Everything I do Is Just for You
Warning: Typo, garing kriuk-kriuk, no comedy, romance kurang
Fairy Tail hanya milik bang Hiro
Erza hanya milik Jellal#ditimpuk bang Hiro
#######
-Happy Reading-
Pagi hari yang cerah untuk menjalani aktivitas menuntut ilmu di Fairy Academy. Tepatnya di kelas XI-F, para siswa seharusnya semangat untuk memulai pelajaran pertama mereka, tapi yang terlihat malah suara bising para penghuni kelas ini, ada yang mengobrol, ada yang menguap ngantuk, ada yang tidur, malahan ada yang berantem, gaduh sekali.
"Sini kau Gray!"
"Kau yang kemari, flame head!"
"Aish, mereka berdua berisik sekali, aku jadi tidak bisa membaca majalah dengan tenang", yah dua suara sebelumnya pasti sudah bisa ditebak siapa pemilik suara itu, tapi yang ini adalah suara Lucy, yang sedang terganggu membaca majalah mingguan favoritnya.
BLETAKK!
BLETAKK!
"ADAWWW!SIAPA YANG MELEMP...", Natsu dan Gray berteriak bersamaan sambil memegangi kepala mereka, dan bersiap menerkam orang yang melempar penghapus dari belakang, hingga kepala mereka benjol, tapi ketika menengok ke belakang, mereka tidak jadi melanjutkan kata-kata mereka.
"HENTIKAN PERKELAHIAN BODOH KALIAN?!", kalian tahu siapa pemilik suara ini? Kalian pasti berpikir pemilik suara ini adalah seorang titania, aka Erza, tapi jangan salah, di cerita ini Erza bukanlah orang yang mengerikan layaknya monster, tapi ia adalah gadis anteng yang sangat cantik dan anggun. Dan pemilik suara diatas adalah suara guru killer layaknya monster.
"LAXUS-SENSEI!"
"CEPAT DUDUK!"
CTARRRRR! Tuh, kena petirnya, eh maksudnya death glarenya Laxus-sensei kan.
"Hai'!", Natsu dan Gray langsung kembali ke bangkunya.
"Ya ampun, kau bisa tidak sih berhenti membuat keributan", ucap Lucy sambil geleng-geleng kepala kepada Natsu yang urutan duduknya di samping kiri meja Lucy, kini majalahnya Lucy sudah ia sembunyikan di laci meja, gawat kan kalau ketahuan guru killer itu.
"Awas kau Gray!", gerutu Natsu yang kini tengah saling beradu tatapan dengan Gray.
"Ehem, maaf hari ini sensei terlambat, berhubung hari ini ada murid baru, pindahan dari luar negeri. Silahkan masuk", Laxus-sensei sedang memenyuruh seseorang untuk masuk
"Hah, murid baru?"
"Dari luar negeri?"
"Pasti orang yang hebat"
Para murid sedang berbisik-bisik seperti apa murid baru itu. Kini murid baru tengah memasuki kelas. Para siswi terbengong begitu terpesonanya melihat murid baru yang sangat tampan, bertubuh atletis, berambut azure, dengan iris coklat, errr benar-benar tampan.
"Perkenalkan. Jellal Fernandes, yoroshiku", kata murid baru itu memperkenalkan diri.
Erza yang dari tadi sedang menyelesaikan tugas PR jam pelajaran siang, dan yang tadi tidak mempedulikan kegaduhan kelas, bahkan kedatangan Laxus-sensei saja tidak tahu, langsung tersadar dari konsentrasinya mendengar suara murid baru tengah memperkenalkan diri.
"Suara itu, sepertinya aku pernah mendengar", gumam Erza yang tengah menghentikan aktivitasnya sebentar tanpa melihat ke depan kelas, lalu kembali lagi melanjutkan aktivitasnya.
"KYAAA! Tampan sekali!"
