Naruto bukan milik saya, mereka milik Masashi Kishimoto. Begitupun dengan Wanda dan Pietro dan lain-lain mereka milik Marvel. Saya tidak mengambil keuntungan apapun dari ini.
.
.
.
Pemain Cinta.
.
.
.
Jika boleh, Sasuke akan menyalahkan Tuhan atas ini. Menyalahkan mengapa orang itu di ciptakan dengan bentuk yang sangat sempurna kelewat batas dan sensual. Tapi, kala raga tak dapat mempertemukan, Loki datang mengemban strategi unik dari otaknya dan tertawa untuk mengakhiri gejala.
.
.
.
Malam ini gelap. Segelap keheningan di jembatan yang menghubungkan dunia iblis dan dunia manusia. Terlepas dari dingin dan hentak gejolak turun salju saat itu, Sasuke masih berada di luar, berjalan dengan cara yang aneh sesekali bersiul.
Dia mabuk. Mabuk berat.
Parah.
Ikonik dari percepatan di seluruh jagad menepuk jidat, miris melihat kelakuan temannya yang sudah di luar batas. Di belakang sana, sambil mengingat apa yang baru saja terjadi, Pietro sedikit menggerutu. Kepalanya berputar-putar, tapi dia tidak minum, seluruh cangkirnya tumpah ruah akibat kehebohan yang semena-mena.
Yang benar saja! Pikir Pietro. Wanda di goda lagi oleh durjana mentahan seperti Uchiha Sasuke. Untung saja waktu itu Wanda berontak dan Hill mengamuk. Ini terjadi di bar, entah siapa yang mengajak rombongan ke sana, seingat Pietro, Stark yang mengundang mereka, Pietro setuju saja dan tak terlalu memikirkan ini.
Namun, hal aneh mulai terjadi. Sasuke langsung saja membual seperti buaya playboy, menyentuh area-area tertentu Wanda dengan seduktif. Saat itu memang terjadi hal lucu dari mulai Rogers mendadak cegukan dan berhutbah ria dan Stark terkikik sendiri bersama assistant virtual.
Setidaknya tindakan kurang masuk akalnya ini bisa di hentikan. Dengan hantaman di atas kepala Sasuke dari Hill dan Pietro dalam waktu bersamaan. Sempat terjadi kegemparan dan ruangan mendadak berubah seperti kapal pecah. Untung saja Hulk tidak mengamuk atau bar pribadi Stark akan hancur seperti debu yang berterbangan.
Ingin marah, tapi tak bisa. Pietro akan di anggap super gila jika menghajar lelaki mabuk yang sempoyongan dan tertawa-tertawa sendiri. Tapi, apa Sasuke tahu kalau Wanda memiliki hubungan darah yang kental dengan Pietro?
Semoga saja Sasuke tak tahu. Pietro dan Wanda itu kembar, tapi mungkin Sasuke terlalu tolol untuk menghapal hal seperti itu.
"Jangan lakukan hal itu lagi, Sas.." Pietro mendelik tajam, menepuk beberapakali punggung Sasuke yang tengah muntah-muntah di pojokan, Pietro menahan mual beberakali, ia sebenarnya ingin muntah juga akibat bau yang di keluarkan dari mulut Sasuke.
"Woi, dengar itu tidak, Sas?"
Lagi-lagi hanya gerutu tak jelas yang Sasuke katakan, sebuah kalimat teramat gila yang akan membuat Rogers tutup telinga dan menggeleng-geleng. Andai saja teman-teman Avengers ada di sini, membantu mengusir bala dari kiriman seorang Sasuke. Yang lainnya sudah lepas, termasuk Clint yang tidak pernah komen banyak.
Pietro tepuk jidat lagi, tetapi kali ini akibat kelelahan. Ia meregangkan leher, berjalan lunglai seperti linglung tak seperti biasanya. Ia lantas duduk di atas sofa, memainkan remot dan meregangkan otot-otot, sejarak kemudian Pietro mulai kehilangan antensi dan kesadarannya.
Lalu.
Tertidur.
"WHOAAAAA!"
