.

.

.

Author Ela JungShim presents

An Alternate Universe fanfiction

"It's My Life"

Pairing : HOMIN (Jung Yunho X Shim Changmin)

Rate : T

Length : 1 of 2

Desclaimer : Yunho and Changmin are belongs to GOD, themselves and DBSK. Ela hanya meminjam nama mereka untuk di jadikan tokoh di ff ini.

Warn : TYPO's! Shonen-ai!

Ini HOMIN Fanfiction.

Tak suka? Silahkan angkat kaki dan tak perlu repot-repot membacanya.

.

.

.

.oOHoMinOo.

.

.

.

.

Bagi seorang Shim Changmin, hidup itu seperti menjadi tempat pertarungan baginya. Hidup tak pernah terasa mudah baginya, meskipun semenjak ia kecil. Dalam usia yang relative muda—delapan tahun— kedua orang tuanya meninggal dalam kecelakaan mobil. Meninggalkannya bersama dengan dua adik kembar yang masih kecil.

Hanya ada ahjussi dan haraboji yang bisa menampung mereka. Namun dengan keadaan ekonomi yang tak bisa dikatakan berlebih, dengan terpaksa salah satu keluarga itu tak bisa menerima ketiganya bersamaan. Pilihannya adalah Changmin, atau kedua yeodongsaengnya—karena keduanya kembar dan tak terpisahkan.

Layaknya seorang Oppa yang menginginkan agar yeodongsaengnya menikmati hidup yang lebih mudah, Changmin akhirnya memilih untuk hidup bersama harabojinya itu. Sedangkan kedua yeodongsaengnya tinggal bersama ahjussinya yang memang keadaan ekonominya jauh lebih baik dari harabojinya.

Tinggal bersama haraboji yang tegas menjadikan Changmin tumbuh menjadi anak yang perfeksionis. Dengan harapan bisa tinggal kembali bersama dengan kedua yeodongsaengnya—ia ingat betapa sering kedua adiknya menelepon ke rumah, dan menangis karena ingin berkumpul bersama Oppa mereka—, maka begitu memasuki junior high school, Changmin mulai berusaha mencari uang dengan melakukan pekerjaan sampingan.

.

.

.

.oOHoMinOo.

.

.

.

~6 years later~

.

Tik.. Tik.. Tik.. KRIIIIIIIINGGGGG~!

Seoorang namja yang terlelap dalam mimpinya terlonjak bangun mendengarkan suara alarm jam beker di meja samping tempat tidurnya. Tangan panjang namja itu merayap keluar dari dalam selimut, dan langsung mematikan alarm, sambil meraih kesadarannya.

Tak perlu waktu lama bagi namja itu untuk langsung berdiri dan berjalan ke wastafel untuk mencuci muka dan menggosok giginya, untuk kemudian langsung keluar menuju dapur.

"Ah, lupa." gumam namja itu sambil berbalik dan berjalan menuju ke dua buah kamar bersebelahan yang masih tertutup.

Tok Tok Tok!

Tiga kali ketukan diberikan namja itu pada masing-masing pintu, sebelum ia kembali ke dapurnya. Namja itu membuka kulkas dan mengambil bahan-bahan yang ia perlukan, sebelum ia memakai apron dan mulai bekerja di dapur kecilnya.

.

.

.

"Nah. Selesai." ucap namja itu puas saat makanan yang ia buat sudah jadi. Ia meletakkan tiga porsi bibimbap di atas meja makan sebelum ia menarik nafas panang, dan—

"Seo Yeon! Ji Yeon!" teriaknya memanggil nama kedua yeodongsaengnya itu.

"Ne Oppa!"

Terdengar sahutan dari dua yeoja yang namanya di panggil itu, dan tak lama kemudian, masing-masing pintu kamar yang bersebelahan itu tadi terbuka, dan nampaklah dua yeoja yang memiliki wajah yang sama, dan keduanya sama-sama mengenakan seragam sekolah yang sama.

