- Agustus. Hari ke 3 libur musim panas-

Siang hari yang sangat terik dimana sang mentari bersinar dengan kecenya, membakar kulit orang-orang bernyali besar yang berani melawannya. Hamparan ladang sayuran yang luas bermandikan cahaya yang cukup menyilaukan terlihat sejauh mata memandang.

" Tch…. Apa-apaan ini-"

Yak. Di sinilah, diantara hamparan ladang yang luas. Levi Ackerman, 17 tahun. Seorang pemuda bersurai segelap aspal jalanan dan wajah datar bak talenan berdiri menggendong tasnya yang seberat dosa, terdiam bermandikan cahaya musim panas.

Entah apa yang membuatnya berada disituasi yang sebegini absurd dan anehnya, ia masih belum mengerti apa yang sebenarnya terjadi.

.


.

.

:- The Eyes of Summer -:

by Yuu . Kanacchi

Shingeki no Kyojin © Hajime Isayama

Warnings : Typo(s), OOC-ness, EYD not found :v, Semi plot-less, Humor ringan yang garingg (T.T), BL, ShoAi, Levi x Eren (RivaEre/Riren)

Enjoy! (•̀ᴗ•́)و

.

- Chapter 1: Diluar Rencana -

.

.


MIIIIING….. MIIIIIIIIIINGG…

Riuh suara tonggeret seakan mengejek si pemuda bertubuh pen**k (disensor karena takut akan terjadi pertumpahan darah). Levi hanya mendecak sebal, berjalan pelan menyusuri jalan setapak sambil mengingat-ngingat kembali kronologi kejadian yang dialaminya.

.

.

.

[ Beberapa jam sebelumnya….]

Setelah selesai membersihkan lantai atas, Levi yang baru saja akan beristirahat sambil meneguk minuman dingin terancam batal akibat pernyataan dari ibu tercinta yang cukup membuatnya kaget.

"Levi, mulai hari ini sampai libur musim panas berakhir, kamu liburan di rumah paman Kenny, ya?"

Kuchel, nama sang ibunda. Tersenyum lembut kearahnya seraya meletakkan tas ransel dan sebuah koper yang sepertinya berisi baju-baju maupun barang-barang milik Levi.

"Hah? Kenapa aku harus menghabiskan waktu liburanku di rumah seorang paman yang bahkan tidak terlalu ku kenal?" Levi melipat tangannya di dada, tidak terima dengan rencana dadakan ibunya tersebut.

"Kenapa? Umm… kau tau stok sayuran organik di rumah kita, kan?"

"Ya, lalu apa hubungannya?" dalam keadaan bingung dengan topik random yang tiba-tiba hadir dalam percakapan, Levi teringat dengan stok sayur organik misterius -yang didapat entah darimana (walaupun enak sih)- yang setiap bulannya selalu tersedia di kulkas. Bahkan menu hari ini adalah salad sayur.

"Kau tau kalau sebenarnya sayur tersebut adalah hasil kebun paman Kenny?"

"Mana aku tau?!" umpat Levi dalam hati, "apa coba hubungan antara sayur dengan libur musim panas?"

Ya ada dong, Lev. Nih, baru mo dijelasin.

"Tahun ini, salah seorang petani yang selalu bekerja di salah satu ladang sayur milik paman Kenny tidak dapat bekerja karena suatu hal-"

Jeda yang menginterupsi kalimat Kuchel membuat Levi geregetan -pengen ngebacok orang rasanya.

"-Karena itu, untuk membantu dan sekaligus berterima kasih kepadanya. Ibu menawarkan paman Kenny bantuan yaitu dengan mempekerjakanmu di ladang miliknya selama libur musim panas!" ujar Kuchel seraya menebar senyuman -yang nge-troll tentunya-

SHIT

"APA?! KENAPA IBU BARU BILANG SEKA-"

Ucapan setengah berteriak yang Levi ucapkan dengan muka temboknya, terpotong akibat aksi cepat bin cekatan ibunya yang mendadak memasukkannya (dan barang bawaan miliknya) kedalam bis yang entah sejak kapan terparkir unyu didepan rumah.