"Aku ingin menjadi pacarnya"
"Tidak, dia akan menjadi pacarku"
"Tidak, itu aku"
Begitulah, para gadis di kelas itu malah berebut ingin menjadi pacar murid baru itu. Berhubung Lucy sudah sama Natsu, ia jadi nggak bisa ikut-ikutan ngerebutin Jellal.
"Baiklah Jellal, kau bisa duduk di meja kosong itu", ucap Laxus-sensei.
"Hai', arigato sensei", jawab Jellal memberi hormat lalu melangkah menuju satu bangku kosong di kanan dekat bangku Erza. Ia menatap ke arah Erza yang sedang sibuk menyelesaikan tugasnya.
"Hisashiburi, Erza Scarlet", bisik Jellal di dekat Erza sebelum ia duduk di kursinya. Erza yang mendengar ada yang mengajaknya bicara, ia langsung menghentikan aktivitasnya.
"Suara ini, jangan-jangan—", Erza menoleh ke samping kanan, kedua matanya terbelalak, betapa terkejutnya ia.
"Je-Je-Je—", Erza terbata-bata begitu kaget campur takut.
"Jellal Fernandes, apakah begitu sulit untuk menyebut namaku?"
"Jellal...", ucap Erza lagi, ia gemetaran.
'Tidak, itu pasti halusinasiku saja, aku pasti terlalu lelah', batin Erza, ia menyangkal apa yang dilihatnya dan kini menutup matanya.
"Sayangnya itu bukan halusinasi, Sayang", jawab pria itu, Erza kembali membuka matanya dan menoleh lagi ke samping, matanya terbelalak tak percaya dan suaranya tercekat tak bisa keluar. Wajahnya kini sangat pucat.
Yang ditatap malah tersenyum menyeringai sambil menopang dagunya, memandangi Erza.
"Kau tidak berubah, tetap cantik, Sayang", ucap Jellal masih terus memandangi Erza. Erza langsung berdiri menggeser kursinya keras dan berhasil menarik perhatian seisi kelas, termasuk Laxus-sensei.
"Erza, ada apa? Kenapa wajahmu pucat? Apa kau sakit?", tanya Laxus-sensei.
"Sumimasen, sensei. Aku tidak enak badan, bolehkah aku izin ke ruang kesehatan?", izin Erza.
"Hmm, baiklah. Cepatlah sembuh", jawab Laxus-sensei memberi izin.
Kini Erza tengah berada di ruang kesehatan. Ia berada di atas ranjang, sedang bersandar dan merengkuh kedua kakinya, meletakkan dagunya di lututnya.
"Jellal? Bagaimana mungkin dia ada disini? Tidak, aku pasti berhalusinasi, pasti ini mimpi. Tapi semalam aku tidak tidur, pasti ini karena aku lelah mengerjakan PR", ia kemudian merebahkan tubuhnya di kasur, dan tertidur.
-SKIP TIME-
Bel istirahat berbunyi, Erza segera keluar dari ruang kesehatan menuju kelas. Kini ia sudah hampir sampai di kelasnya.
"Gawat, aku belum menyelesaikan PR-ku, kurang sedikit lagi, seharusnya semalam aku tidak menonton film horror, sekarang aku jadi berkhayal, tapi kenapa khayalanku harus Jellal! Arrghhh", Erza mengacak-acak rambutnya frustasi.
GREEPP! Tiba-tiba ada yang menahan lengan tangannya.
"Kenapa kau harus mengacak-acak rambut indahmu, Sayang? Aku datang jauh-jauh untuk melihatnya tahu", ucap seseorang.
"HUAAAAHHH! Please jangan menghantuiku, onegai!", Erza mencoba lari. Tapi tangannya kembali dicengkram. Orang itu membalikkan tubuh Erza agar menghadapnya.
"Kenapa kau ketakutan begitu? Aku bukan hantu, apa kau sudah lupa padaku?", pria itu menatap serius Erza, yang ditatap terlihat frustasi.
"Apakah kau nyata? Apakah ini kau Jellal?", Erza mengangkat tangannya menyentuh pipi Jellal dengan gemetaran. Jellal menyentuh tangan Erza yang kini sedang menyentuh pipinya.
