Hanya perlu bangkit; meski banyak luka pada raga, beribu hunjaman teralamat mental, dan goncangan untuk goyah pada jiwa. Semua berubah: semesta murka padanya.
.
Adit & Sopo Jarwo © MD Entertainment, Indonesia.
Hetalia – Axis Powers © Himaruya Hidekazu, Japan.
I gain no material profits by thinking, making/writing, and publishing this Indonesian National fanfiction.
~o0- a redemption of the world -0o~
written by INDONESIAN KARA.
rated: T (R-15). | genres: poetry, historical meaning.
language: INDONESIAN (Bahasa Indonesia). | notes: alternating universes, past-timed set.
arc I
h o p e
Satu langkah gontai ke depan, dengan berat ia lakoni. Dia tarik kembali tanah air dari jurang kehancuran. Dirakitnya kembali asa para kaum yang kepingannya berserak kehilangan guna di tanah, harapannya agar jadi satu asa lagi yang tak berkesirnaan di masa mendatang. Tak seorangpun tahu—apalagi mengerti—yang dilakukannya; selain satu pasang netranya yang masih terjaga, semuanya terpejam. "Mereka" lelap dalam mimpi indah tanpa sudah.
Ia tarik kain lusuh yang tampak jelas digunakan untuk membalut raga seseorang yang lain, separuh hati dia lakukan itu hingga sampai di suatu tempat dengan lubang menganga besar. Gerakan tangannya sejenak melemah, lantas mengatur nafasnya yang masih memburu dan tersengal. Satu gerakan selanjutnya, dengan menahan jeritan yang seharusnya tidak ia keluarkan, dilemparnya tubuh itu kepada jurang yang menganga.
Di dalam jurang itu, juga hanya kegersangan lingkup yang kentara untuk dinetra.
Selesai … semua sudah selesai. Suara batin itu melirih. Peluh membanjiri wajahnya yang sedari tadi kehilangan rona. Pucat dan pasi wajahnya kini telah menjadi biasa. Bahkan menatap mayat dan bangkai yang berserak di jejalanan, hanya dianggapnya suatu kelaziman belaka.
Dengan cekatan ia membalut beberapa luka yang menggores kulitnya, ada satu-dua yang dalam melukai. Dia meringis, perih mulai menyeruak dalam gemingan tanpa kata—darah segar kembali mengucur, turun, hingga berakhir menetes dan membasahi tanah yang tandus tiada flora. Ia menghela napas. Mengedip sekali, air mata setetes meluncur dari pelupuk matanya.
Tubuh tiada roh terkapar di sana-sini … mereka dibalut oleh merahan darah. Tatapannya yang kosong tidak mengacuhkan itu semua. Ia resah, didesahkannya suara lelah. Hatinya penuh gundah. Kemudian, matanya menatap lurus pada satu arah, pada langit suram tanpa warna. Dia menyimpan megaamarah, namun harus ditelannya kembali mentah-mentah.
Namun, ia tatap kembali tanah dengan ceceran darah … merah.
Tangan mengepal, begitu erat hingga kuku-kukunya menembusi telapak tangan. Perih dia abaikan. Persetan. Justru, ada sejuta kalimat yang ingin dia serukan.
.
.
.
… meskipun, takkan pernah bermakna di mata semua orang yang kedudukannya lebih tinggi darinya.
…
...
...
… haruskah kujeritkan …?
… biarpun takkan pernah bermakna;
… suara kehidupan dunia.
…
…
...
-finished chapter I-
Fanfiksi singkat dengan tema yang berat. Hmm~