"Ayo duduk dan segera sarapan. Oppa tak mau kalau kalian sampai telat ke sekolah." ucap namja tadi sambil melepaskan apron dan mengambi tempat duduk di meja makan itu.

"Min Oppa, kenapa bibimbap lagi?" keluh salah satu yeoja yang bernama Seo Yeon itu saat ia melihat menu sarapan mereka pagi itu. Ekspresi protes yang sama juga terpasang di wajah Ji Yeon yang mengambil duduk di samping kembarannya itu.

"Bibimbap itu makanan yang sangat sehat, terdiri dari nasi dan sayur mayur beserta telur, dan—"

"—dan kalian harus memakan makanan yang sehat di hari agar hari kalian berjalan dengan baik. Ya, ya, ya. Kami sudah sering mendengarnya Oppa." tukas kedua yeoja tadi yang sudah sangat terbiasa mendengarkan ceramah pagi dari oppa mereka itu. Keduanya memasang wajah malas dan mengedikkan bahu mereka pada sang oppa.

"Nah, kalian sendiri sudah tahu kan. Jadi jangan banyak protes dan cepat makan. Lima menit lagi kalian harus berangkat kalau kalian tak ingin terlambat." ucap satu-satunya namja disana, sambil memakan bagiannya sendiri dengan cepat dan lahap.

Untuk sesaat, keheningan melingkupi ruang makan itu. Hanya bunyi kunyahan dan dentingan kecil alat makan yang terdengar disana.

SREKK!

"Oppa sudah selesai." ucap namja itu sambil berdiri dari kursinya dan langsung beranjak meninggalkan meja makan.

"Ah, sebelum lupa, karena oppa tadi malam menerima gaji, di kulkas ada beberapa kotak susu. Kalian boleh minum, tapi ingat, masing-masing hanya satu gelas. Jangan berlebihan karena susu itu jatah untuk satu minggu. Oppa tak bisa membelikan lebih karena Oppa juga masih harus membayar uang kontrakan bulan ini." pesannya sebelum memasuki kamar.

Kedua yeoja kembar itu hanya mengangguk dan meneruskan makan mereka. Setelah makanannya selesai, kedua yeoja itu membawa alat makan itu ke tempat cuci piring dan mulai mencuci piring berdua.

"Seo Yeon, Ji Yeon, oppa berangkat dulu—ah, sebelum oppa lupa..." gumam oppa mereka itu sambil mengambil sesuatu dari kantung kertas besar yang ia bawa itu. Ia meletakkan sesuatu di atas meja dan menatap kedua yeodongsaengnya dengan tatapan lembut.

"Saengil chukae nae dongsaeng. Oppa tahu kalau kalian ingin punya handphone, jadi, ini hadiah untuk kalian. Seo Yeon yang warna putih, dan Ji Yeon yang warna biru dan—"

"Min oppa!" teriak kedua yeoja itu bersamaan sambil menyerbu sang oppa dan memeluknya dengan erat. "Gomawo~"

Namja itu menatap kedua dongsaengnya dengan wajah kikuk. Ia... tak terbiasa dengan skinship dan juga ucapan terima kasih dari kedua yeojadongsaengnya. "A-ah... umm.. . itu... ah, ne.. gwaenchana.." gumamnya sambil meletakkan kedua telapak tangannya di atas kepala kedua dongsaengnya dan mengelusnya dengan agak kaku.

Kedua yeoja kembar itu tersenyum senang, sebelum keduanya melepaskan pelukan mereka pada sang oppa karena tahu kalau oppa mereka itu cukup kikuk—meskipun sebenarnya mereka tahu kalau oppa itu benar-benar perhatian pada mereka.

"Ah.. Oppa berangkat dulu. Kalian jangan sampai telat datang ke sekolah atau kalian tahu apa hukumannya." ucap namja itu yang kemudian pergi dari apartement kecil mereka.

"Ne, Oppa. Hati-hati di jalan."

