Anzu In Wonderland
Chapter 1
Disclaimer : Yu-Gi-Oh! dan Alice in Wonderland bukan milik saya melainkan milik Kazuki Takahashi dan Lewis Carol
Anzu sedang menghadiri pesta ketika ia melihat seorang anak kecil manis berambut spike dan mengenakan kostum kelinci berjas berlari-lari seraya melihat jam sakunya.
"Celaka, aku terlambat!" kata anak kecil itu.
Anzu penasaran ke mana anak kecil itu pergi dan mengikutinya hingga terperosok ke sebuah lubang yang cukup dalam. Ia bertanya-tanya di mana ujung lubang yang gelap itu dan mendapatkan jawabannya ketika mendarat di sebuah tanah lapang yang cukup luas.
"Aduh ..." Anzu mengusap-usap pantatnya yang sakit karena menubruk tanah keras sekali. Ia baru menengadah ketika seseorang di hadapannya mengulurkan tangan padanya seraya tersenyum manis.
"Anda bisa berdiri?" tanya orang itu tetap dengan senyum manis terpancang di bibir tipisnya.
Anzu mengangguk dan meraih tangan itu untuk membantunya berdiri. Ia menegakkan lututnya agar tidak goyah dan mengibas-kibaskan pakaiannya yang kotor akibat jatuh tadi. Pria yang tadi menolongnya masih tersenyum padanya dan bertanya.
"Ada yang terluka?" Anzu menggeleng. "Syukurlah, saya sempat khawatir ketika Nona tiba-tiba terjatuh dari langit tadi. Tapi untungnya Anda tdak apa-apa," kata pria itu lembut.
Anzu memperhatikan pria itu dengan takjub. Seorang pria bertubuh kurus dengan setelan tuxedo tailcoat berwarna biru indigo dengan topi sutra berwarna senada yang bertengger di atas rambutnya dengan rapi. Anzu menaksir tinggi pria itu sekitar 163 cm. Pria itu memiliki rambut teraneh yang pernah dilihat Anzu, rambut spike dengan tiga lapisan warna dengan poni kuning yang membingkai wajahnya dengan halus. Matanya tajam, penuh dengan api semangat dan jiwa petualang; yang juga terlihat berwarna merah gelap (crimson) keunguan. Meski penampilannya agak gahar (menurut Anzu), namun pria itu tampak sangat ramah dan lemah lembut. Tak seorangpun akan mengira kalau pria bertampang preman itu seorang bangsawan perlente yang sangat bagus tata kramanya (ini juga menurut penilaian Anzu, padahal orang di hadapannya itu sebenarnya agak-agak).
"Nona? Anda melamun?" pertanyaan pria itu seketika menyadarkan lamunan Anzu.
"Ah, tidak!" jawab Anzu tergagap, salah tungkah. "Maaf, Tuan. Ini di mana?" tanyanya.
Pria itu lagi-lagi tersenyum, sehingga Anzu makin salah tingkah dibuatnya. "Ini Wonderland, tempat segala macam mimpi indah dan khayalan terbaik berada," jawab pria itu pelan. Anzu terkagum-kagum mendengar penjelasan pria itu. "Ng, seharusnya sih begitu ..." wajah pria itu mendadak muram. Ada bias kekecewaan di wajahnya yang tampan.
"Kenapa?" tanya Anzu penasaran.
"Sebaiknya kita bicarakan hal itu sambil minum teh. Mari," Pria itu berbalik dan mengisyaratkan agar Anzu mengikutinya. Anzu hanya bisa menurut, dan mengikuti langkah pria itu.
***
Di perjalanan ...
"Selamat siang, Mad 'Atem' Hatter!" sebuah suara lembut menyapa. Baik Anzu maupun pria bertopi sutra yang dipanggil Atem itu mencari-cari darimana suara yang nggak jelas barusan berasal.
"Hei, aku ada di sini lhoooo!" suara itu menukas tegas dari atas pohon, membuat Anzu dan Atem langsung menoleh ke sumber suara.
"Oh, maafkan kami. Tuan Chesire 'Katsuya' Cat. Kami tak melihatmu. Maukah kau menampakkan dirimu?" pinta Atem dengan senyum manis tersungging di bibirnya.
"Oh, baiklah!" sambil berkata demikian, Katsuya muncul di hadapan mereka dengan bunyi 'plop' pelan. Penampilannya seperti anak remaja pada umumnya dengan rambut pirang dan mata coklat madu, hanya saja telinga, cakar, dan ekor kucingnya membuatnya tampak 'berbeda' dengan yang lainnya. "Siapa wanita yang ada di dekatmu itu, Hatter? Diakah orang yang disebutkan dalam ramalan Absolem Catterpilar? Apakah dia bisa menyelamatkan kita?" tanya Katsuya penuh selidik, mata coklat madunya meneliti Anzu dari atas sampai bawah.
"Oh, Nona ini baru saja jatuh dari langit, Tuan Chesire. Ya, saya harap beliau bisa membantu kita," jawab Atem sopan.
