadang Baekhyun juga menghabiskan waktu dengan belajar memasak, menjahit, dan menyulam. Baekhyun berpikir dia terlihat seperti wanita saat melakukan hal hal seperti itu.

L.O.V.E

Pagi ini Kyungsoo tetap pergi bekerja seperti hari hari sebelumnya, namun hari ini wajahnya tampak suram, walaupun hari hari sebelumnya dia bukanlah orang yang ceria, tapi setidaknya dia akan tersenyum jika mengantar pesanan pada pelanggan, hari ini jangankan untuk tersenyum, untuk berpikir jernih saja mungkin ia tak sanggup lagi, beberapa kali ia salah mengantar pesanan, menabrak pelayan lain, dan memecahkan beberapa piring.

Semua itu berawal saat pagi ini dia melihat berita di televisi kecil miliknya, berita tentang 'Skandal Cinta Kai dan Krystal'. Bisa dibayangkan betapa hancurnya hati Kyungsoo, Jonginnya diketahui berkencan dengan Krystal, siapa yang tak kenal Krystal, wanita cantik paling dipuja di negerinya, berbakat, pintar, dan kaya. Lelaki mana yang tak akan jatuh hati pada gadis itu. Seberapapun percayanya Kyungsoo pada Jongin tapi dia tak bisa bisa menganggap berita itu hanya gosip. Jongin yang tidak pernah pulang dan jarangnya ia mengirimi Kyungsoo pesan semakin memperkuat gosip itu. Segala kemungkinan buruk semakin merajalela di otak Kyungsoo.

Kyungsoo meminta izin untuk pulang lebih awal dengan alasan tidak enak badan, namun bukan itu alasan sebenarnya, dia harus bertemu Jongin. Tidak peduli jika gajinya akan dipotong atau bahkan ia akan diberhentikan sekalipun, yang lebih penting saat ini adalah Jongin, dia harus mendengar penjelasan dari pria berkulit tan itu.

Waktu masih menunjukkan pukul 2 siang, matahari musim panas bersinar dengan terik, cukup untuk membuat tubuh kecil Kyungsoo basah oleh keringat setelah berjalan dari cafe tempat ia bekerja menuju gedung agensi yang menaungi Jongin, jaraknya hanya dua kilometer, dua puluh menit perjalanan menggunakan bus umum. Tapi Kyungsoo menempuhnya selama empat puluh lima menit, bagaimana tidak jika ia berjalan kaki. Entah apa yang sedang Kyungsoo pikirkan, tidakkah ia tau ada benda bernama bus umum, dan dengan bodohnya ia memilih berjalan kaki di bawah kekuasaan sang surya. Benar perkataan orang tentang cinta bisa membuat kaki menjadi kepala, dan kepala menjadi kaki, Kyungsoo membuktikannya.

Kyungsoo kini berada di depan gedung agensi terbesar di Korea Selatan, S.M Entertainment, agensi yang membesarkan nama Jongin sebagai Kai. Kyungsoo berjalan di tengah kerumunan gadis gadis yang memegang berbagai jenis kamera yang tengah memadati pelataran gedung, dengan susah payah akhirnya Kyungsoo bisa berhadapan langsung dengan petugas penjaga pintu masuk gedung.

"Chogiyo, bisakah aku bertemu dengan Jong.. eum Kai? Ada yang perlu aku bicarakan." Kyungsoo sedikit mengeraskan suaranya, mengingat betapa banyaknya mulut yang berbicara.

"Kai? Kau fanboy? Kai tidak sedang disini, lagipula kalaupun kai ada di dalam kau tidak akan bisa berbicara langsung dengannya, tidak kau lihat mereka?" Petugas itu menunjuk kerumunan gadis gadis yang tampak mengibaskan tangannya, kepanasan. "mereka sudah ada disini sejak tadi pagi, tapi tidak satupun bisa berbicara dengan Kai, kau tau, kau harus punya izin untuk itu, atau jika Kai yang menginginkannya."

"Tapi aku bukan fanboy, maksudku aku memang mengagumi Kai, tapi aku beda, aku eum... temannya, ya, teman dekatnya." Kyungsoo mencoba menjelaskan, sebagian hatinya tidak rela saat dia bilang hanya teman dekat Kai, tapi Kyungsoo masih punya akal sehat untuk mengatakan bahwa ia kekasih Kai.

"Alasan apalagi sekarang, kalau kau teman dekatnya, maka aku adalah ayahnya, pulanglah, jika kau tetap ingin melihat Kai bergabunglah dengan yang lain." Petugas itu mengibaskan tangannya mengusir Kyungsoo.

