Late Night Monologue
(I'm sharing my tears. I hope you will cry too)
.
.
.
Of A Wounded Heart and Bleeding Scars
.
.
"Ssssttt... Hatiku ini, sudah mati..."
Bilang pada Tuhan kalau aku kedinginan...
Hatiku terluka, berdarah, perih dihujam belati berkarat.
Tuhan... Dimana kah?
.
Aku kebas. Rasa sakitpun juga tidak ada gunanya.
.
Matanya itu... redup. Cahayanya sudah hampir padam.
Ya Tuhan.
Kenapa aku harus peduli pada luka orang lain, sedangkan lukaku sendiri sampai sekarang masih belum bisa membunuhku.
.
Kata orang... aku hina?
.
Sebegitu hinanya sampai benar-benar tidak ada cinta yang tersisa lagi?
.
"Kau yang sekarang... adalah aku yang dulu..."
.
"Hei, aku sedang terluka, dan kau juga.
Dengan kita bersama seperti ini, luka kita hanya akan bertambah parah.
Kenapa kita tidak pergi menempuh jalan masih-masing dan berusaha menyembuhkan luka sendiri-sendiri?"
.
.
"Lukaku sudah tidak bisa sembuh."
.
"Hari ini aku ingin mati...
Mungkin besok juga."
.
.
"Kau hidup... untuk siapa?"
.
"Untuk Tuhan. Untuk membencinya balik, setelah dia membenciku sampai saat ini."
.
"Aku... hidup untuk luka yang tumbuh di dalam tubuhku.
Luka kecil yang kian lama kian membesar.
Luka. Lagi-lagi luka."
.
"Dua orang menyedihkan yang melankolis, ya?"
.
"Kalau aku mati, bagaimana aku bisa membenci Tuhan?
Tapi... walaupun aku hidup... aku juga tidak tahu cara membencinya..."
.
"Kalau begitu, berhentilah membenci."
.
"Omong kosong."
.
"Apa mungkin ini cinta?
Tapi kenapa sakit?
Atau ini luka yang baru?
Kebencian Tuhan yang baru?"
.
"Berdamailah dengan Tuhan, Kyu..."
.
"Berikanlah sedikit cahaya buat matamu, Min... Cahaya kehidupan."
.
"Hatiku mati... sudah lama."
.
"Mungkin sudah saatnya hatimu hidup lagi."
.
"Jangan berani-berani untuk pergi, Min. Jangan sampai aku membencimu juga!"
.
"Berdamailah dengan Tuhan, Kyu..."
.
"Bocah brengsek, buka matamu!"
.
"Kyu..."
.
"God, where are You?"
.
.
.
.
-Late Night Monologue-
(Because I'm hurt so bad, and I want you to feel it too)
