Summary : aku melakukan ini karena bukan hanya sekedar bersetubuh, tetapi aku tahu ada perasaan lain yang belum bias ku ungkapkan. Aku tak suka melihat air matamu, aku benci melihat isakanmu. Aku tahu kau sakit dan begitu pula denganku, aku mencintaimu. Tetapi ada sebuah dinding yang harus aku hancurkan demi mendapatkanmu seutuhnya, bukan hanya pemilik sah tubuhmu, begitu pula dengan hatimu. Tunggulah, aku akan datang dan menjadi pangeran yang akan meraikmu dari kelamnya palung yang aku ciptakan.
Disclaimer : ?
Genre : romance, hurt/confort
Rated : M
Pair : Haehyuk
Warning : OOC, OC, bahasa maksa, Typo(s) d.l.l
Don't like
Don't read
Enjoy
.
.
.
NONE SENSE? (DON'T NAIVE)
.
.
.
Author POV "H-Hae, hen-tikan ini sakit" Eunhyuk dengan wajah memerah berusaha menghentikan sahabat karibnya selama tujuh tahun ini, sahabat karib yang tidak seperti sahabat karib karena tidak ada sahabat yang tega menyetubuhi sahabatnya sendiri. Karena selain mereka tidak ada hubungan lebih dari sekedar sahabat, sang sahabatpun, Lee Donghae yang memang diketahui telah memiliki kekasih hati dan orang itu bukanlah Eunhyuk. Sakit hati? Memang, menikmati? Bagi Eunhyuk tidak sama sekali, bagaimana kau bisa menikmati itu jika disetubuhi hanya untuk pelampiasan saja? Bukan cinta dan bukan dari hati. Ia sakit, tapi ia tidak bisa melakukan perlawanan, memusuhi Donghae bukanlah jalan keluar karena orang tuanya sangat mencintai Donghae, Donghae bagaikan udara dalam kehidupannya selalu ada dimana ia berpijak, menyangkal keinginan Donghae? Sudah sering ia lakukan, akan tetapi Donghae sama sekali tidak ingin mengerti atau Donghae bahkan bisa lebih menyakitinya lagi. Hanya pasrah, hanya menunggu hingga Donghae bosan dengan tubuhnya dan mencampakannya, memang ia sangat terluka, terlebih Donghae telah merebut kesuciannya tetapi hanya itulah jalan ketika ia terlepas dari jerat Donghae. Ia sering menangis karena ini, ia kecewa dengan dirinya karena dengan leluasanya Donghae merasakan apa yang ada dalam dirinya, merasakan semua rasanya tanpa ada perasaan sedikitpun. Walaupun demikian asalakan Donghae tidak membuat eommanya sakit lagi, dan tidak seperti dulu itu sudah cukup, pernah Eunhyuk memusuhi Donghae karena hal ini karena ia terlalu lelah akibat Donghae yang selalu melakukan itu padanya, tetapi itu malah membuat Donghae kembali seperti dahulu dan sang eomma sakit karena sangat rindu akan senyuman Donghae.
Donghae sama sekali mengacuhkan Eunhyuk, ia masih saja memaju mundurkan kejantanannya yang tertanam di lubang rectum Eunhyuk, menurutnya inilah jalan keluar dari segala penat yang ia rasakan, penat karena harinya yang sangat membosankan, penat dari segala masalah, dan penat dari hal yang sama sekali Eunhyuk tidak mengerti. Donghae melakukan ini pada Eunhyuk bukanlah tidak ada alasannya, bukan hanya sekedar sebuah pelampiasan dan bukan sesuatu hal yang akan Eunhyuk mengerti apa itu. Mereka memang saling kenal bahkan lebih lama dari yang mereka bayangkan. Mereka memang saling mengetahui prihal privasi mereka masing-masing tetapi untuk satu hal ini, Donghae yakin Eunhyuknya pasti tidak akan mengerti. Eunhyuknya? Benar, lebih dari tiga tahun ini Donghae selalu menyetubuhi sahabat karibnya ini, dan itu berarti sudah lama pula Donghae adalah pemilik sah dari tubuh Eunhyuk. Memang tanpa sebuah pernyataan lisan maupun tulisan, hanya sikap dan bahasa tubuh yang mengetahuinya.