Teriakan membahana yang di lontarkan seperti lemparan granat buat Tn. Maximoff panik.
"PIETRO MAXIMOFF, ITU APA?"
Teriakan kembali terdengar. Suara Sasuke itu
Secepat matahari terbit dan terkejut bukan main. Pietro langsung bangkit bak kerasukan, ia menoleh ke kanan dan kiri, menyipitkan mata kala surya bergelora.
Bola matanya langsung melotot.
Rumahnya hancur.
Oke. Hanya jendela yang pecah dan tembok sebelah kanan menghilang bagai sebuah debu. Pietro mengusap mata, memijat kening dan minum air putih. Saat itu, barulah ia sadar.
Eh, orang ini...
Haruskah Tn. Maximoff mengucapkan salam?
"Oh, hei.. Loki?"
Sasuke tertawa geli lain dengan Pietro yang panik dan mencari-cari nomor teman-teman Avengers di buku telepon. Tapi, berkali-kali ia mencoba hanya nomor Peter Parker yang bisa di hubungi, ia juga tidak mungkin meminta bantuan bocah itu atau Pietro akan di tertawakan di atas kegagahannya sebagai Quicksilver selama ini.
Jadi, Pietro hanya mengatakan hal-hal basi yang membuat Parker mengeryit di balik selubung biru langit siang hari.
"Mau apa kau?"
Pada akhirnya hanya itu yang telontar dari mulut Pietro.
"Aku? Tidak. Dia yang meminta.." Loki menunjuk Sasuke. "Tidak ada urusan denganmu, Tn. Maximoff.."
"Ini rumahku. Kau yang menghancurkannya dan ini ilegal, hell.."
"Tanya saja pada si mata aneh ini. Kau akan tahu kenapa aku ke sini. Dan jangan coba-coba hubungi si pembawa petir.."
Pietro tertawa penuh sindir. "Storm?"
Yang di anggap serius oleh Loki. "Siapa?"
Pietro memijat batang hidungnya. "Duh.." Di tatapnya Sasuke penuh hayat. "Mana, tanggung jawabmu.."
Mereka bertiga saling beradu pandang, minus Sasuke yang tertawa basi karena "ritualnya" berhasil terselaraskan. Di tatapnya satu persatu makhluk super power ini oleh Sasuke. Yang satu mata zambrud licik hobi manipulator dan yang satunya lagi pria kocak yang jenaka.
Dalam helaan napas, Sasuke langsung bicara. "Aku meminta pada Loki supaya bisa menaklukan Wanda..."
Kedua lelaki di depan Sasuke melongo. "HAAA!"
Sebuah kursi melayang ke atas ubun-ubun Sasuke. "Hell, ini gila! Aku tidak mau kau memiliki Wanda!"
Yang satunya lagi, Dewa dari tempat lain bergejolak. "Aku bukan dokter cinta.."
"Oh, hei tenang. Aku akan mengabulkan apapun yang kalian minta.."
Loki menyeringai. "Apapun?"
"Asal jangan menghancurkan Avengers.." Pietro menambahi. "...dan X-men."
Sekali lagi, Sasuke menatap jam tangannya beberapa kali, tersenyum penuh goda dari balik jendela mobil sedang di sebelahnya, Pietro terus mengoceh di balik kungkungan Loki yang tertawa sinis. Harus di akui, Sasuke setuju dengan kontrak tanpa materai yang Loki ajukan.
Jangan penasaran, sebab Tn. Maximoff ini tidak di beri tahu, meski hanya satu huruf. Jadi, mungkin itu hal-hal basi yang tak dapat di terima Pietro, membuat si super sonic itu mengamuk dan menerbangan barang-barang ke atas ubun-ubun Sasuke.
Setelah mengajukan beberapa lembar pertanyaan dari selembar kertas. Loki dan Sasuke setuju untuk menemui Wanda plus Pietro untuk pembicara pada step kedua, kalau-kalau perempuan berambut merah itu tidak terima atau melakukan hal di luar kemampuan sang Dewa. Jadi, Pietro hanya cadangan yang bersifat maksimal.
