Naruto © Masashi Kishimoto. AU, OOC, EYD, TYPO DAN SEJENISNYA.
.
.
.
Cinta itu aneh, menurutku. Karena bagaimana bisa orang sepertiku jatuh cinta pada gadis kutu buku berkaca mata tebal, setebal buku paket yang biasa kubaca di rumah. Oke, tidak masalah kalau hanya kutu buku. Tapi dia juga aneh, sama anehnya dengan dua temannya. Kalo dibandingkan dengan dua temannya jauh lebih aneh teman-temannya sih. Namanya Haruno Sakura, memiliki rambut merah muda dan mata seindah batu emerald. Dia tidak tinggi juga tidak pendek. Tubuhnya tidak gendut tapi cukup berisi, apa lagi bokongnya. Penampilannya aneh, sangat aneh. Kemeja seragam putihnya yang besar berwarna kekuningan, atau biasa disebut kumel. Roknya sangat panjang sampai melewati lutut. Dia semakin terlihat aneh dengan rambut merah muda panjangnya yang diikat ikatan rambut warna-warni membuat rambutnya berdiri seperti pohon palem. Menggelikan. Dia suka tersenyum lebar pada setiap orang yang dijumpainya, memamerkan barisan gigi atasnya yang hitam, membuatnya terlihat bodoh dan ditertawakan. Aku tidak habis fikir, kenapa Uchiha sepertiku jatuh cinta pada gadis aneh sepertinya?
Ku pijat keningku yang tiba-tiba pusing saat aku menanyakan pada diriku sendiri kenapa aku suka padanya. Aku sempat berfikir dia mengunai-gunaiku. Pemikiran bodoh! Menghela napas panjang aku menatap pintu kelas, sebentar lagi bel masuk. Biasanya dia akan muncul disaat-saat seperti ini dengan setumpuk buku-buku tebal di pelukkannya. Pintu kelas terbuka perlahan, ketiga sahabat sejati yang dianggap aneh satu sekolah masuk satu persatu. Yang lebih dulu masuk Uzumaki Karin. Gadis berambut merah yang memakai kaca mata kotak. Karin tidak secupu gadis yang kutaksir, dia memakai kaca mata kotak mengikuti trend bukan kaca mata tebal buluk seperti gadis yang aku incar. Karin cantik, memiliki senyum manis, bertubuh tinggi dan ramping. Tapi sayang dia sangat jorok, hentai, menjijikan, menggelikan dan semacamnya. Kau mau tau kenapa aku mengatakan Karin jorok? Sejak pertama aku melihat Karin dia sudah memiliki dua anak sungai yang keluar-masuk saat dia bernapas. Awalnya kukira dia sedang flu, tapi ternyata tidak. Tidak musim panas, musim dingin, musim semi, musim hujan, dia selalu memiliki dua anak sungai berwarna hijau yang keluar masuk saat dia bernapas. Sekalipun Karin membuangnnya anak sungai itu akan ada lagi, anehkan? Dia juga suka menyembur orang-orang di dekatnya, bersin-bersin. Tak jarang anak sungai berwarna hijaunya muncrat keluar, jadi tidak ada yang mau dekat dengannya.
Sambil bersin-bersin Karin mendekati kursinya, Sakura dan Tenten mengekorinya di belakang. Sakura menyodorkan tisu pada Karin lalu tersenyum lebar. Beberapa siswa-siswi meringis jijik melihat sebaris gigi atasnya yang hitam. Ada juga yang terkikik geli melihat rambutnya yang diikat tinggi dengan tali rambut warna-warni. Aku hanya bisa mengerang pasrah. Bukan aku yang menginginkan, tapi hati ini yang memilihnya.
"Apa yang kalian tertawakan." Aku mencari asal suara itu. Ternyata Sabaku No Gaara, si kapten basket. Pemuda jelek berambut merah itu berdiri di pintu kelas lalu tersenyum saat Sakura meonoleh kearahnya dengan senyum lebar. Cih! Apa-apaan itu. Dasar rambut bata sialan! Dia kira dia keren! Kuremas bukuku gemas melampiaskan kekesalanku.
Tenten berjalan seperti laki-laki di samping Sakura dengan tas punggung menyampir di bahu. Dia menarik kursinya di baris nomor dua di urutan tiga dari kursi depan. Karin dan Sakura duduk di belakangnnya. Kelihatannya Tenten memang tidak aneh, tapi lihat saja nanti.