Membantu? Membantu apa maksudnya? Anzu bertanya-tanya dalam hati.
"Oh ya, saya benar-benar terlupa. Sejak awal kita berbicara beberapa saat yang lalu saya tidak menanyakan nama Anda, Nona. Maafkan keteledoran saya. Nama saya Mad Hatter, Nona?" tanya Atem seraya membungkukkan badannya pada Anzu.
"Anzu ... Mazaki," jawab Anzu takut-takut. Ia nampak tidak terbiasa dengan situasi yang canggung ini, diperhatikan oleh orang lain seolah-olah dia adalah orang yang patut dicurigai.
Diluar dugaan, Atem tetap tersenyum lembut padanya dan berujar. "Baiklah Nona Anzu. Anda tak keberatan kan bila saya mengajak Anda ke rumah saya untuk membicarakan sesuatu? Saya membutuhkan bantuan Anda."
Anzu agak ragu-ragu mendengar permintaan Atem, namun ia nekat menyanggupinya. "Baik, aku akan berusaha membantumu semampuku. Asalkan kau menceritakan semua yang terjadi."
Atem terdiam mendengar jawaban Anzu. Pria bertopi sutra itu memejamkan matanya sejenak sembari menarik nafas panjang. Lama ia berada dalam keadaan seperti itu sampai akhirnya ...
"Baiklah," Atem membuka matanya. Kali ini mata crimson keunguan itu tampak sigap dan waspada. "Setelah saya mengumpulkan semuanya, saya akan menceritakan semua yang Nona Anzu inginkan. Sekarang, mari kita lanjutkan perjalanan. Rumah saya tak jauh dari sini." Atem menunjukkan sebuah arah dan menyuruh Anzu mengikutinya.
"Oh ya, ini untuk Anda. Minumlah Pishsavers ini saat Anda terdesak! Cairan itu akan membuat tubuh Anda mengecil dan makanlah Upelkuchen—kue pembesar, ini pada saat situasi aman," ujar Atem seraya memberikan benda-benda yang disebutkannya ke tangan Anzu. Anzu memasukkan kedua benda itu ke dalam sakunya.
Sebelum mereka berdua beranjak dari tempat itu, Atem berkata pada Katsuya. "Saya harap Anda juga hadir dalam pertemuan itu, Tuan Chesire."
Katsuya tersenyum jengah. "Jangan khawatir, Hatter! Aku akan sampai di sana dalam waktu kurang dari 5 detik!"
Tubuh pemuda kucing itupun segera menghilang setelah berkata demikian. Atem dan Anzu berjalan dengan langkah cepat menuju tempat yang disebutkan Atem tadi.
"Bantuan apa yang kau harapkan dariku? Kau ingin aku menyelamatkan kalian dari apa? Kenapa kau agak kecewa setelah kau membanggakan negeri yang katamu mewujudkan mimpi dan khayalan terindah ini?" Anzu tak dapat lagi menahan rasa ingin tahunya.
Namun Atem tetap terdiam sepanjang perjalanan. Anzu mengira Atem sudah tak mau lagi berbicara padanya dan ikut terdiam. Baru ketika mereka tiba di sebuah tempat yang amat rapat dengan pepohonan, pemuda bertopi sutra itu menghentikan langkahnya dan bertanya.
"Nona Anzu, apakah Anda tahu siapa penguasa negeri ini?"
"Eh?! Aku rasa seorang yang baik kan? Semacam ratu yang baik hati atau raja yang ramah, begitu. Kenapa kalian tampak tidak senang?" Anzu malah berbalik tanya.
"SEBAB DI SINI SUDAH TAK ADA LAGI YANG SEPERTI ITU!" Atem mendadak menjawab dengan suara keras yang membuat Anzu terkejut karenanya. "YANG ADA DI SINI SAAT INI HANYALAH RATU BERTAMPANG JELEK, SUPER MENOR, MENJIJIKKAN, MANJA, SADIS, NARSIS, ..." pemuda itu terus-menerus mengucapkan kata makian tanpa merendahkan suaranya sedikitpun, Anzu semakin rikuh mendengarnya. Ia bergidik ketakutan. Sadar sikapnya berlebihan, Atem melunakkan nada bicaranya. "Maaf, tapi di negeri ini sudah tidak ada lagi penguasa yang baik hati dan ramah. Semuanya berubah saat penjahat itu datang kemari dan mengacaukan kedamaian kami."
Anzu menunduk sedih, tak tahu harus bagaimana untuk memecahkan masalah ini.
"Maaf, saya sudah bersikap kasar pada Nona Anzu. Oh ya, silakan masuk! Ini rumah saya," kata Atem membuka pintu rumahnya dan mempersilakan gadis manis di dekatnya itu masuk.