Sakit, tak bisa terbendung lagi, terangan kepada Donghae sama sekali tak di mengerti, hanya air mata yang bisa ia tunjukkan, hanya air mata yang bisa menerangkan sakitnya Eunhyuk, hanya itu yang bisa Eunhyuk tunjukkan selain, erangan dan desahan yang tercipta karena Donghae. Donghae melihatnya, akan tetapi tatapannya begitu dingin, begitu muak dan tidak suka, ia menyeringai, menurunkan wajahnya yang sedari tadi sibuk menikati wajah sang sahabat yang berada di bawah tindihannya.
Donghae menjilat air mata Eunhyuk mengelus sudut mata sang sahabat, membuat Eunhyuk mau tak mau harus membuka kelopak matanya untuk menatap Donghae, sang sahabat yang tak layak disebut dengan kata-kata demikian.
"kau tahu persis ini bukanlah yang pertama kali, dan kau tahu aku sama sekali tak menularkan penyakit padamu. Tapi mengapa kau menangis seolah tak terima dengan ini? Nikmati saja Hyukkie, aku yakin lambat laun kau akan tahu apa yang tak kau mengerti tentang hal ini" Donghae kembali menaut bibir Eunhyuk setelah mengatakan hal demikian, memang menenangkan dan memang benar adanya. Donghae memang tidak pernah bersetubuh dengan orang lain selain dengannya, bahkan dengan kekasihnya sekalipun, Donghae tak pernah melakukannya, dan Eunhyukpun tahu itu. Mengapa Eunhyuk tahu? Ingat mereka selalu tahu privasi mereka masing-masing kecuali satu hal yang Donghae maksud tersebut. Pernyataan yang selalu Donghae katakan dan selalu terdengar ambigu bagi Eunhyuk, ia tidak mengerti dan tahu Donghae menyembunyikan sesuatu, ia sering bertanya akan hal itu dan itu malah akan membuat Donghae kembali menyetubuhinya, maka dari itu Eunhyuk tidak pernah lagi menanyakannya prihal hal tersebut. Dan masalah bersetubuh, Eunhyukun tidak pernah bercinta dengan siapapun kecuali Donghae, ia terlalu takut, jika melakukannya dengan orang lain malah membuatnya menderita penyakit seksual, alasan lain karena Donghae, Donghae tak pernah mengizinkannya menjalin hubungan dengan orang lain dan selalu berpesan agar selalu menjaga perasaannya untuk seseorang yang akan mencintainya seutuhnya, orang yang tak akan pernah perduli seberapa sering Donghae menyetubuhinya dan seberapa sering Donghae memperlakukannya seperti seorang pelacur. Dan Eunhyuk mempercayainya, ia mempercayai apa yang sang sahabat katakan. Ia senang mendengarnya dan selalu menunggu orang tersebut dan Donghae selalu tersenyum melihat senyuman Eunhyuk saat mempercayai akan hal itu. Ia berharap orang tersebut memang akan menerimanya dan Eunhyuk tak pernah membayangkan orang itu.
"Hae, sadarlah bagaimana ini tidak sakit jika kau sudah melakukannya tiga kali untuk hari ini. Hae, kumohon" terang Eunhyuk dengan wajah memelas, Donghae melihat wajah itu memanglah merasa bersalah, tetapi ini sudah hampir mencapai puncaknya, Donghae mengangguk mengerti kemudian mencium bibir Eunhyuk dengan lembut, menaut bibir sang sahabat dengan penuh rasa sayang dan hasrat yang mendalam, dan Eunhyuk merasakannya. Bahkan Eunhyukpun tak pernah menyadari jika ada hasrat lain yang mulai tumbuh dan berkembang dalam benaknya, hasrat yang tidak bisa diterjemahkan dengan kata dan teori apapun, hasrat yang selalu memaksanya merasa nyaman setiap dekat dengan Donghae dan selalu sakit setiap Donghae meninggalkannya apabila Donghae bersama dengan kekasihnya.
"mian-" belum sempat Donghae menyelesaikan perkatakannya sebuah suara lain menginterupsi kegiatan yang Donghae lakukan, suara baritone yang berasal dari ponsel Donghae, suara panggilan dari sang kekasih Donghae, orang yang menjadi sakit hati Eunhyuk tanpa Donghae sadari itu.