Levi yang hendak kabur, tidak dapat keluar akibat pintu bis yang tertutup rapat. Dari jendela, ia dapat melihat ibunya yang semakin lama semakin menjauh melambaikan tangannya sambil berkata 'Hati-hati di jalan!' …

.

.

.

SIIIIAAAAALLAAAANNNNNN!

.

.

.

Mengingat sikap ibunya tadi yang cukup diluar dugaan, Levi hanya bisa menghela napas berat,. Ia merogoh saku bajunya dan mengambil handphone yang sedari tadi dalam mode silent.

.

Subject : Alamat

From : Ibu

"Levi, kau sudah sampai di pemberhentian desa Shigansina, kan? Maaf ibu baru memberitahumu soal rencana libur kali ini. Oh, hampir terlupa. Paman Kenny akan menjemput mu di sana. Hati-hati jangan sampai terkena sengatan matahari dan jaga kesehatanmu!"

.

Setelah membaca sebuah pesan singkat yang dikirimkan oleh ibunya barusan, ia bergumam, "Apa? Dia akan menjemputku? Bagaimana aku tahu kalau dia orang yang bernama Kenny atau bukan? "

TIINN…..TIIIIIIIIINN…..TIIIIIIIIINNNN!

Tepat beberapa saat kemudian. Sebuah mobil pick-up bercat merah berhenti di sisi jalan tempat Levi berdiri. Terlihat seorang pria setengah baya dengan gaya rambut disisir kebelakang mengendarai mobil tersebut, tersenyum seraya melambaikan tangannya kearah Levi.

" Yo, Levi! Perlu tumpangan?"

"Siapa kau?" Levi menjawab dengan dingin. Merasa malas menjawab pertanyaan dari orang yang baru saja ditemuinya.

Pria tersebut terkekeh-kekeh, lalu berkata, "Hahaha, sesuai dengan apa yang dikatakan Kuchel ternyata…" Ia lalu turun dari mobilnya dan menghampiri Levi, "aku pamanmu, Kenny. Sudah lama sekali sejak terakhir kali aku melihatmu, Levi. Terakhir kali itu saat kau masih kecil, bahkan saat kau masih digendong ibumu."

Kenny kembali tertawa. Levi menatapnya dengan jurus Death Glare andalannya. Kenny lalu berdehem dan menghentikan tawanya setelah melihat reaksi dari anak semata wayang adiknya tersebut.

"Baiklah! Kita langsung saja ke rumah. Bibimu sudah menyiapkan makanan yang lezat untuk menyambut kedatangamu. Kudengar kau menyukai olahan hasil kebunku, kan?"

"Tch, terserah kau saja," Levi membalas singkat perkataan Kenny dan langsung duduk di sebelahnya yang sedang bersiap-siap menghidupkan mobil.

Kenny membawa mobilnya melewati daerah ladang jagung yang luas. Lebih dari 10 menit pemandangan tersebut ditangkap oleh penglihatan Levi yang menatapnya dengan bosan dari balik kaca jendela mobil. Pemandangan jagung pun berganti dengan pemandangan lain.

Yaitu bunga matahari.

Levi yang sebelumnya menaruh perhatian ke layar handphonenya, terdiam takjub. Warna mahkota bunga yang kuning cerah, ditopang dengan tangkai dan daun bewarna hijau ditambah latar belakang pemandangan langit biru yang luas. Sangat melambangkan musim panas. Entah mengapa, terlihat sangat indah di obsidian biru kelabu miliknya.

"Berlibur di sini kelihatannya tidak buruk-"

.

.

.

"Selamat datang Levi!"

Levi menarik kopernya seraya berjalan menuju rumah Kenny. Sebuah bangunan yang cukup luas terbuat dari kayu yang kuat akan menjadi tempat Levi tinggal selama musim panas. Di sebelah kiri dan kanan terlihat beberapa tanaman sayur-mayur seperti mentimun dan tomat, ciri khas rumah petani pedesaan.