Setelah mempelajari pelajaran hari ini Kakashi sensei mengadakan tanya jawab dengan kami. Semua mata siswa-siswi melirik Tenten waspada, gadis itu tidak pintar tapi suka sekali mengangkat tangan membuat salah satu dari kami pingsan. Tenten mengangkat tangannya tinggi-tinggi, espresi wajahnya sama seperti gadis pada umumnya, manis. Reflek semua penghuni kelas menutup hidung masing-masing, termasuk aku tapi tidak dengan Sakura. Gadis berambut merah muda bertompel di pipi itu apa tidak punya hidung, atau hidungnya rusak sampai tidak mencium bau khas ketiak Tenten. Bulu-bulu hitam lebat mengintip dari celah lengan baju kemeja Tenten, dia sama joroknya dengan Karin. Bisa-bisanya dia tidak mencukur ketiaknya sampai bisa sepanjang itu. Aku meringis, buluku saja yang laki-laki tidak sepanjang itu.
Brukh!
'Ughh..." Aku kembali meringis melihat siswi yang duduk di depan Tenten pingsan, disusul teman sebangkunya yang ikut pingsan. Aku kasian pada orang yang duduk di depan kursi Tenten, mereka selalu pingsan saat gadis bercepol itu mengangkat tangan.
.
.
.
Normal POV
.
.
.
Semua penghuni perpustakaan mengernyit jijik saat melihat dua sahabat paling aneh satu sekolah masuk beriringan. Karin berjalan di belakang Sakura sambil mengoceh menceritakan kalo dia menemukan sesuatu yang kenyal, elastis dan memiliki rasa asin, diselingi bersin-bersin. Sesekali Sakura menanggapinya dengan pertanyaan-pertanyaan konyol sambil menoleh lalu tersenyum lebar memamerkan barisan gigi atasnya yang hitam. Tidak ada penjaga perpustakaan, jadi mereka bisa mengoceh seenaknya. Buru-buru siswa-siswi yang sedang membaca atau mencari buku meletakkan dan mengambil asal buku di rak lalu pergi keluar perpustakaan dengan langkah cepat. Kedua siswi, maksudnya tiga siswi, tapi karena Tenten tidak ada tidak apakan di bilang dua, memang terasingkan di sekolah ini. Tidak satupun siswa atau siswi yang mau dekat dengan mereka karena mereka aneh, jorok, dan miskin.
Makin sepi, makin bagus. Itu yang Sakura pikirkan. Tidak peduli sekalipun sebelum mereka pergi menatapnya jijik dengan dengusan kesal. Untuk apa peduli pada mereka yang tidak peduli padamu, ya kan Sakura? Sakura mendekati rak-rak buku, Karin masih mengikutinya di belakang sambil mengoceh menceritakan penemuan luar biasanya.
Sakura menemukan buku yang dia cari lalu menarik satu tangan Karin ke kursi paling pojok di balik rak buku. Dia menarik kursi lalu mendudukkan dirinya di sana, sementara karin duduk di kursi depan berhadapan dengannya. Gadis berambut merah muda itu membaca lembar demi lembar buku, sesekali ia bergumam menyauti ocehan Karin seadanya. "Hm?" "Ya." "Haha..." Gumamnya tanpa minat. Seorang Sakura bila sudah bertemu kekasihnya, buku, ya seperti ini.
Karin merasa diabaikan. Gadis berambut merah itu melipat tangan di depan dada dengan bibir mengerucut, sesekali disedotnya ingus yang keluar dari lubang hidungnya membuat cairan lendir itu keluar masuk. "Tidak apa-apa orang mengabaikanku." Ucapnya dengan nada kesal yang serak. Sakura mengalihkan pandangan dari buku pada Karin. "Tapi aku tidak suka temanku mengabaikanku seperti mereka yang mengabaikanku." Dia merengut siap menangis.
"Karin. Aku tidak bermaksu ..."
Terlambat. Kini Karin sudah menangis. Sakura menghela napas. "Baiklah. Di mana kau menemukan benda luar biasa itu?" Sakura tersenyum.
Karin mengusap sudut matanya dengan punggung tangan, cepat-cepat Sakura mengambil tisu di Saku seragam lalu memberikannya pada Karin. Karin menerimanya dengan baik lalu tersenyum. "Kau ingin tau?"
"Ya." Sakura melebarkan senyumnya.
"Kau sungguh ingin tau?"
"Ya."
"Sungguh?"
"Ya, Karin. Cepat katakan padaku." Ucap Sakura menahan jengkel. Sebenarnya dia tidak benar-benar ingin tau, hanya ingin membuat Karin senang itu saja.
"Kau sungguh-sungguh?"
Sakura menghela napas. "Kau mau memberitahuku tidak, sih." Gadis berambut merah muda itu membuka kembali bukunya.