"diamlah" terang Donghae lembut kembali menaut bibir Eunhyuk sembari tangannya berusaha meraih ponselnya, Eunhyuk memejamkan kedua matanya berusaha menikmati ciuman Donghae, beberapa detik kemudian Donghae mengakhiri ciumannya dan Eunhyuk menjadi diam kooperatif dengan perintah Donghae. Donghae mendengus sebelum menekan tombol answer kemudian menempelkan ponselnya di telinganya.
"yeoboyeseo" Donghae menatap Eunhyuk dengan pandangan yang sulit diartikan, sedangkan Eunhyuk hanya diam sembari menunduk. Ia tak ingin mendengar apa yang Donghae bicarakan dengan sang kekasih, sedangkan Donghae menghentikan kegiatannya sejenak . membiarkan kejantanannya tertanam di dalam lubang rectum Eunhyuk, merasakan hangatnya tubuh Eunhyuk yang tak pernah bosan ia rasakan.
"hyung, kau berjanji untuk menjemputku hari ini, kau terlambat" terang seseorang dibalik panggilan tersebut, Eunhyuk mendengarnya, suara baritone yang selalu Eunhyuk dengan setiap orang tersebut bertamu kemari, suara yang mewakilkan senyuman manis dari orang tersebut dan senyuman yang menjadi sakit hati Eunhyuk, karena merasa bersalah atas kesalahan Donghae.
"mianhae, tunggu disana, aku akan sampai disana dalam waktu lima belas menit. Bersabarlah, Henry" Donghae menjawabnya dengan nada datar, seolah berbicara dengan bawahannya padahal Henry adalah kekasihnya, tetapi mengapa ia begitu dingin dan berbeda dengan saat bersama Eunhyuk? Saat bersama Eunhyuk, Donghae bisa begitu lembut dan mengerti apa yang Eunhyuk pikirkan, tetapi ingatlah Eunhyuk hanya sahabta Donghae, dan Donghae mungkin melakukannya hanya sebatas sahabat dan tentang Henry mungkin Donghae harus belajar memberikan perhatian lebih kepada Henry mengingat mereka baru dijodohkan tiga bulan yang lalu. Ya, hubungan Donghae dan Henry adalah sebuah perjodohan yang dilakukan oleh orang tua Donghae dan Henry, awalnya Donghae ingin menolaknya karena ia tak suka dengan hal itu tetapi demi Henry yang terdahulu adalah seseorang yang ia anggap adik kecilnya ia tak bisa berkutik dan terpaksa harus menerimanya.
"nde, hyung. Saranghaeyo" pamit Henry sebelum memutuskan sambungan teleponnya dan Donghae hanya membalasnya dengan gumaman dan kata "aku tahu itu" kemudain mematikan sambungan telepon tersebut. Donghae meletakkan ponselnya di sebelahnya dan kembali melanjutkan kegiatannya yang sempat tertunda, tetapi sebelum Donghae melanjutkan kegiatannya, tangan Eunhyuk sudah mendahuluinya menggenggam tangan Donghae dan menginterupsi kegiatan Donghae, Donghae mendongkakkan kepalanya menatap Eunhyuk dengan sebelah alis yang tertarik keatas memperlihatkan mimik tidak mengerti dan penolakan Eunhyuk tersebut.
Sedangkan Eunhyuk hanya memaksakan dirinya untuk tersenyum kemudian menarik tengkuk Donghae dan menciumnya pelan, sedangkan Donghae yang merasakan ketidak ikhlasan Eunhyuk untuk menciumnya hanya berusaha menerima kemudian menjilat bibir bawah Eunhyuk, memaksakan Eunhyuk untuk membuka bibirnya dan Donghae kemudian menghisap bibir bawah Eunhyuk dan Eunhyuk hanya pasrah merasakan ciuman yang memang tak dapat ia pungkiri sangat memabukkan dibalik sakit yang selalu ia rasakan. Satu menit berlalu akhirnya Donghae menghentikan ciumannya dan menatap Eunhyuk dengan kebingungan. Eunhyuk kembali tersenyum lebih tulus dari sebelumnya.
"cepat jemput dia, kau telah berjanji" Eunhyuk tak menghentikan senyuman tulusnya kepada Donghae dan Donghae tak suka mendengar pernyataan Eunhyuk. Ia kembali menghentakkan kejantanannya membuat Eunhyuk mendesah untuk kesekian kalinya. Donghae menunjukkan protesnya dengan ini, dengan gerakan pinggulnya yang semakin mendalam, ia memeluk tubuh Eunhyuk dengan erat seolah takut jika Eunhyuk meninggalkannya, dan Eunhyuk merasakan keposesifan Donghae yang selalu merengkuh lerung jiwanya.