"Tapi ajushi..." Kyungsoo belum menyelesaikan kalimatnya saat petugas tadi mendorong tubuh Kyungsoo menjauh dari pintu gedung.

"Berhentilah menguntit idolamu, jika kau benar benar mengidolakannya lakukanlah dengan cara yang wajar." Wajah petugas itu berubah kesal.

Kyungsoo menyerah, tidak ada yang bisa ia lakukan sekarang, memaksa masuk ke dalam sama saja cari mati. Kini ia hanya bisa bergabung dengan kerumunan gadis gadis penggila Kai itu, menunggu Kai, berharap Kai dapat melihatnya diantara kerumunan manusia ini, dan dia harus mendapat penjelasan dari Kai.

Kyungsoo dapat merasakan bulir bulir keringat menetes di dahinya, bajunya sudah basah oleh keringat sekarang. Panas matahari seakan membakarnya. Tidak hanya dia saja yang kepanasan, Kyungsoo dapat melihat wajah para gadis tadi juga dibanjiri keringat, tapi mereka tetap berdiri disana menunggu Kai. Mereka melakukannya setiap hari tidak peduli itu panas ataupun salju sekalipun, menunggu idola mereka datang, memotret dari berbagai sudut, dan mereka tidak dibayar untuk itu semua. Inikah yang mereka sebut dengan the power of fans, jiwa jiwa yang dibakar semangat masa muda, melakukan apa saja demi bertemu idolanya. Kyungsoo ikut hanyut dalam semangat mereka.

Sebuah van hitam tampak memasuki pelataran gedung, menyita perhatian semua orang, termasuk Kyungsoo, ia yakin itu adalah van yang membawa Jongin.

Seorang pemuda dengan kulit kecoklatan keluar dari van, dengan kemeja bergaris biru serta kacamata hitam yang menghiasi wajahnya semakin menambah pesonanya. Pemuda itu, Kai, melambaikan tangan saat suara riuh memanggil namanya, melemparkan senyum manisnya ke beberapa orang yang akan disambut dengan jeritan histeris.

"KAI! KAI!" Riuh suara meneriakkan nama Kai, suara Kyungsoo termasuk di dalamnya.

"KAI! KAI!" Kyungsoo berteriak, badannya terhimpit oleh tubuh lain yang turut berdesakan "KIM JONGIN!" Kyungsoo berteriak semakin keras, melesakkan tubuhnya di antara kerumunan, mencoba mendekati pintu masuk "JONGIN-AH! JONGIN-AH!" kali ini Kyungsoo berteriak lebih keras.

Jongin menghentikan langkahnya, dia mendengar suara itu, suara yang dulu mengisi setiap harinya, suara yang dihapalnya di luar kepala lebih dari lirik lagu miliknya sekalipun. Jongin membalikkan tubuhnya, dapat dilihatnya tubuh kecil Kyungsoo berdesakan diantara penggemarnya, Jongin sungguh ingin menghampirinya, tapi itu tidak mungkin, dia sangat tau konsekuensinya, menghampiri Kyungsoo akan membuat gosip baru menyeruak, dia dapat menebak apa reaksi pimpinan agensinya nanti. Jongin mengurungkan niatnya menghampiri Kyungsoo, diteruskan langkahnya masuk ke dalam gedung.

Harapan Kyungsoo untuk meminta penjelasan Jongin sudah hancur, jangankan meminta penjelasan, Jongin sama sekali tidak memperdulikannya. Kyungsoo menarik tubuhnya dari kerumunan, berjalan lunglai menuju halte yang terletak sepuluh meter dari gedung agensi Jongin. Kaki Kyungsoo bergetar, entah karena kelelahan atau karena sikap Jongin, entahlah, mata Kyungsoo sudah berembun, dia tidak secengeng ini sebelumnya, tapi sikap Jongin tadi menyakitinya. Kyungsoo mengangkat wajahnya ke atas mencegah air matanya jatuh. Dia harus segera pulang, dia tidak ingin menangis di tempat umum.

L.O.V.E

Kyungsoo duduk di sofa di depan televisi, dilipatnya kakinya dan diletakkannya kepalanya diantara lipatan kakinya. Beberapa butir air mata menetes dari sudut matanya, memikirkan bagaimana renggangnya hubungannya dan Jongin. Terbayang kenangannya bersama Jongin, mengingat itu air matanya semakin sulit dihentikan.

BRAAK!

Suara pintu dibuka dengan kasar, menampakkan tubuh Jongin yang dibalut sweater tebal. Kyungsoo menegakkan tubuhnya, berdiri menghadap Jongin yang berjalan ke arahnya.

