Summ : Kai –artis duet Taemin– tidak pernah mengira Youngmin menjualnya kepada Tuan Muda Oh. Si pemilik saham terbesar tempatnya bernaung. "Keponakanku tersayang, hanya berkunjung. Tidak lebih."
Warn! NC pas-pasan '-')
An : Ini my first HunKai. Karna feel-ny mendadak ilang ditengah jalan, ff ini mungkin rancu ._.) Semoga tidak mengecewakan #bow
.
Selamat Membaca
.
Dalam sebuah ruangan dengan nuansa putih gading, tampak seorang namja duduk angkuh pada sofa empuk sembari menonton siaran acara music pada televise besar. Disampingnya ada seorang namja berperawakan mungil yang sibuk membaca berlembar – lembar kertas. Anggap saja itu berkas penting.
"Kyungsoo hyung.." sosok angkuh itu membuka suaranya. Berat, seksi dan jakunnya akan bergerak sensual ketika ia bicara. Ukh, jangan pernah perhatikan adam apel namja ini.
"Nde?"
"Siapa namja itu?"
Kyungsoo mendongak lalu mengikuti arah jemari kurus namja itu pada televisi. Disana tengah menampilkan duo namja berbeda warna kulit namun memiliki kemiripan. Jika yang satu terkesan cantik, yang satunya lebih terkesan seksi dan –nakal.
"Itu Taemin dan Kai. Semua orang juga tahu soal mereka, Sehun-ah."
Kyungsoo menggelengkan kepalanya tak habis fikir. Sehun ini 'kan pemegang saham terbesar dimana agensi duo namja tadi bernaung?
"Aku tidak begitu tahu," Sehun menjilat bibirnya yang tiba – tiba terasa kering. "Katakan pada Kim Youngmin, aku mau namja itu di kamarku malam ini."
Sehun menunjuk sosok berkulit tan dalam balutan kemeja putih dan celana hitam. Gerakannya begitu sensual, ekspresinya menggoda, dan Sehun berjanji akan mengikat pemuda itu diranjangnya! Apa semua laki – laki penari melakukan itu ketika tengah menari? Huh, Sehun akan rela mengeluarkan banyak uang-nya demi terus melihat namja yang ia inginkan menari streaptease.
"Bisa kuatur. Yang kau maksud Kai, bukan?"
Hah, apa yang tidak bisa Sehun lakukan? Dia kaya, tampan, angkuh dan seorang Tuan Muda paling disegani. Sedikit tambahan. Tidak ada satupun yang bisa menolak pesona Tuan Muda satu ini. Termasuk saya.
.
.
"TIDAK MAU!"
Youngmin mengacak rambutnya kasar sembari memijat pelipis. Satu jam berlalu semenjak Kai memasuki ruangannya dan selama itu pula Youngmin frustasi. Rambutnya yang sudah memutih bahkan tak berbentuk lagi.
"Keponakanku tersayang, hanya berkunjung. Tidak lebih," Youngmin masih berusaha membujuk.
Kai mendengus dengan tangan terlipat. Rautnya menegaskan seberapa marahnya seorang Kim Kai. Namja itu baru saja pulang dari performnya di MuBank dan langsung kemari karena Youngmin sendiri meneleponnya. Siapa sangka permintaan tidak penting yang terlontar dari Youngmin justru membuatnya kesal. Sudahlah membuang waktu sia – sia dan Kai terpaksa gagal makan siang bersama Taemin, sahabat baiknya itu.
Lagipula..
"Samchon kira aku tak tahu maksudnya 'berkunjung' itu?!"
"Kai.." Youngmin memasang raut sedikit memelas. "Tuan Muda itu pemegang saham terbesar disini. Kalau bukan karena itu, samchon tentu saja menolak!"
"Oh jadi ini karena-"
"Samchon mohon Kai. Saham agensi ini baru saja naik kembali karena bantuan Tuan Muda Oh."