Lima menit kemudian semua hasrat yang ingin terpenuhi, terselasaikan secara tuntas terbukti dari desahan akhir Eunhyuk yang mengakhiri semuanya untuk saat ini, Donghae menatap wajah Eunhyuk yang memerah dan terengah-engah merasakan lelah yang tak terbendungi akibat Donghae dan Donghae tersenyum kecil melihatnya. Ia mencium kening Eunhyuk dan kembali memeluk Eunhyuk, menyembunyikan wajahnya di tengkuk Eunhyuk dan kembali menciumnya, menciumnya tulus dan selalu seperti ini.
"terimakasih" Donghae tersenyum kemudian mengeluarkan kejantanannya dari dalam tubuh Eunhyuk, Eunhyuk hanya merasa kecewa ketika setelah Donghae mengeluarkan kejantanannya Donghae segera beranjak menuju kamar mandi, membasuh tubuhnya dengan air mengingat keringat yang banyak keluar karena kegiatannya barusan dan bau tubuh Eunhyuk yang begitu memabukkan akan tetapi harus ia samarkan karena akan bertemu kekasihnya.
Sedangkan Eunhyuk masih terdiam menatap langit-langit apartemennya dengan Donghae, ya mereka memang tinggal di sebuah apartemen yang sama dengan satu kamar itu karena sang eommanya Eunhyuk menginginkan mereka semakin dekat dan eomma Donghae sama sekali tidak keberatan dengan hal demikian. Ia masih menatap langit-langit apartemennya dan mendengus, merasakan tubuhnya yang lelah, kemudian menarik selimut untuk menutupi tubuhnya yang masih telanjang bulat, ia ingin memejamkan matanya akibat lelah yang menerjangnya. Akan tetapi memori tentang Donghae dengan kekasihnya kembali menghantui Eunhyuk, membuatnya menekuk keningnya merasakan rasa sakit yang membuatnya tak suka. Perasaan ini kembali hadir, perasaan ini kembali menghantuinya, entah kenapa setiap mengingat itu ia merasakan sakit, tak terasa air mata kembali mengalir dengan halusnya, ia hanya ingin menangis tanpa ia ketahui alasannya, ia hanya ingin menangis. Hatinya sakit setiap pengingatnya, mengingat dimana Donghae akan pergi dengan sang kekasih.
Donghae yang baru keluar dari kamar mandi dengan sebuah skini jeans hitam yang membalut kaki jenjangnya dengan dada yang terkespose bebas dan rambut yang basah membuatnya sangat menawan, ia memperhatikan sang sahabat menangis dalam tidurnya, Donghae tersenyum simpul kemudian mendekatkan wajahnya kehadapan sang sahabat kemudian mengecup bibir Eunhyuk pelan membuat Eunhyuk tersadar dari tidurnya dan menatap mata Donghae lekat, sangat lekat. Seolah ingin menceritakan bebannya yang selama ini ia pun tak mengerti jika ini apa. Cintakah? Itu mustahil cinta karena Eunhyuk sama sekali tak pernah marasakan perasaat tersebut. Tetapi Eunhyuk takut jika ini cinta. Ia takut ketika memang benar ini cinta, Donghae akan meninggalkannya dan mencampakannya walaupun memang dari awal hal tersebutlah yang ia inginkan agar Donghae berhenti menyetubuhi dirinya. Tetapi di balik itu ia tidak rela Donghae melakukannya, ini membuatnya terasa seperti benar-benar seperti pelacur.
Donghae balik manatap mata itu, mata yang bisa membuat perasaannya tenang mata yang selalu terlihat sendu saat ia setubuhi dan mata yang membuatnya tak bisa berpaling. Bahkan dari Henry sekalipun, mata yang benar-benar membuatnya bahagia dan mata yang selalu bisa ia terjemahkan arti dibalik tatapan mata tersebut. Ia tersenyum, senyuman yang selalu ia berikan kepada Eunhyuk, mencium kening Eunhyuk, membuat Eunhyuk memejamkan matanya merasakan ciuman tersebut. Kemudian sepasang mata indah tersebut kembali terbuka dan menatap Donghae
"aku hanya pergi sebentar. Kau bukan pelacurku dan jangan pernah menganggap dirimu demikian" setelah mengatakan hal demikian Donghae mengelus surai redbrown Eunhyuk, beranjak menuju lemarinya dan mengeluarkan pakaiannya yang akan ia kenakan, sebelumnya ia kembali mencium kening Eunhyuk dan diakhiri ciuman dibibir. Kemudian Donghae beranjak dengan kunci mobilnya dan menutup pintu, pergi menepati janjinya untuk menjemput sang kekasih di tempat sang kekasih menuntut ilmu.