"Hyung! Apa yang kau lakukan tadi siang? Apa yang kau lakukan disana?" Jongin menatap Kyungsoo intens.

"Aku hanya ingin menanyakan sesuatu padamu" Kyungsoo menundukkan kepalanya.

"Menanyakan apa hyung? Bukankah kau bisa mengirimiku pesan." Jongin mengerutkan keningnya.

"Tidak sesederhana itu Jongin-ah" Kyungsoo menghela nafasnya "apa hubunganmu dengan Krystal?"

"Hyung, itu bukan yang sebenarnya, itu hanya rumor yang sengaja diciptakan." Jongin menjelaskan.

"Tapi kenapa harus menciptakan rumor Jongin-ah?" Air mata Kyungsoo mulai jatuh.

"Kau tidak tau hyung, menjadi bintang itu tidak semudah yang terlihat, terkadang rumor diciptakan untuk menaikkan pamor" Jongin mengusap wajahnya kasar "aku juga tidak ingin seperti ini."

"Bagaimana jika kau akan benar benar mencintainya? Krystal itu sempurna, semua lelaki ingin menjadi kekasihnya, bagaimana jika kau jatuh pada pesonanya Jongin-ah?" Air mata Kyungsoo semakin deras membayangkan segala kemungkinan yang akan terjadi.

"Hyung!" Jongin menaikkan suaranya "aku kekasihmu hyung, dan kau harus mempercayaiku, jangan membuatku semakin sulit" Jongin menurunkan suara di akhir kalimatnya.

Jongin memeluk tubuh Kyungsoo, mengelus pelan punggung namja yang tidak lebih tingginya itu. Kyungsoo tidak membalas pelukan yang ia rindukan itu, Kyungsoo tidak tau harus berbuat apa, ia terlalu takut Jongin meninggalkannya. Kyungsoo menggigit bibirnya, menahan tangis.

"Jongin-ah berjanjilah padaku kau tidak akan meninggalkanku, jangan berpaling dariku" Kyungsoo berucap lirih dalam pelukan Jongin.

"Percayalah padaku Hyung, aku tidak akan berpaling" Jongin melepas pelukannya, menatap ke dalam mata Kyungsoo yang dibasahi air mata.

"Aku harus pergi sekarang hyung." Jongin mengecup pelan kening Kyungsoo, dan berjalan keluar.

Kini hanya tinggal Kyungsoo, menyesapi dinginnya malam, mencoba mempercayai semua janji yang Jongin ucapkan. Kyungsoo memejamkan matanya, membawa diri ke alam mimpi, berharap hari esok akan lebih baik. Yah setidaknya begitulah yang Kyungsoo harapkan.

L.O.V.E

Hari terus berganti, malam berganti siang, siang berganti malam. Sudah dua minggu sejak Jongin mengatakan bahwa ia tak akan berpaling dari Kyungsoo. Kyungsoo tidak tau, hatinya ragu akan ucapan Jongin, sekeras apapun otaknya memkasa untuk mempercayai Jongin tapi hatinya berkata lain, hatinya tidak sejalan dengan pikirannya. Entahlah, ada yang mengganggu, dan Kyungsoo tau itu bukan pertanda baik untuk hubungannya dengan Jongin.

Hari ini hari ke-empat belas di bulan Juli, Kyungsoo masih berkutat dengan nampan saji, berjalan hilir mudik mengantar pesanan, ia harus bekerja keras agar gajinya tidak dipotong lagi.

Kyungsoo mengantar segelas americano ke meja nomor lima belas tempat dimana seoarng namja raksasa, menurut Kyungsoo, duduk sambil mengutak atik smartphone miliknya.

"Ini pesanan anda tuan" Kyungsoo meletakkan segelas americano dingin itu di atas meja dengan hati hati "ada yang yang bisa saya bantu lagi tuan?"

"Eum" lelaki itu mendongakkan kepalanya untuk melihat wajah Kyungsoo "Tid... oh kau bukannya lelaki yang kemarin kutabrak di depan pintu itu?" lelaki raksasa itu menunjuk pintu masuk cafe "kau bekerja disini ternyata."

"Maaf, maksud tuan?" Kyungsoo mengerutkan keningnya, bingung.

"Kau tak ingat, beberapa hari yang lalu kau menabrakku di depan pintu itu."

"Ah, waktu itu." Kyungsoo melebarkan matanya setelah berusaha untuk mengingat ingat "maafkan saya tuan, apakah anda terluka?" Kyungsoo membungkuk dalam, lalu mengamati lelaki itu dari kepala hingga kaki, memeriksa jangan jangan lelaki itu terluka karena ulahnya.

