Rokuhodou Yotsuiro Biyori sepenuhnya adalah milik Shimizu Yuu. Fiksi ini diperuntukkan hanya untuk kesenangan batin. Tidak ada keuntungan material diperoleh.
Espresso oleh Gure © Imorz
Anak suram yang dibawa ke Rokuhoudou kemarin berkesempatan merasakan espresso buatan Gure. Tsubaki kesal.
( berdasarkan anime Rokuhoudou Yotsuiro Biyori episode 8 )
Tokitaka atau Sui mungkin melihatnya. Wajah murung Tsubaki ketika melihat cangkir marmer kecil dengan bekas cairan espresso di dasarnya. Tsubaki bukannya khawatir dengan anak suram yang tiba-tiba saja dibawa ke Rokuhoudou—ini kafe, tempat orang makan-minum, bukan konsultasi, memangnya sejak kapan pegawai di sini seorang psikolog—tapi bukan berarti Tsubaki berhati hitam sampai harus mengusir anak kecil ringkih. Di sisi lain, ia dapat mengetahui beberapa hal dari kehidupan masa lalu Gure.
Kemarin itu, tangannya meremas kuat garis pinggir kursi kayu Rokuhoudou. Ia kesal. Terutama mendapati cangkir marmer dan espresso.
Selama ini Tsubaki muak karena terus-terusan mencium aroma latte dari tangan Gure. Tetapi, tahu-tahu saja, Gure dengan senang hati membikinkan espresso khas kampung halaman—katanya, dan itu membuat sesuatu dari dalam tubuh Tsubaki (entah apa itu yang sedang bergejolak) membara. Panas. Tidak sejuk sama sekali.
Apa si anak SMP itu lebih membuatnya tertarik?
Ah, ternyata Gure doyan anak kecil.
Otaknya mulai berpikir tidak sehat. Sesekali ia menampar pipinya dengan tangan kiri, sementara tangan kanan masih sibuk menekan adonan, lalu ia menampar lagi ketika berpikir yang aneh-aneh, lalu ia menampar lagi ketika batinnya mulai menyumpahi sobat sendiri. Tadinya Tokitaka tidak memperhatikan, namun karena terus-terusan mendengar suara 'Plak' dari arah yang sama, maka ia menoleh dan mendapati pipi kiri Tsubaki berubah ungu dan Tokitaka bertingkah seperti Ibu-ibu latah yang melempar keranjang apel lalu berteriak: "Ya Tuhanku, Tsubaki-kun!"
Kemudian Sui dan Gure datang layaknya pemadam kebakaran.
Hari ini benar-benar chaos. Rokuhoudou tutup lebih awal.
Namun, Tsubaki mendapatkan apa yang ia inginkan.
"Kalau ingin espresso buatanku, bilang saja. Jangan diam. Mana aku tahu kalau kau tidak bicara."
Catatan penting. Segala hal yang terjadi pada Gregorio Valentino—atau Gure si pembuat latte menyebalkan—tidak disukai oleh Tsubaki. Tidak disukai bukan berarti membenci, hanya saja ada beberapa hal yang membuatnya kesal. Misalnya, tebar pesona. Karena jika mereka membuat survei "Pegawai Rokuhoudou yang Paling Ingin Dikencani" maka Gure mendapatkan posisi pertama secara mutlak. Dan Tsubaki paling bontot.
Cangkir marmer dengan cairan espresso terhidang di depan mata. Masih dengan raut cemberut Tsubaki menatapnya.
Gure mendekat dan berbisik. "Tidak boleh cemburu dengan pelanggan, Tsubaki-kun."
Seperti gunung berapi yang lama tidak aktif lalu tiba-tiba saja lava naik ke puncak dalam waktu singkat, Tsubaki memerah sekaligus kesal.
Tidak ada kata terucap. Ia meraih si mungil espresso dan menelannya dalam sekali teguk.
Gure berteriak menyayangkan. Sama sekali tidak ada keindahan ketika Tsubaki meminumnya. Tidak ada reaksi terkejut, tidak ada latar merah muda imajiner, tidak ada selain Tsubaki yang merengut dan masuk ke dalam dapur.
"Mana ada orang minum espresso begitu!"
Tsubaki mana peduli, masa bodoh. Gure bodoh. Espresso-nya enak, tapi Gure bodoh. Tsubaki menyumpah semoga Gure naik kapal bebek dan memutari danau setiap hari biar lelaki itu mati konyol.
Eh, jangan. Nanti Tsubaki tidak bisa merasakan espresso lagi.
Segala tentang Gure memang membuat pusing kepala! Juga debar jantung!
.
.
.
Selesai.