Eunhyuk hanya memandang kepergian Donghae dengan tatapan kosong, hatinya masih berdenyut sakit saat mendengarkan penjelasan Donghae barusan. Bukan kata-kata itu yang ingin ia dengarkan. Kata-kata tersebut tidaklah membuat perasaannya nyaman, malah membuat rasa sesak itu menjadi sesak. Ia tak mengerti ini, tetapi ia berusaha untuk menerima kenyataan dalam ketidak mengertiannya dengan keadaan ini.
Lama berpikir mengenai hal tersebut, Eunhyuk menjadi semakin lelah dan memutuskan untuk tertidur guna mengistirahatkan tubuhnya sebelum membersihkan kekacauan apartemennya dengan Donghae, setelah kegiatan yang mereka lakukan. Kegiatan yang tak sepantasnya terjadi, akan tetapi harus terjadi, kejadian yang membuatnya semakin terikat dengan Donghae, dan kegiatan yang selalu menimbulkan beban dan luka dihati Eunhyuk.
"empat puluh lima menit" terang seorang namja keturunan China dengan wajah manisnya, ia mendengus bosan menunggu seseorang yang tengah ia tunggu dihalte bis di dekat universitas tempat ia bernaung untuk menuntut ilmu, ia menunggu dengan sabar seseorang tersebut, seseorang yang ingin ia temui dan orang yang telah berjanji padanya untuk menjemputnya hari ini. Beberapa menit kemudian sebuah mobil nissan dengan dua pintu berhenti dihadapannya membuat senyuman indah terlukis kembali diwajah manisnya. Ia kemudian beranjak dari duduknya mendekati mobil tersebut, dan merendahkan dirinya sembari membuka pintu mobil tersebut dan memberikan senyumannya kepada sang pengemudi.
"maaf aku terlambat" sesal sang pengemudia tanpa menatap namja manis tersebut, sedangkan sang namja manis hanya mengangguk memakhlumi keterlambatan sang pengemudi.
"gwenchamna, Donghae hyung. Aku tahu dikantor sedang sibuk" terang namja manis tersebut tepatnya Henry yang tak lain adalah kekasih Donghae, Donghae hanya mengangguk mengiyakan pernyataan Henry yang tidak benar adanya. Tak lama setelah Henry duduk dan menutup pintu mobil tersebut, mobil tersebut segera melaju menuju rumah Henry yang jaraknya memang lumayan jauh dari Universitas tempat Henry menuntut ilmu.
Lama dalam keadaan yang canggung ini, Henry berusaha menyamankan dirinya walaupun terasa tidak nyaman. Ia berpikir untuk mencari topik yang cocok, Henry kemudian teringat dengan perkataan sang eomma, yang berpesan untuk mengajak Donghae mengunjungi rumahnya karena ada yang ingin dikatakan oleh sang eomma.
"Hyung, eomma berpesan. Katanya beliau ingin berbicara denganmu, hyung. Kau ada waktu?" Henry bertanya sembari memainkan ponselnya, membuka beberapa website dan menikmati permainan yang ia mainkan disana.
"tidak masalah" Donghae membalasnya sama sekali tidak memperhatikan Henry, memang karena ia sedang mengemudi, selain itu pikirannya hanya memikirkan sang sahabat yang selalu mengganggu lamunannya. Sepertinya, sang sahabat begitu hebat membuatnya tak bisa berpaling barang semenit saja.
"hyung" Henry memanggil Donghae setelah lama mereka terpenjara dalam diam, ia menatap Donghae begitu lekat, saat ini mereka tengah berada di lampu lalulintas yang tengah menunjukkan warna merah, mendengar panggilan kepadanya, Donghae segera memalingkan pandangannya menatap Henry yang juga menatapnya. Henry tersenyum lembut membuat Donghae harus membalas senyuman tersebut.