"Hahaha... ani ani... aku tak apa." Lelaki raksasa itu tertawa sambil menepuk nepuk pahanya. "Oh ya, Park Chanyeol, kau?" Lelaki itu mengulurkan tangan panjangnya.

"D-do Kyungsoo." Kyungsoo terkejut saat lelaki itu mengulurkan tangannya.

"Duduklah, aku yang traktir, anggap sebagai permintaan pertemanan." Chanyeol menunjuk kursi kosong di depannya.

"Ah maaf, tapi saya harus kembali bekerja." Kyungsoo melirik jam tangan, pukul empat. "Jika anda mau menunggu saya akan selesai satu jam lagi."

Chanyeol melihat jam tangan miliknya, "Eum, baiklah, aku akan menunggu."

"Baiklah, saya permisi." Kyungsoo membungkukkan badannya, lalu membalikkan badannya, hendak kembali ke pantry.

"Oh ya!" baru di langkah ke-tiga, Chanyeol memanggilnya.

"Ya?" Kyungsoo terpaksa membalikkan badannya ke arah Chanyeol.

"Jangan terlalu kaku, panggil Chanyeol saja." Lelaki itu tersenyum.

"Ah, n-ne Chanyeol." Kyungsoo sedikit merasa kurang sopan, mengingat Chanyeol adalah pelanggan cafe milik bosnya.

Chanyeol lagi lagi tersenyum, namun kali ini lebih lebar, hingga menampakkan gigi gigi putihnya yang berjejer rapi. Kyungsoo kembali menuju pantry untuk mengantar pesanan, dia harus melakukannya dengan cepat agar tidak mendapat tatapan sinis dari pelanggan lain yang sudah menunggu lama.

L.O.V.E

"Jadi apa ada yang bisa kubantu?" Kyungsoo memainkan gelas coffee latte-nya.

"Tidak, bukankah sudah aku katakan, ini sebagai tanda pertemanan." Chanyeol memperbaiki posisi duduknya.

"Kenapa? Kau bahkan tidak mengenalku." Kyungsoo menyandarkan punggungnya di sandaran kursi.

"Maka dari itu kita harus berteman, agar bisa saling mengenal." Chanyeol menyeruput americano miliknya.

"Begitukah?"

"Eum" Chanyeol mengangguk "oh ya, dimana kau tinggal?"

"Apartemen yang jaraknya lima blok dari cafe ini, dua puluh lima menit berjalan kaki, sepuluh menit dengan bus umum." Kyungsoo menjelaskan.

"Kau tinggal sendiri?"

Kyungsoo terdiam sejenak, memikirkan bagaimana ia hidup sekarang, mengharapkan bahwa Jongin menunggunya di apartemen seperti dulu.

"Aku, sendiri." Akhirnya jawaban itu terucap setelah ia sadar bahwa Jongin sudah tak tinggal bersamanya lagi, mengatakan itu seperti mengatakan ia benar benar sendiri, tanpa Jongin.

"Baiklah kapan kapan aku akan berkunjung." Chanyeol memamerkan gigi putihnya, lagi. "Oh ya, kau tak menanyakan dimana aku tinggal?"

"Apakah itu penting, aku tak punya waktu untuk mengunjungimu." Perasaan Kyungsoo sedang tidak baik sekarang "Tidak ada yang perlu dibicarakan lagi kan. Aku akan pulang sekarang." Kyungsoo menegakkan tubuhnya. Kyungsoo lelah setelah bekerja seharian, dan bayangan tentang Jongin membuatnya semakin lelah.

"Akan kuantar. Bagaimana?" Chanyeol ikut menegakkan tubuh jangkungnya.

"Tidak perlu, aku bisa sendiri." Kyungsoo mendongakkan kepalanya untuk melihat wajah Chanyeol mengingat perbedaan tinggi mereka yang sangat kontras. "maaf bila aku bersikap buruk padamu, tapi aku tidak sedang dalam mood yang baik sekarang. Dan terima kasih atas traktirannya, lain kali akan kutraktir. Selamat tinggal." Kyungsoo membungkukkan tubuhnya, lalu berjalan keluar cafe.

"Sampai jumpa!, kita harus berjumpa lagi, aku akan menagih traktiranmu!" Chanyeol sedikit menambah volume suaranya, agar Kyungsoo dapat mendengarnya. Chanyeol melambaikan tangannya pada punggung Kyungsoo yang menjauh.