"Ini aku, Jellal, Erza aku merindukanmu", ucap Jellal dengan membelai rambut Erza. Erza menutup matanya, menikmatinya, perasaannya bercampur aduk, ia ingin menangis, tapi ia tidak bisa.
"Maukah kau pulang bersamaku?", mendengar kata-kata Jellal ia langsung membuka matanya lebar-lebar dan menepis tangan Jellal.
"Jadi itu tujuanmu? Bagaimana bisa kau menemukanku? Tidak, aku tidak akan ikut denganmu. Aku tidak akan kembali. Kembalilah kau!", bentak Erza. Kemudian ia pergi berlari meninggalkan Jellal sendiri.
"Erza...", gumam Jellal sambil melihat tangan yang tadi menyentuh tangan dan rambut indah Erza.
Tidak disangka, ada sepasang mata yang daritadi memperhatikan mereka berdua.
"Apa yang sebenarnya terjadi? Erza..."
-SKIP TIME-
Terdengarlah suara penanda jam pulang sekolah, sebut saja bel. Seisi kelas kini berhamburan keluar setelah memberi hormat pada sensei yang sekarang sudah meninggalkan kelas XI-F.
Erza menghela napas lega, kini tengah merapikan bukunya dan memasukkan ke dalam tasnya. Ia sudah selesai berberes dan kini mulai beranjak pergi dari bangkunya. Namun, tiba-tiba tangannya ada yang mencengkram.
"Erza...", Erza menghadap ke arah orang yang meraih tangannya itu dan membelalakkan matanya.
"Jellal..le-lepaskan aku", pintanya dan mencoba melepaskan cengkraman itu.
"Tidak akan, sebelum kau menjawab pertanyaanku", wajah Jellal kini berubah serius.
"Sudah kubilang aku tidak akan ikut denganmu!", balas Erza, suaranya begitu lemah akibat kelelahan.
"Erza...apa kau bahagia sekarang?", tanya Jellal mendekatkan kepalanya ke telinga Erza dengan suara yang kini malah terdengar seperti berbisik.
"Tolong Jellal, biarkan aku pergi. Kasihanilah aku.", Erza meronta-ronta meminta dilepaskan.
"Apakah kau bahagia?", lagi-lagi Jellal mengulangi pertanyaannya.
"Apa yang kau katakan? Jellal, aku..."
"Erza!", teriak seseorang di depan pintu kelas. Jellal melepaskan cengkramannya dan mengambil sikap seolah tidak terjadi apa-apa, begitu pula Erza. Lalu seseorang yang berdiri di depan pintu itu melangkahkan kaki memasuki kelas menuju mereka berdua berada.
"Apa yang sedang kalian lakukan?"
"Ti-tidak ada, Gray."
"Begitukah? Aku, Natsu dan Lucy akan ke kafe favorit kita, ayo ikut.", ajak orang itu yang ternyata adalah Gray.
"Oh, baiklah.", jawab Erza singkat.
Tap tap tap tap
"Erzaaaa."
"Kenapa kau ikut kembali, Lucy?", tanya Gray pada Lucy yang baru saja datang dan langsung memeluk Erza.
"Waaah aku merasa bersalah meninggalkan Er-chan begitu saja.", jawab Lucy dengan gaya alaynya sambil meluk Erza erat-erat.
"Er-chan?", Jellal mengernyitkan dahinya mendengar pangilan itu.
"Nee Lucy, ayo kita pergi.", Erza yang menyadari keheranan Jellal langsung menarik Lucy menuju keluar.
"Ee chotto, Jellal mau ikut kita?", ajak Lucy pada Jellal. Tiga manusia yang ada disitu kecuali Lucy kaget. 'Lucy mengajak Jellal?', itulah yang ada di pikiran Erza dan Gray. Menyadari suasana tidak enak pada mereka berdua itu, Jellal berupaya menolaknya.
"Ah tidak, lanjutkan saja acara senang-senang kalian.", tolak Jellal halus.