"apa hyung tidak berpikir untuk tinggal di apartement pribadi saja? Maksudku tidak bersama Hyukjae hyung" Henry pada akhirnya mengatakan apa yang selama ini mengganggunya. Ia bukannya membenci Eunhyuk, akan tetapi tidak masuk akal saja mengapa seorang sahabat harus tinggal di satu apartement dan dengan satu kamar tidur pula. Bukankah Donghae sudah dijodohkan padanya, hanya antisipasi, tetapi hidup seperti sepasang pasutri seperti itu siapa yang tidak akan menimbulkan pemikiran negatif?
"memangnya itu mengganggumu?" tanya Donghae dengan tenang kembali melajukan mobilnya saat lampu lalu lintas menunjukkan warna hijau, selalu pernyataan seperti ini, bahkan ini bukan kali pertama Henry menyatakan hal tersebut dan Donghae tidak suka akan hal ini. Ia memang tidak suka jika seseorang yang belum menjadi miliknya seutuhnya mengatur hidupnya hingga seterperinci ini. Tinggal dengan Eunhyuk? Salahkan? Bahkan orang tuanyapun tidak menentangnya. Eunhyuk adalah sahabatnya, sekertaris pribadinya dan juga teman tidurnya.
Henry menggeleng pelan, kemudian kembali menunjukkan senyumannya, dan mendengus merasa bosan dengan keheningan mereka.
Dua puluh menit berlalu, kini mereka telah sampai di kediaman keluarga Henry, kediaman bergaya eropa tetapi tak merubah kesan mewah rumah ini. Donghae memarkirkan mobilnya tepat di depan pintu kediaman Henry, kemudian Donghae keluar dari mobilnya memberikan kunci kepada pelayan di sana untuk memarkirkan mobilnya di tempat yang lebih layak, dan bersama Henry masuk ke dalam rumah tersebut. Sesampainya di rumang tau, Donghae disambut oleh tuan besar dan nyonya besar selaku pemilik rumah tersebut. Donghae tersenyum ramah melihat teman eommanya yang juga orang yang sangat ia kenal dari dulu. Akan tetapi ajjuma tersebut pindah keluar negeri setelah ia berumur dua belas tahun dan kembali ke Seoul tiga bulan yang lalu dan langsung mengumumkan perjodohannya dengan Henry.
"selamat malam, ajjusi, ajjuma" sapa Donghae sopan kemudian dipersilahkan duduk oleh sang kepala keluarga. Sedangkan Henry langsung berlari dengan riang menuju sang eomma dan mencium pipi sang eomma menyalurkan rasa sayangnya kepada sang eomma.
"hm, selamat malam Hae, kau tampak lebih tampan sekarang" puji sang nyonya besar sembari mengelus surai sang aegya dengan sayang. Sedangkan sang tuan besar hanya tersenyum melihat sang calon menantu.
"Henry-ah, kau bisa meninggalkan eomma dan appa disini? Ada yang ingin kami bicarakan. Dan ini serius. Ingat, jangan berusaha mengintip, nde?" sang eomma mencium kening sang aegya, dan Henry mengangguk patuh meninggalkan Donghae, sang eomma, dan sang appa di ruang tamu
"Donghae-ssi" sang kepala keluarga memanggil nama Donghae dengan begitu manly membuat sang istri begitu bangga dengan sang suami
Donghae hanya mengernyitkan sebelah alisnya, menandakan ia tidak mengerti dengan apa yang ajjusi ini katakan.
"hah, kau memang tidak berubah, Donghae anakku. Bagaimana hubunganmu dengan Henry kami selama tiga bulan ini?" tanya sang ajjuma dengan antusias menanyakan sang aegya yang memang akan belajar mandiri bersama Donghae.
"tidak ada masalah" terang Donghae tenang dengan senyuman yang mengembang dibibirnya, membuat kedua orang tua Henry salah mengartikan senyuman tersebut.