Kedua yeoja yang disana berpandangan, sebelum salah satu membuka mulutnya. "Seo... apa tadi aku tak salah lihat? Apa tadi memang Min oppa masih membawa tumpukan buku di dalam kantung yang ia bawa?"

Seo Yeon mengangguk. "Kurasa memang tak salah. Min oppa memang masih belum berubah. Padahal ia berjanji pada kita kalau ia akan berhenti melakukannya karena ini sudah memasuki tahun terakhirnya di high school."

Kedua yeoja itu memandang handphone baru mereka... dan ekspresi langsung mereka berubah saat pemahaman memenuhi benar mereka.

"Oh, God! Jadi demi hadiah kita?" seru Ji Yeon tak percaya.

"Aish! Min oppa pabbo!"

"Aigooo... apa yang harus kita katakan pada Yunho oppa?"

.

.

.

.oOHoMinOo.

.

.

.

Jung Yunho. Namja yang berprofesi sebagai kepala sekolah muda dari ShinKi High Shcool itu kini menatap tajam ke arah seorang siswa yang datang sambil membawa tumpukan buku yang banyak. Dan tak butuh waktu lama sebelum banyak orang yang yang datang dan mengerumuni siswa dengan tinggi badan berlebih.

"Yo! Thanks Changmin! Nanti uangnya akan aku transfer ke rekeningmu! Ya Tuhan, aku senang tak harus mengerjakan tugas gila dari Sonsaengnim gila itu!"

Berbagai ucapan yang artinya senada dengan itu terdengar dari bibir siswa yang berkerumun di antara siswa bertubuh tinggi itu, hingga akhirnya semua buku bertumpuk yang dibawa sang siswa habis.

Dan begitu semuanya pergi, Changmin—nama siswa bertubuh tinggi itu langsung mengeluarkan notes kecilnya, dan ia bergumam kecil sambil berjalan, "Hmm, hari ini ada 20 orang yang akan membayarku. Berarti kira-kira butuh 100 orang lagi agar biaya beli ponsel untuk Seo Yeon dan Ji Yeon bisa lunas. Oke, kau pasti bisa, Shim!"

"Kembali ke kebiasaanmu yang dulu, Shim?"

Sebuah teguran dingin itu memasuki telinga siswa tinggi itu, dan membuatnya langsung mematung.

'Shit! Aku lupa ada masalah satu ini!' batin Changmin sambil terus menunduk tak berani menatap namja matang di depannya yang ia kenali sebagai Kepala Sekolahnya—sekaligus kekasih diam-diamnya.

"M-Mian-"

TTEEEEEETTTT!

Changmin langsung menghela nafasnya penuh syukur mendengar suara bel itu.

"M-Mianhae Yunho-sajangnim, tapi saya harus segera masuk ke kelas." pamitnya sambil bergegas pergi.

.

...

"Nanti malam aku akan menjemputmu."

Nada dingin itu kembali terdengar. Dan meskipun tidak diucapkan dengan keras, namun Changmin jelas bisa mendengarnya.

Sambil berjalan masuk, Changmin menganggukkan kepalanya.

Meninggalkan Yunho yang kini juga berjalan berbeda arah dengan wajah yang mengeras menahan amarah.

.

.

.

.oOHoMinOo.

.

.

.

Sepulang dari sekolahnya, Changmin tanpa pulang ke rumah langsung menaiki bus untuk menuju sebuah kedai makan yang sudah sangat ramai—seperti biasanya, padahal ia tahu kalau Jae-hyung pasti baru saja membuka kedainya. Dan seperti biasanya juga, siswa dengan tinggi berlebih itu langsung masuk melalui pintu samping, dan bergegas berganti pakaian sebelum seseorang menyapanya.

"Oh, Changmin-ah, kau sudah datang? Makan dulu. Sudah kusimpankan khusus makanan untukmu di tempat biasa."

Suara lembut dengan kalimat menyenangkan itu selalu bisa membuat senyum Changmin terkuak. Jelas, karena hal yang berhubungan dengan perut laparnya+makanan adalah hal yang disukainya.