Kai tidak menjawab. Ia seolah lumpuh sesaat begitu mendengar penuturan samchon barusan. Huh, dia bukanlah tipikal pria murahan yang bisa dibeli. Enak saja menyuruhnya untuk 'menemani' Tuan Muda Oh di apartementnya malam ini.
"Kalau kau menolak, kariermu berakhir Kai."
"MWO?"
Youngmin menepuk bahu Kai sebentar. "Tuan Muda tidak seburuk yang kau fikirkan Kai." Setelahnya lelaki berumur itu meninggalkan Kai seorang diri dengan pikiran berkecamuk. Kai mengusap wajahnya kasar sembari menatapi meja didepannya.
.
.
Oke bisa kita perhatikan penampilan Kai sekarang?
Baju lengan panjang transparan dibagian lengan. Sejujurnya baju ini terkesan feminism sekali untuk pria seperti Kai. Tapi ini atas permintaan Tuan Muda, ia bisa apa? Setidaknya ia masih mengenakan katun ketat yang membungkus kaki jenjangnya.
Ketat?
"Kau melamun?"
Kalau bisa Kai ingin memukul Tuan Muda angkuh didepannya sekarang. Mengingat banyak hal yang menjadi posisi Tuan Muda lebih unggul darinya, Kai langsung urung dengan keinginannya tadi. Kai tahu, Tuan Muda Oh Sehun tak lepas memandang setiap inchi tubuhnya semenjak menginjakkan kaki di dalam neraka ini.
"Tidak juga, Tuan Muda."
Sehun meletakkan kasar gelas berisi red wine ke meja lalu menghampiri Kai. Pemuda itu masih acuh sembari mempermainkan red wine dalam gelasnya sendiri. Bukannya ia tidak dengar hentakan kaki yang mendekatinya, Kai berusaha tenang.
"Ini rumahku, bishes. Jadi berlakulah baik – baik sebelum kau menyesal atas apa yang akan kulakukan padamu nanti," desis Sehun santai tepat ditelinga kanan Kai.
DEG!
Kai menjilat bibirnya yang terasa kering. Ada kebimbangan menyeruak ke dalam pikirannya. Dan apa – apan detak jantungnya barusan?! Kai tanpa sadar tersenyum miring. Mungkin setelah ini ia akan bertanya kemana arah orientasi seksualnya.
"Aku tahu kau menikmati suaraku barusan Kai," Sehun menjilat sekilas telinga namja tan dihadapannya ini. "Ingin bermain?"
Iris Kai bergerilya ke langit – langit kamar Sehun yang dihiasi bermacam – macam ukiran. Pengalih sementara hentakan nafsu seiring dengan harum maskulin Sehun menyeruak ke paru – parunya. Kh, apakah barusan Kai sudah memutuskan kemana orientasinya? Kai tidak menampik, nafasnya mulai memberat.
Cup..
Sehun mencium ujung bibir Kai yang sedikit terbuka cukup lama. Sambil memperhatikan bagaimana reaksi pemuda didepannya ini setelah itu. Terlihat Kai memejamkam matanya dengan bernafas menggunakan mulut.
Ia terangsang.
Perlahan Sehun mencumbui sepanjang garis rahang Kai hingga bertemu pada perpotongan leher jenjang Kai. Lidahnya ia biarkan merasai kulit kecokelatan itu dan menyesap harumnya. Kai benar – benar pria dengan harum menyengat sekaligus menggairahkan. Sehun mengakuinya dan ia seketika tertawa kecil begitu merasakan Kai mulai bereaksi. Namja ini melenguh samar.
"Ah~"
Kedua tangannya mulai memeluk Kai, merapatkan posisi mereka lebih intim tanpa melepas cumbuannya. Sehun kembali menyusuri perpotongan leher Kai hingga bertemu belah bibir menggoda yang seringkali mengembangkan senyum miring.
"Biarkan aku merasaimu, bishes.." bisik Sehun tepat di depan bibir Kai.
