Take Me Out: Chapter 1 — Our First Meeting

writen by derpyeol

Cast © Theirselves, their parents, and they're belongs to God

Take Me Out © Mine

.

Rate M; for an uneducated word and mature content

Warning; AU, Sho-ai, High Maturity, Typography, Grammar


.

.

Byun Baek Hyun—Baekhyun, singkatnya—menatap gelapnya langit malam tanpa satu bintangpun yang bersinar. Dingin angin malam membuat tubuh ringkihnya menggigil. "Minah-ya..." Ucapnya lirih.

Brak!

"Hey, cepat keluar! Sudah giliranmu!"

Seorang paman berusia—sekitar—45 tahun datang membawa sebuah cambuk dan tali pengikat. Tubuh telanjang Baekhyun merangkak mendekati paman tadi. "Nghh..."

"Kau boleh juga." Paman tadi berucap sembari menggesekkan penisnya yang terbungkus kain celana pada permukaan wajah pucat Baekhyun. "Wajahmu manis dan desahanmu menggoda. Tapi sayang aku tidak punya banyak uang untuk menebusmu."

Baekhyun berjengit saat merasakan sebuah benda dingin menyentuh bagian leher dan dada telanjangnya; paman itu memakaikannya tali pengikat, seperti anjing peliharaan.

"Come on babe. This is your turn."

.

.

.

.

.

Disebuah gorong-gorong bawah tanah, transaksi penjual-belian manusia tersebut berlangsung. Pengusaha-pengusaha muda maupun yang sudah lanjut usia datang berbondong-bondong mencari si Pemuas Nafsu mana yang dapat menarik hati mereka. Hanya kalangan orang berdompet tebal yang dapat keluar-masuk.

Termaksud seorang pria muda penuh kharisma bernama Park Chan Yeol. Dia melihat penawaran ini melalui web resmi Black Market. Dengan garis wajahnya yang rupawan, tidak seharusnya dia tertarik. Toh, diluar sana, beribu-ribu gadis mengantre hanya untuk sekedar mendapat kedipan matanya.

Tetapi sesuatu hal menariknya paksa menuju tempat ini. Tempat dimana manusia-manusia diperjual-belikan—baik wanita, maupun laki-laki.

"a-Yo Park!" Seseorang berseru, terdengar dari jauh. Suaranya cukup familiar jadi Chanyeol menebak itu adalah Kai. Suaranya yang cukup keras sukses membuat beberapa pasang mata memperhatikan mereka. "Aku tidak menyangka kau akan ada disini Park."

Chanyeol melirik Kai jengah. "Shut up, jerk."

"Iyiyi, so scaryyy..." Kai membuat gesture seperti orang ketakutan, ditambah dengan suaranya yang dibuat-buat seperti seorang wanita yang ketakutan—menurut Chanyeol itu menggelikan; menjijikan. "Haha, calm down—calm down. Dasar Tuan Tempramental."

Wajah Chanyeol tampak tidak berubah dan malah terlihat semakin tidak bersahabat. Kai pikir ini percuma, jadi dia membuat gerakan isyarat dengan tangan; bermaksud menyuruh Chanyeol mengikutinya. "Come over here brotha. Pertunjukan akan segera dimulai."

.

.

.

.

.

"Please welcome, the hottest one..., SOOJUNG!"

Sambut sang pemandu acara, kemudian datang seorang lelaki tua dengan uluran tali memanjang, menggeret seorang wanita dengan tubuh telanjang total. Nipple payudaranya dijepit dengan sebuah penjepit kecil—terlihat seperti penjepit kertas, hanya saja benda itu bisa menyalurkan sengatan listrik bervolt rendah.

"Seunghyun-ah, come here. Give her your dick."

Lelaki berperawakan tinggi dengan kulit putih susunya serta telinga yang ditindik menurunkan zipper celananya, mengeluarkan penis besarnya, lalu menyodorkan secara paksa kedalam mulut Soojung.