Anzu menurut dan masuk ke rumah pemuda berambut spike yang ditutupi topi sutra itu. Begitu dilangkahkan kakinya ke ruang makan, tampaklah orang-orang dengan kostum aneh seperti Katsuya (Anzu mengira Katsuya mengenakan peralatan cosplay, jadi ia tidak begitu menganggap serius kata-kata Atem) sedang mengelilingi meja makan. Penampilan mereka aneh-aneh. Ada si kembar berambut putih panjang dengan raut wajah berbeda, pria berambut coklat gelap dengan kostum tikus yang nampaknya sangat kelelahan dan mengantuk, pemuda berambut coklat muda dengan kostum ulat biru yang wajahnya nampak dingin dan tak bersahabat, pemuda berambut agak ikal dengan kostum kelinci yang nampaknya agak gembira, dan Katsuya.
Atem segera bergabung dengan mereka dan mengambilkan kursi untuk Anzu duduk. Anzu segera mengambil tempat yang disediakan Atem dan duduk dengan takut-takut.
"Hatter, siapa yang kau bawa?" si kembar berambut putih bertanya.
"Lagi-lagi si pembuat topi kerajaan ini bikin ulah ya? Apakah gadis yang kau bawa itu bisa menolong kita?" pemuda berkostum ulat berkomentar.
"Lihat! Ekor saja dia tak punya! Dan lagi apa yang dikenakannya ini?" pemuda berambut ikal yang berkostum kelinci itu mengangkat rok Anzu yang segera ditepis oleh Atem.
"Dia tamuku! Jadi ... jangan macam-macam!" ancam Atem dengan raut wajah seram. Pemuda berambut ikal itu segera mundur beberapa langkah dari Atem, dan duduk di tempatnya.
Atem segera menoleh ke arah Anzu dengan senyum tanpa dosa seolah tak terjadi apa-apa barusan. "Nah, Nona Anzu. Mari saya perkenalkan teman-teman saya, penghuni Wonderland ini. Si kembar berambut putih panjang itu Tweedle Dee dan Tweedle Dum."
"Ah, panggil kami 'Ryo' dan 'Bakura' saja ya, Anzu-chan!" ujar mereka berdua dengan raut wajah yang berbeda. (Ryo tersenyum manis, sedangkan Bakura menyeringai menakutkan!)
"Yang tertidur itu namanya Sleepy Mouse, biasa dipanggil 'Honda'," kata Atem lagi. Yang bersangkutan tidak bereaksi dan tetap melanjutkan mimpi indahnya. "Maaf, tampaknya dia kelelahan sekali. Ng, tapi dia memang selalu tertidur kapan saja dan di mana saja sih."
Yeee, gimana sih? Rutuk Anzu kesal dalam hati.
"Kucing yang tadi kita temui di jalan itu namanya Chesire Cat, nah ulat itu namanya Absolem Catterpilar. Dia peramal terhebat di Wonderland ini," Atem menunjuk dua orang yang disebutkannya. Tapi yang berkostum ulat menunjukkan wajah tidak suka dan menggerutu tidak jelas. "Kuharap kau memanggilku dengan sebutan 'Seto' saja. Aku benci dipanggil ulat terus!"
Tapi, kau kan memang ulat! Tukas Anzu dalam hati lagi. Kali ini dengan perasaan heran dan tak habis pikir.
"Trus, yang tadi mau nyingkapin rok kamu itu namanya March Hare. Dia biasa dipanggil 'Otogi' sih. Maafkan sikapnya yang agak slenge'an itu," kata Atem pelan yang langsung diprotes keras sama Otogi. "Hei, yang slenge'an siapa?!"
"Oh, ng Tuan Hat—"
"Aah, kalau saya dipanggil saja dengan sebutan 'Atem'! Nona tak keberatan kan?" pemuda pembuat topi itu segera memangkas perkataan Anzu dan membuatnya terdiam seketika.
"Ah, iya ya," Anzu semakin nggak habis pikir dengan para penghuni negeri ajaib ini. Kok rasanya nggak ada seorang pun yang waras, ya? Padahal tadinya kupikir Tuan Atem bangsawan yang halus tata kramanya, ternyata malah 'agak-agak'! Keluh Anzu dalam hati.
"Nah," Seto memberi tanda agar semua yang hadir memperhatikannya. "Sekarang kita masuk ke pokok masalah. Mc Twisp 'Yugi', bisa minta tolong bukakan gulungan 'itu'?"
Anak muda berkostum kelinci berjas yang pernah dilihat Anzu sebelum terperosok ke Wonderland itu segera mengajak mereka semua pergi ke lapangan. Tapi Atem, Honda, dan Otogi menolak untuk ikut dan terpaksa anak yang bernama Yugi itu menyeret yang lainnya dengan berat hati ke tempat yang dimaksud Seto.
To Be Continued
Note:
Ini adalah fic pertama saya. Jadi mohon maaf bila jelek dan tidak dimengerti. Saya selalu ingin membuat tokoh utama dari suatu manga berperan jadi 'karakter yang berbeda', ya hasilnya jadi seperti ini! Atem yang biasanya penuh semangat dan sedikit agresif jadi tokoh yang sinting macam Mad Hatter. Anzu yang pemberani jadi sedikit pengecut, dan lain sebagainya.
Saya harap kritik dan saran dari Anda semua para pembaca fic ini. Sampai jumpa di chapter depan!