"Thanks Jae-hyung." ucapnya singkat sembari duduk di depan tempat memasak, dan menemukan satu mangkuk yang terisi sangat penuh dengan mie, telur, daging dan sayuran yang sudah dimasak dengan bumbu lezat buatan sang koki sekaligus pemilik kedai ini.

Tak lama setelah ia makan, segera ia membereskan mangkuknya, mencucinya, dan ia sudah siap bekerja. "Aku ke depan dulu, hyung." pamitnya yang diangguki oleh Jaejoong.

"Ya, keluarlah dan temui mereka yang sudah tak sabar menunggumu."

Dan benar, begitu ia keluar menuju kedai, ia langsung disambut dengan keramaian yang sudah familiar dengannya.

"Wah, kau sudah datang Changmin-ah?"

"Kau sudah selesai sekolah?"

"Bagaimana sekolahmu hari ini Changmin-ah?"

"Oke, Oke. Siswa manis favorite kalian ini akan mulai melayani pesanan makanan dari ahjussi-ahjussi, ahjumma-ahjumma dan noona-noona kesayanganku." ucap Changmin keras yang langsung membuat tawa memenuhi kedai sederhana yang selalu ramai itu.

"Aigooo, Park-ahjumma, hari ini kau terlihat cantik dengan bajumu sekarang. Kau terlihat langsing dan bersinar." ucap Changmin saat menghampiri meja yang paling dekat dengannya.

"Ini karena aku menuruti saranmu, Changmin-ah. Aigooooo, andaikan kau jadi putraku, aku pasti akan senang sekali."

"Yaa! Jangan begitu Park-ahjumma. Aku juga ingin Changmin-ah jadi milikku. Aku ini penggemar sejatinya." seru seorang wanita yang masih agak muda karena memang ia baru berada di awal tiga puluhan.

"Soo-noona~" panggil Changmin dengan nada manja sambil memberikan senyumnya yang paling manis. "Aku juga sayang pada Soo-noona~"

"Yah! Yah! Changmin-ah, cepat ambil pesanan mereka dan jangan malah menebar pesona di sana! Aku menunggu disini sedari tadi!"

Sebuah teriakan keras dari dalam—dari arah dapur itu sontak membuat semua orang di kedai itu tertawa.

"Ne! Jae-hyung! Bersiaplah sehabis ini tanganmu akan pegal memasak karena semuanya akan memesan banyak!" balas Changmin juga dengan teriakan yang sama keras.

Setelah itu, Changmin kembali berbalik pada Kim-ahjumma sambil mengeluarkan sebuah nota pesanan. "Maaf Kim-ahjumma, hari ini anda mau memesan apa? Karena koki sekaligus pemilik kedai ini orangnya tak sabaran, maka saya terpaksa meminta anda segera memesan :) "

"Yah! Changmin-ah! Aku dengar itu!"

Kembali teriakan dari dari arah dapur menggelegar memenuhi kedai makan, dan membuat semuanya tertawa.

Yah, begitulah suasana tempat Changmin bekerja sambilan sedari pulang sekolah hingga jam 11 malam nanti.

.

.

.

.oOHoMinOo.

.

.

.

"Changmin-ah, aku pulang dulu. Kuncinya nanti simpan di tempat biasa ya." pamit Jaejoong yang sudah rapi dan berdiri di pintu kedai.

"Ne. Hati-hati di jalan, hyung." ucap Changmin yang tengah membersihkan kedai yang sudah sepi itu.

Yup, seperti biasa, memang Changmin yang akan membersihkan kedai ini begitu tutup. Juga sekaligus membawa pulang makanan yang masih tersisa untuk makan malamnya bersama kedua adiknya.