"Ah kau bicara apa. Kami semua belum berkenalan secara dekat denganmu. Jadi inilah kesempatan yang pas. Ayo pergi!", Lucy menarik tangan Jellal dan Erza dengan wajah riangnya. Jellal tidak bisa bertindak apa-apa, begitu pula Erza. Gray masih diam di belakang lalu mengekor mereka bertiga.
-SKIP TIME-
Di kafe, terlihat Natsu dan Lucy yang paling heboh. Erza, Gray, dan Jellal terlihat biasa saja.
"Yo, mari kita berpesta!", seru Natsu.
"Jangan teriak-teriak, Baka! Malu-maluin tahu", komen Gray pada tingkah norak Natsu.
"Oh iya, mari kita mulai perkenalannya. Namaku Lucy Heartfilia. Gadis paling ceria di kelas. Salam kenal.", ucap Lucy dengan wajah riangnya.
"Aku Natsu Dragneel. Pria terpanas pembangkit suasana di kelas. Tanpa aku, kelas tidak akan ramai. Hahahaha", aku Natsu yang langsung mendapat pukulan keras dari Lucy di kepalanya.
"Aku Gray Fulbuster.", ucap Gray singkat dan dingin.
"Yaelah Gray, jangan sok cool deh, kasih cuap-cuap dikit napa", sahut Natsu.
"Apa itu cuap-cuap?", tanya Jellal sembari mengernyitkan dahinya.
"Eh, itu...", ucap Lucy menggantung, ia bingung harus bagaimana menjelaskan. Selama ini kan kata-kata gaul hanya diikuti tanpa tahu arti yang sebenarnya, yang penting mengerti maksudnya.
"Bisakah kalian menggunakan bahasa yang biasa saja? Kasihan kan Tuan Amerika ini tidak bisa menyerap percakapan kalian.", Gray angkat bicara.
"Oh iya ya, hehe. Oke Erza, sekarang giliranmu.", sahut Natsu sambil nyengir kuda.
"Aku Erza Scarlet, yoroshiku."
"Scarlet?", ucap Jellal yang seperti pertanyaan.
"Kenapa Jellal?", tanya Lucy.
"Ah tidak"
"Sekarang perkenalkan dirimu, kau darimana, apa hobimu, dan sebagainya.", jelas Lucy.
"Namaku Jellal Fernandes. Aku dari Amerika. Hobi? Mungkin olahraga."
"Wah, kau beneran dari Amerika? Dari sekolah mana?", tanya Lucy antusias.
"Era Academy."
"Wah, kau pasti pintar bahasa Inggris. Kapan-kapan ajari aku ya!", pinta Natsu.
"Tentu."
"Oh ya, Jellal mengapa kau pindah ke sekolah kami? Apakah karena bisnis keluargamu?"
"Emang itu kasusmu, Luce.", sahut Natsu yang langsung mendapat lemparan tajam dari Lucy seakan berkata 'DIAM'. Gray merasa tertarik dengan pertanyaan itu, ia berusaha menyimak namun tetap dengan sikap santai.
"Aku mencari seseorang.",
"Uhuk...uhukkk...", Erza yang daritadi sedang menyedot jus stroberinya langsung tersedak mendengar jawaban Jellal.
"Kau tidak apa-apa Er-chan?", tanya Lucy khawatir sambil menepuk bahu Erza.
"Daijoubu, Lucy.", jawab Erza singkat sembari mengelap bibirnya dengan sapu tangan. Wajahnya masih sedikit terlihat kaget, ia berusaha normalkan kembali.
"Oh iya Jellal, siapa yang kau cari? Kekasihmu kah? Hoho.", goda Lucy.
"Eh, rahasia.", reaksi Jellal sedikit aneh. Wajahnya sedikit memerah? Gray yang daritadi diam saja, diam-diam mengamati Jellal dan Erza yang terlihat aneh.
"Apa kau sudah menemukan orang itu?", kali ini bukan Lucy atau Natsu yang bertanya, melainkan Gray.