Chanyeol kembali mendudukkan tubuhnya di kursi yang tadi ia tempati, memandang gelas coffee latte milik Kyungsoo yang tinggal setengahnya. Chanyeol menarik garis bibirnya membentuk sebuah senyuman. Ia tersenyum mengingat Kyungsoo, namja bertubuh mungil itu sungguh menarik hati Chanyeol. Mata bulat itu seolah memintanya untuk mendekat, mata itu seolah minta dilindungi. Chanyeol bahkan tidak tau perasaan apa yang dia rasakan terhadap Do Kyungsoo. Kyungsoo membuat Chanyeol seperti jatuh cinta lagi. Cinta, bukankah ia sudah memiliki Baekhyun. Entahlah Baekhyun dan Kyungsoo seperti dua sisi yang berbeda, dan mungkinkah Chanyeol mencintai dua sisi yang berbeda itu.

L.O.V.E

Kyungsoo merapatkan jaketnya, walaupun sekarang musim panas tapi udara malam tetap saja menusuk tulang. Kyungsoo semakin merapatkan jaketnya saat angin malam menerpa wajahnya, disilangkannya tangannya di depan dada.

Kyungsoo lebih memilih berjalan kaki menuju apartemennya, jam segini bus umum sedang penuh penuhnya, Kyungsoo tidak ingin tubuhnya yang kecil ini terhimpit di dalam bus nantinya. Lebih baik berjalan kaki, toh jarak cafe tempat ia bekerja dengan apartemennya tidak terlalu jauh.

Kyungsoo berjalan di depan berbagai toko dengan plang nama yang beragam pula. Kyungsoo membelokkan langkahnya di depan restoran ayam goreng, ia memesan beberapa potong ayam untuk dibawa tidak terbiasa makan di tempat umum, jadi ia memillih take away. Mungkin kalau Kyungsoo masih tinggal bersama Jongin ia bisa memakannya bersama Jongin, Kyungsoo ingat bagaimana Jongin sangat menyukai ayam. Heuh, dia benar benar merindukan Jongin sekarang.

Sambil menunggu pesanannya Kyungsoo memilih duduk di kursi di dekat jendela. Dari kursinya Kyungsoo dapat melihat sepasang pemuda tengah berciuman panas di sudut ruangan. Bagaimana mungkin mereka mempertontonkan kemesraan mereka di muka umum, berciuman panas di restoran ayam goreng. Kyungsoo mengalihkan pandangannya menghadap jendela, memperhatikan puluhan manusia berlalu lalang. Bahkan sekarang Kyungsoo dapat mencium aroma Jongin, halusinasinya sungguh luar biasa. Aroma Jongin tercium semakin kuat, mungkin Kyungsoo harus meminta Jongin pulang. Kyungsoo merindukan Jongin.

Kyungsoo mengalihkan pandangannya dari jendela. Memperhatikan sekitarnya, mungkin saja ia akan menemukan Jongin. Kyungsoo memperhatikan pasangan di sudut ruangan tadi yang masih berciuman, sesaat kemudian keduanya saling menjauhkan wajah mereka. Kyungsoo seperti mengenal rambut hitam kecoklatan itu. Jongin, itu Jongin yang baru saja berciuman panas. Rambut kecoklatan itu, aroma itu, itu semua memang milik Jongin.

Kyungsoo benar benar menemukan Jongin. Kyungsoo seharusnya senang, bukankah ini yang tadi ia harapkan. Tapi tidak jika ia bertemu dengan Jongin bersama lelaki lain dan keduanya baru saja berciuman tepat di depan mata Kyungsoo. Mata bulat itu berkaca kaca, setelahnya setetes air matanya jatuh diikuti oleh tetes tetes lainnya.

"Hyung" Jongin membulatkan matanya saat dilihatnya Kyungsoo tengah memandangnya nanar.

"Kau memanggilku Jongin-ah?" Lelaki itu, lelaki yang baru saja berciuman dengan Jongin itu mengikuti arah pandang Jongin, saat mengetahui Jongin tak merespon pertanyaannya.

"Siapa dia?"

TBC

Yoohhooo! *dateng bareng Luhan

Waha ini FF YAOI pertama saya, jadi maafin saya kalo aneh T.T

Maaf juga kalo ada kesalahan penulisan, saya belum sempet ngeditnya, maaf juga buat buat abang abang EXO yang udah saya nistakan dengan FF saya.

Udahan dulu ya, saya mumet, saya mesti mikir buat chapter selanjutnya.

Yang baca jangan lupa review-nya ya, saya bukan apa apa tanpa review kalian...

EXO saranghaja!