Bekerja di kedai milik Jaejoong ini memang memberikan banyak keuntungan baginya. Selain karena orangnya baik dan menganggap seolah ia adalah adik yang disayangi Jaejoong, semua pembeli—pelanggan lebih tepatnya—juga sama ramah dan menyenangkannya. Selain itu, ia mendapatkan makan siang gratis, dan gaji yang didapat juga tak sedikit. Plus jika ada masakan yang masih sisa, bisa ia bawa pulang untuk makan malam. Jadi tak ada salahnya ia mempertahankan untuk terus bekerja disini untuk menghidupi dirinya.

Meskipun sebenarnya setiap hari ia akan merasakan otot kakinya berteriak minta agar diistirahatkan dan dipijat, pun begitu dengan otot lengan dan otot di punggungnya. Yah, bayangkan saja jika kalian harus berjalan kesana-kemari, dari meja satu ke meja lain, belum lagi harus berjalan bolak-balik ke dapur juga, plus membereskan setiap meja yang sudah selesai di pakai. Dan itu terus ia lakukan selama delapan jam! Yah, itulah nasib menjadi satu-satunya pelayan di kedai Jaejoong yang memang memiliki pembeli yang jumlahnya tak sedikit-karena bagaimana lagi, bahkan ia pun tak bisa memungkiri kalau masakan Jaejoong itu enak rasanya. Setiap selesai bekerja, tubuhnya akan terasa remuk redam.

Tapi toh mau bagaimana lagi. Meskipun ia dan adiinya tak butuh uang sekolah-karena mereka bertiga semuanya mendapatkan beasiswa penuh-jelas ia masih membutuhkan uang untuk membayar kontrakan apartemen dan untuk makan sehari-harinya.

Suara deruman halus yang terdengar di depan kedai itu membuat lamunan Changmin buyar. Ia segera membenahi diri dan membawa barang-barangnya—tak lupa bungkusan makanan juga-dan langsung menuju mobil yang terpakir di depan kedai.

Suara deruman halus yang terdengar di depan kedai itu membuat lamunan Changmin buyar. Ia segera membenahi diri dan membawa barang-barangnya—tak lupa bungkusan makanan juga-dan langsung menuju mobil yang terpakir di depan kedai.

Tanpa basa-basi ia segera membuka pintu penumpang dan menyamankan diri di jok empuk mobil mewah itu. Menghela nafas senang saat ototnya yang letih itu seolah dimanjakan dengan lembutnya busa dari jok empuk itu.

.

..

...

Changmin yang seolah baru tersadar dengan keheningan di dalam mobil ini menolehkan wajah ke arah pengemudi di sampingnya. Dan ia langsung menggigit bibir kala melihat wajah tampan di sampingnya ini terlapisi dengan topeng dingin—yang ia tahu pasti kalau di balik topeng dingin itu tersimpan amarah yang menggelegak.

"Maaf—"

"Kau sudah melanggar janjimu padaku."

Changmin meneguk ludahnya susah saat ucapannya di potong dengan kalimat yang tegas dan dingin. Ya Tuhan, selamatkan ia dari kekasihnya yang tengah marah besar seperti ini.

.

.

.

.

.

.

.

.

~TBC~

Annyeonggg~!

Ela balik lagi hari ini bawa fanfic baruuuuu~!

Oke, Oke, jangan timpuk Ela karena Ela juga sadar kalau Ela punya 4 hutang fanfic lainnya. Tapi bagaimana lagi...ini fanfic sudah membayangi Ela sedari pagi, jadi daripada Ela terus dibayang-bayangi ga jelas, mending Ela bikin aja ini fanficnya~

Dan besok InsyaAllah Ela bakal apdet yang domestic life of pedo~! Jadi jangan marah sama Ela terus karena ff nyang itu nggak apdet-apdet yah.. #SembunyiDalemPelukanChangmin

Dan cerita ini kayaknya memang bakal twoshoot, karena tadinya malah ini mau jadi oneshoot, tapi kepanjangan.

Last, Ela minta gaji buat ff ini yaaaa~

And HAPPY FEBRUARY IN LOVE HOMIN FANFIC FESTIVAL~!