"Angkat kakimu dan pergi, aku harus tahu apa kau cukup ahli membuat hati Wanda bergetar?"
"Tentu saja.."
Sasuke tersenyum miring, mengusap rambutnya pelan dan menyemprotkan minyak wangi. Ia nampak bergelora, sangat. Di tatapnya bayangan wajah dari balik smarphone hasil dari kerja paruh waktu di menara Avengers, kali ini Sasuke akan siap. Melakukan ini dan itu. Seperti yang Loki sarankan.
Di tatapnya Pietro dengan tajam oleh Sasuke, seolah akan memanterai, sementara sang target meringkuk dalam amarah.
"Apa sih yang kau rencanakan wahai Dewa.."
Sasuke mendekati Pietro, memainkan helaiannya pelan dengan wajah sensual. "Hanya.. hanya hal-hal baru.."
Sebuah pukulan spektakuler tertahan di permukaan perut dan kepala Sasuke, buat lelaki berambut hitam itu muntah-muntah. Pietro langsung marah. "Jangan dekati aku, tolol. Aku tidak tanya padamu dan aku ini bukan gay.."
"Ugh.. ya ma-maaf. Aku hanya melakukan test.."
Test? Test macam apa? Ini gila!
Saat itu juga dengan rona wajah di pipi yang tak mengalahkan gejala sebuah tomat, Sasuke melenggang, menutupi wajah meronanya setelah menggoda Pietro seperti itu. Oke, mungkin dia sedikit bingung tentang perasaannya atau memang Sasuke hobi menggoda semua jenis.
Siapa yang tak naksir Pietro?
Dia itu lucu.
Loki menendang punggung Sasuke, kesal karena pemuda itu terlalu lama dalam berkomitmen. "Lekas pergi sialan..."
Akhirnya Sasuke tiba di sana, menara Avengers dengan cara yang lain. Dengan pakaian yang kelewat rapi dan wangi. Ia lebih enerjik dan lebih... err.. seksi. Segala sesuatu di sana nampak biasa, dari mulai hadiah-hadiah dan hiasan bunga yang di dedikasikan untuk para Avengers juga hal-hal aneh lain.
Dasar fangirl.
Sambutan hangat di dapatkan, Sasuke mengangkat tangan untuk sebuah salam, di sana Sasuke mendapati lelaki bertubuh atletis yang selalu berbicara formal. Senyum terpatri tatapan heran dan sedikit aneh.
"Uchiha temannya Pietro 'kan?"
Itu Rogers yang bertanya.
"Um.."
"Ada apa?"
"Aku ingin menemui Wanda.."
"Tumben. Dia ada di atas dengan Natasha.. cari saja."
Belum juga Sasuke melangkah, sebuah tatapan heran dan aroma parfum wanita berjarak dua meter masuk ke penciuman, begitu manis membuat hatinya takluk. Saat itu juga, ia melihat sang pujaan. Wanda Maximoff yang kepusingan memegang kepala.
Ia melewati Sasuke, lewat bahu dan cuek sambil memegangi kepala.
"Hei.."
Wanda melirik, tak jelas. "Ada apa?"
"Aku mau bicara..."
Wanda nampak serius dan Rogers menghilang seperti seekor burung. Dia tahu ini bukan urusannya.
Wanda nampak kikuk. "Soal?"
Satu langkah, Sasuke mencoba.
Dua langkah, ia mendekati.
Tiga langkah, tangan terkalung di leher.
Wanda diam dalam posisi, melirik lewat bahu wajah Sasuke yang enggan untuk menggoda. Kepala lelaki itu mendekat, menyelipkan helaian ke telinga.
Lalu melakukan hal lebih brutal.
"Ngghh... Sas.."
Langsung saja Sasuke melepas pelukan di leher Wanda. Ia paham betul efek dari gigitan di telinga itu seperti apa, lantas, Sasuke mundur, menutupi wajah super meronanya dengan apa adanya.
"Wan-wanda..."
"Ya?"
"Aku ingin kau menyepakati sesuatu. Ini soal.." ada jeda. "...Pietro."
Apasih? Ya? APA? Tunggu saja