"Sepertinya.", jawab Jellal singkat dan sedikit menatap ke arah Erza. Erza yang menyadari sedang ditatap membalas tatapannya.
"Namun sepertinya aku tidak bisa membawanya bersamaku.", lanjut Jellal dan masih menatap Erza. Tatapan itu, bagi yang menyadarinya, adalah tatapan kerinduan.
"Sudah, akhiri percakapan menyedihkan ini. Bukankah kita mau bersenang-senang.", giliran Erza angkat bicara.
"Kok kamu hari ini tidak banyak bicara, Erza? Apakah kamu masih sakit?", tanya Lucy agak khawatir. Namun Erza menggeleng dan sedikit tersenyum.
"Ah kau benar Erza. Kita akhiri saja pembicaraan menyedihkan ini. Aku permisi ke toilet.", pamit Jellal kepada yang lainnya.
Sepuluh menit berlalu, Jellal keluar dari toilet. Disamping pintu, bersandarlah Gray yang sepertinya sedang menungguinya sambil menyilangkan tangan di dada.
"Apa hubunganmu dengan Erza?", tanya Gray dingin.
"Apa kau menyadari sesuatu?", Jellal balik bertanya dengan sedikit menyeringai.
"Aku bilang apa hubunganmu dengan Erza? Aku sudah dua kali melihat kalian berdua berbicara dari dekat, namun wajah Erza begitu ketakutan.", kali ini wajah Gray sedikit mengerikan.
"Apa kau menyukai Erza?", lagi-lagi Jellal malah balik bertanya. Kini Gray mencengkram kerah seragam Jellal. Ia terlihat sangat emosi.
"Ingat, aku tidak akan membiarkan Erza sedih. Sejak kemunculanmu hari ini, wajah Erza berubah menjadi muram, tidak seperti biasanya. Jika kau salah satu sumber dari kesedihannya, aku tidak akan membiarkan kau mendekatinya.", ancam Gray. Jellal hanya bisa menyeringai licik, dan itu membuat Gray bertambah Emosi.
Piip! piip! piip! piip!
Terdengar nada ponsel yang terus berbunyi yang kedengarannya seperti sinyal tanda peringatan. Mereka berdua terkejut mendengarnya. Lalu Jellal menepis cengkraman Gray kemudian merogoh saku celananya dan mengambil benda yang seperti ponsel itu. Begitu Jellal membuka ponselnya, kedua matanya terbelalak kaget, namun nada ponselnya tidak segera dimatikan.
"Gawat!", Jellal berlari meninggalkan Gray yang kini memasang wajah bingung.
###
Gray kini sudah kembali ke teman-temannya dan mulai duduk di kursinya.
"Lhoh, mana Jellal?", tanya Natsu.
"Dia ada urusan.", jawab Gray yang kini masih memasang wajah kesal, namun tidak disadari teman-temannya. Erza hanya memandang Gray dengan tatapan penuh arti.
###
Kau sosok malaikat maut cantik
Wajahmu yang mengerikan begitu menipu
Membuatku tenggelam dalam cintamu
Rambut gelapmu, begitu menyala di malam yang kelam
Pedang runcing indahmu begitu dingin bagai es
Kau sosok malaikat maut berwajah bidadari
Begitu ganas di medan perang, matamu menyala tajam
Siap-siap untuk menerkam mangsa
Namun kurasakan suatu kelembutan pada dirimu
Yang tidak ada seorangpun yang mampu merasakannya
Kecuali diriku
Mungkin hanya paras cantikmu yang akan dipuja semua orang
Tapi tidak denganku, bersama denganmu di kegelapan yang kejam
Ingin kulindungi dirimu di sampingku
Takkan kubiarkan segores luka terukir di wajah cantikmu, juga hatimu
Kau malaikat maut cantik
Penghias hatiku.
-to be continued-
Hello, thanks for reviewing my fanfict "I Got You"
I hope you like this fict and my other fanfictions, ^o^