"Ayo cepat masuk! Hari ini cuaca sangat panas. Kau pasti lelah kan? Aku sudah menyiapkan sebuah kamar yang saaaangat bersih untukmu. Istirahatlah di kamarmu lalu langsung saja ke ruang makan kalau lapar, oke?"

Levi merasa amat sangat beruntung memiliki seorang bibi yang 'normal'. Sangat jauh dibandingkan dengan pamannya yang cukup nyentrik dan ibunya yang didiagnosis olehnya mengidap sindrom kepribadian ganda.

Levi menghela napas lega-

.

-Tapi keanehan yang terjadi bukan hanya itu saja Levi…

"Aku pulang- Ibu, tadi bibi Carla memberikanku ini."

"Ah, Mikasa! Kau datang disaat yang tepat. Ini kakak sepupumu, Levi. Mulai hari ini dia akan tinggal di rumah kita untuk membantu ayah sampai libur musim panas berakhir."

Seorang gadis kecil berbandana merah marun dengan wajah oriental yang dipanggil Mikasa tersebut datang dengan membawa sebuah wadah berisi semangka yang sudah dipotong-potong . Mengarahkan pandangannya kearah Levi.

Manik Mikasa yang bewarna hitam legam beradu dengan obsidian biru kelabu Levi. Tatapan Mikasa yang terlihat agak sayu dibalas dengan ekspresi datar dan dingin Levi.

Hening sejenak.

Mikasa yang sedari tadi menatapnya tanpa mengeluarkan sepatah kata pun membuat Levi berspekulasi yang aneh-aneh lagi tentang ketidak-'Normal'-an yang diduga menjangkit beberapa anggota Ackerman dikeluarganya.

"Apa-apaan bocah ini- jangan bilang kalau kau sama anehnya dengan bapakmu," umpat Levi dalam hati

.

"PFFFTTT…."

"Heh?"

"Salam kenal, aku Mikasa Ackerman. Mohon bantuannya Levi-san."

Mikasa pun berlalu setelah memberikan wadah berisi potongan semangka ke Ibunya. Meninggalkan Levi yang bingung dengan sikap ambigu Mikasa.

"Duh, Mikasa! Maaf ya, Levi. Mikasa memang seringkali merendahkan orang yang baru dikenalnya seperti itu," jelas bibi Levi -yang tak lain ibu Mikasa- kepada Levi yang masih kebingungan.

"Tuh, kan. Dia sama-sama Ackerman yang sejenis dengan bapaknya-"

.

.

.

.

l- To Be Continue -l

.


a/n

HALOOOOO~~~! SELAMAT SIANG! AUTHOR NACHI DISINI! ∠( ᐛ 」∠)_

Sebelumnya, terima kasih sebanyakbanyakbanyaknya untuk para readers yang rela menggunakan waktunya yang berharga untuk membaca fic gaje buatan author newbie ini… (´°ω°`) /cries

Author Nachi bisa dibilang author baru coretbikinakuncoret untuk masalah pembuatan fic. Jadiii tolong maafkan kekhilafan author dalam pengetikan fic ini… m(_ _)m kalau ada typo jangan sungkan-sungkan untuk bilang ke sayaaa~

Untuk fanfic pertama, author coba buat yang genre nya ringan-ringan dulu~

Bagi yang penasaran fanservice nya pada kemana, tenang aja. Chapter 1 masih pendahuluan. Di chapter yang akan datang ada kok~ /kedipkedip

Tapiii…. perlu ditekankan kalau di ff ini Levi umurnya 17 sedangkan si Eren seumuran dengan Mikasa, yaitu 10 tahun. Jadi, yaahh….. gak mungkin lah ada lelemonan atau semut…. bisa-bisa author diseret ke komisi perlindungan anak lagi (;¬_¬) . Sebagai gantinya diganti dengan yang rada-rada fluff dan ada manis-manisnya gitu~ /plakkk/

Okeeeyy…. sekian dari author. Sampai jumpa di chapter berikutnya!

-Yuu . Kanacchi