"Suck it, bitch!" Titahnya kasar. Tanpa penolakan, Soojung menelan bulat-bulat penis Seunghyun yang masih tertidur. Memaju-mundurkan kepalanya dengan ritme teratur, sesekali melengguh saat penis besar Seunghyun menyentuh pangkal tenggorokannya.

"Aah...nghh...ahh...yes like that bitch..."

Suhu udara didalam ruangan meningkat drastis, suara erangan Seunghyun menggema membangkitkan libido-libido setiap orang yang menyaksikan mereka.

"Oh yeah. Soojung is a good sucker, isn't she?" Kai menyuarakan pendapatnya pada Chanyeol yang duduk disebelahnya—masih memasang poker face andalannya. Dengan santai Kai menurunkan zipper celananya lalu mengeluarkan penisnya. Mengurutnya dengan tempo pelan. "Mau membantuku keluar, babe?"

Chanyeol melirik Kai jijik. "Huh? Tell me once again. And I'll kick your dick hard, brat."

"Calmh...emh down babehh...ohh this is so good anghh..."

Kembali pada Soojung, si pria tua dan si pemandu acara, mereka sudah berhenti. Wajah cantik Soojung belepotan dengan sisa sperma Seunghyun. "How's the feels Seunghyun-ah?" Tanyanya, terlihat ingin tau.

"Emhh, she is the best sucker i've ever meet. EVER."

"Oh listen. He said the best sucker." Si pemandu acara mengulangi bagian dimana Seunghyun memuji keahlian Soojung. Dia mematut atensinya pada sekelompok orang dihadapannya. "5 juta dollar untuk Soojung. Yang lain?"

"8 juta dollar." Sosok pria bertubuh tambun yang duduk di sudut kiri ruangan melambaikan papannya antusias. Si pemandu acara menatapnya terang. "Yang lain?"

Kali ini laki-laki muda berambut coklat beruang. Itu—Kai? "16 juta dollar."

"Okay, 16 juta dollar. Yang lain?" Si pemandu acara melirik kesetiap sudut ruangan. "Tidak ada? Right, Soojung shold out for 16 million dollar!"

Chanyeol menatap Kai remeh. "Sudah kukira seleramu serendah itu, Kim Kai."

.

.

.

.

.

"Come over here, bitch. Your turn."

.

Sebuah sinar putih secara brutal menyerang indera pengelihatannya, Baekhyun butuh waktu sekitar 5 menit untuk membiasakan retinanya dengan cahaya itu.

Disinilah dia sekarang—berdiri, lebih tepatnya berjongkok, dengan posisi seperti anjing memperlihatkan penisnya yang mengkerut kedinginan. Disaksikan beratus-ratus pasang mata yang menatapnya lapar, Baekhyun hanya mampu tertunduk. Tangannya diborgol keatas dan mulutnya disumpali sebuah gag-ball. Ditambah sebuah dildo ukuran kecil yang bergetar dilubangnya, Baekhyun tampak sangat menawan dengan saliva yang mengalir dari sudut bibirnya.

"The last but not least..., Byun Baek Hyun."

Chanyeol mendongak dengan tatapan tak tertarik. Melihat keatas panggung dimana pemandu acara berdiri disebuah podium dengan seorang lelaki telanjang yang—

"Anghh...emh, pleasehh no..."

—uh, oh. So sexy.

Sadar atau tidak, sekarang Chanyeol memasang ekspresi bodohnya. Tawa Kai hampir meledak jika saja dia tidak tau bahwa objek yang tengah dipandang Chanyeol adalah lelaki diatas panggung sana.

"Chanyeol... jangan bilang kau—"

"I want him."

Mata Kai membola—dia tidak tau apa yang ada dipikiran sahabat kecilnya itu, tapi dia yakin Chanyeol sudah gila.

.

.


to be continued...