"Aku milikmu.."
Setelahnya Kai mengerang panjang dengan kepala terdongak. Sehun menyesapi nipples Kai bergantian dari luar pakaiannya yang transparan. Sebelah tangan Sehun menopang punggung Kai dan mendorongnya berlawanan arah demi mendapatkan kuluman lebih dalam. Nipples Kai menegak lantang begitu lepas dari kuluman Sehun. Bagian kain baju terlihat basah oleh liur.
Kai tidak bisa mengingat apapun lagi bahkan untuk merekam bagaimana ia berakhir telanjang bulat diatas ranjang super besar Sehun dengan posisi kaki mengangkang lebar. Sehun berada diantara selangkangannya sambil mengeluar – masukkan penis berukuran tidak biasa itu ke dalam lubang anal Kai.
"Ahh! Sehunh~"
Sehun tak henti memanjakan Kai dengan sentuhan – sentuhannya yang lihai. Mengelus pinggul sensitive namja itu yang berbuah Kai mengerang bersama kenikmatan tiada tara sambil menenggelamkan wajahnya di bantal. Sungguh Sehun hanya menggenjot sambil mengusapi badannya, tapi Kai bersumpah sentuhan tidak berharga itu –bahkan mustahil dapat dikatakan bisa memancing nafsu– mampu membuatnya gelisah oleh libido tinggi.
"Oh sayang, kau benar – benar sempith~"
Kali ini bibir Kai kembali menjadi korban. Sehun menciumnya hingga Kai sendiri menjambak rambut pemuda diatasnya sampai tidak berbentuk. Bagaimana lidah itu menjamah lidahnya, membelai permukaan bibir tebalnya, dan bagaimana Kai melenguh begitu keras pada hentakan dalam yang tepat menumbuk titik terdalam.
"Ahh kumohon~ percepat Sehun –eungh~" erang Kai frustasi akan lonjakan panas nafsu.
"Dengan senang hati, bishes~"
Sehun membusungkan dada Kai hingga tepat berhadapan dengan wajahnya. Sembari mempercepat hentakannya, Sehun menghisap nipples Kai dan menggigitnya kasar.
"Arghh! Ahh~"
Kai menikmatinya, tentu saja. Entah sejak kapan ia menyukai sensasi menyakitkan itu. Nikmatnya serupa menghisap ganja. Bibirnya mengeluarkan desahan – desahan pendek sambil mengocok penisnya sendiri. Sehun seketika menjambak rambut belakang Kai keras.
"Biarkan aku yang memuaskanmu, Kai.."
"Ssh~ cepat –OUH!"
Sehun menghentak kembali penisnya yang masih bersarang didalam lubang tunggal Kai. Pemuda itu menggenjot lebih brutal dari sebelumnya sampai – sampai Kai terlonjak. Kai benar – benar sudah dekat pada dunia putih dan semakin membusungkan dada.
"Bersama, sayang~" bisik Sehun sembari mendorong penis sedalam – dalamnya tanpa menghentikan kocokan pada penis Kai.
Keduanya mengerang panjang diiringi tembakan sperma pada waktu nyaris bersamaan. Kai terpejam erat sembari merasakan sengatan nikmat disekujur badannya. Sama hal-nya dengan Sehun yang terus menggeram rendah karena penisnya diperas begitu kuat oleh lubang anal Kai.
"Sehun, jangan tinggalkan aku."
Klise.
Sehun tak menyangka pemuda seperti Kai akan mengatakan hal itu. Mata elangnya memperhatikan wajah berpeluh Kai. Kelereng kelam Kai sudah tersembunyi, sepertinya Kai kelelahan. Namja itu tertidur dengan raut lelah.
Perlahan Sehun melepas tautan dibagian selatan tubuh mereka tanpa menjawab pernyataan Kai.
.
FIN
.
.-.) ini sabtu, bukan malam jum'at..