"syukurlah, berarti tidak masalah jika, Henry tinggal diapartementmu? Anak itu sepertinya ingin belajar dewasa bersamamu, Hae" lanjut sang ajjuma dengan mengembangkan senyuman indahnya. Membuat Donghae membelalakkan matanya. Ia sudah dengan terpaksa menerima perjodohan ini, apakah harus pula, Henry tinggal satu atap dengannya? Lagi pula, ia sudah tinggal bersama dengan Eunhyuk, dan ia senang tinggal dengan sahabat karibnya tersebut. Karena Eunhyuk selalu ada sesuai dengan harapannya, walaupun Eunhyuk tidak bisa memasak masakan tetapi tetap saja Eunhyuk mau membantunya dalam bekerja, bahkan pekerjaannya lebih mudah dengan Eunhyuk, mengingat Eunhyuk adalah sekertaris pribadinya. Selain itu Eunhyuk akan selalu bisa melepaskan kepenatannya dalam pekerjaannya, selama Eunhyuk masih bersamanya. Dan ia tak mungkin menyetujui dengan mudah permintaan sang ajjuma, walaupun sang ajjuma ia kenal sejak lama.
"tapi ajjuma, saya sudah tinggal dengan sahabat karib saya. Dan juga sahabat saya tersebut adalah sekertaris pribadi saya. Dan lebih mudah dalam membantu pekerjaan saya, ajjuma" terang Donghae berusaha menyelamatkan Eunhyuk dalam dekapannya, sudah cukup dengan menjadikannya calon menantu, dan ia berharap ajjumanya tidak memaksakan ia untuk tinggal dengan Henry.
Tergurat ekspresi kekecewaan dari sang ajjuma, kemudian berpikir sejenak sebelum sang ajjusi mulai angkat bicara untuk itu.
"tetapi Donghae, bukankah lebih baik kau tinggal dengan kekasihmu. Lagi pula ini untuk mendekatkan kalian, sebelum perjodohan ini akan kami naikkan derajadnya menjadi pertunangan" lanjut sang ajjusi sangat jauh dari harapan Donghae. Sungguh, ia tak ingin semua ini berjalan semakin jauh dan mengakibatkan kekecewaan yang lebih mendalam. Donghae kembali mendengus, ia butuh berpikir untuk menerima tawaran ini atau tidak, sungguh kini ia butuh waktu untuk menenangkan dirinya.
"hm, biarku pikirkan tentang ini, mianhae aku tak bisa menjawab ini sekarang. Ini terlalu mendadak untukku" terang Donghae bulai berdiri dari duduknya. Sang ajjuma dan ajjusipun hanya berusaha mengerti tentang keadaan Donghae, memanglah ini terlalu mengejutkan dimana hubungan mereka baru berjalan tiga bulan. Dan respon Donghae tidaklah begitu mengecewakan karena memang wajar seperti itu.
"baiklah, kami ingin mendengar keputusanmu, besok. Saat jam makan siang" sang ajjusi kemudian ikut berdiri dihadapan Donghae, dan mendapat anggukan dari Donghae,yang kemudian menjabat tangan sang ajjusi
"terimakasih, ajjusi" Donghae tersenyum agak dipaksakan akibat hal ini, dan mendapat anggukan dari sang ajjusi. Kemudian sang ajjuma mengelus pundak Donghae sembari tersenyum.
"tidakkah kau ingin bertemu dengan Henry sebelum pulang?" tanya sang ajjuma dan mendapat gelengan dari Donghae
"ani, ajjuma, aku pikir Henry sangat lelah, dan begitupun juga denganku yang akan kembali melanjutkan beberapa data yang tertunda. Jeongmal mianhae atas kekecewaan kalian" Donghae tersenyum sembari membungkuk, menunjukkan rasa hormatnya kepada sang ajjuma dan ajjusi, dan mendapat respon hanya senyum simpul dari sang ajjuma dan anggukan paham dari sang ajjusi.
"kami mengerti, Hae, berhati-hatilah. Ini sudah malam" sang ajjuma kemudian kembali menepuk pundak Donghae, sebelum pada akhirnya Donghae beranjak pergi dari rumah tersebut.
.
.
.
.
.
TBC/FIN/DELETE?
.
.
.
.
.
AN : ah akhirnya saya menyelesaikan satu fanfic lagi, maaf karena belum menyelesaikan yang lainnya, ini hanya berasal dari ide yang tiba-tiba menghampiri saya saat ulangan umum ini. Ini melelahkan, tetapi saya merasa fanfic ini sangat jelek, sangat jelek, hancur bin ga jelas ini plotnya apa. Tapi ya saya suka, hahahaha. Maaf ini hanya fic pelampiasan, yang mau lanjut bisa, yang nganggap ini telah usai bisa, dan yang mau saya ngdelete ini fanfic tak masalah.
Terimakasih atas perhatiannya
See you next pic :D~