Karin mencondongkan tubuhnya lebih dekat dengan Sakura. "Tapi jangan beritahu siapapun, ya."
Menahan kesal Sakura memaksakan senyum. Dia kembali menutup bukunya karena kalau tidak, bukan tidak mungkin Karin akan merampas buku miliknya. Gadis berambut merah itu paling tidak suka diabaikan teman sendiri. Sakura melongo melihat Karin mengorek-ngorek lubang hidung dengan jari telunjuk, seperti sedang mencari sesuatu.
Karin tersenyum lalu mengeluarkan jari telunjuknya, dan Sakura kini tahu benda apa yang kata Karin luar biasa itu. Diam-diam gadis berambut merah muda itu menelan ludah saat membayangkan Karin akan memaksanya menyentuh benda 'luar biasa itu'
Karin memegang benda kecil bulat kecoklatan hasil jeripayahnya dengan telunjuk dan ibu jarinya. Gadis itu tersenyum memamerkan benda luar biasanya pada Sakura. "Lihat Sakura." Dia menjepit benda itu menunjukkan pada Sakura betapa kenyal dan elastisnya benda luar biasa miliknya.
"Hahaha..." Sakura tertawa kaku sembari menggaruk tengkuk. "Ya. Sangat luar biasa." Ucapnya memaksakan senyum.
"Tidak hanya itu, benda ini juga memiliki rasa yang unik. Asin. Tapi tak seasin garam." Jelas Karin dengan wajah ceria seperti anak kecil yang baru diberi dot.
Sakura memutar mata bosan saat Karin menjilat benda luar biasanya.
Tenten yang baru bergabung menarik kursi di samping Sakura. "Dari mana kau chinese?" Tanya Karin menatap langsung manik coklat Tenten.
Tenten melipat tangan di atas meja. Kepalanya jatuh lemas di atas lipatan tangannya. "Kamar mandi." Ucapnya lemas.
Sakura kembali menghela napas lalu kembali menutup bukunya. "Kau kenapa?"
Wajah Tenten merengut. "Mereka mengunciku di kamar mandi."
"Seperti kemarin-kemarin, ya? Apa mereka juga kembali menulis kau harus mandi." Tenten semakin cemberut mendengar itu dari Karin. Karin nyengir. "Aku mau menunjukkan sesuatu."
Tenten menegakkan posisi duduknya. "Apa?" Tanyanya penasaran pada Karin.
Karin tersenyum sembari menunjukkan benda luar biasanya pada Tenten. Dahi Tenten mengernyit melihat benda kecil dijepitan telunjuk dan ibu jari Karin. Sakura menepuk jidat dan menghela napas. "Apa itu?" Tenten mengambil benda kecil itu dari Karin. Dia memencet-mencet benda itu. "Kenyal dan elastis." Suara Tenten terdengar senang di telinga Sakura.
Sakura meringis. "Err.. Tenten."
"Rasanya juga unik." Ucap Karin masih dengan senyum bangganya.
"Sungguh?" Tanya Tenten semangat melupakan rasa kesalnya pada siswi iseng yang menguncinya di kamar mandi.
Karin mengangguk masih dengan senyum manisnya. "Cicip saja."
Rasanya Sakura ingin muntah melihat Tenten menjilat benda luar biasa Karin. "Kau benar." Kata Tenten senang. "Ini penemuan luar biasa. Dari mana kau mendapatkannya?" Tanya Tenten.
Karin tersenyum. Dengan gerak lambat dia menunjuk lubang hidungnya.
Tenten memasang wajah bingung. Sakura mengerang frustasi melihat wajah polos Tenten. "Itu upil, baka!"
"Hah!? Kau serius!?" Tenten tampak syok!
"Huum!" Karin mengiyakan.
Cepat-cepat Tenten berlari keluar menuju kamar mandi berniat membersihkan mulut dan tangannya meninggalkan Karin dan Sakura. "Memangnya kenapa dengan upil."
Sakura melirik Karin sebelum berdiri dari tempat duduknya, mengembalikan buku ke tempat semula. Keinginannya membaca buku sudah hilang entah kemana.
Keluar dari perpustakaan Suigetsu tidak henti-hentinya tertawa. Sasuke dan Jugo yang berjalan di samping Suigetsu hanya melirik Suigetsu malas. Diam-diam Sasuke tersenyum saat mengingat espresi wajah Sakura di perpustakaan. "Kalian lihat. Si ingus itu lucu sekali. Haha..." Suigetsu tidak henti-hentinya tertawa.
.
.
.
.
TBC..
