Disclaimer: Naruto © Masashi Kishimoto
Characters: Tenten, Neji, OC
Genre: Family
Rated: T
Warning: AR!Canon, sedikit OOC
Fic ini untuk ulang tahun Neji
"Aku iri dengan teman-temanku yang bisa bertemu papa mereka..." ujar Iyuen dengan sedih sambil memeluk bingkai foto yang ia pegang.
Tenten pun langsung muram saat melihat wajah sedih Iyuen.
"Kalau begitu, kita ke tempat papa sekarang, yuk!"
"Eh? Kata mama papa sudah berada di tempat yang jauh," ucap Iyuen kebingungan.
"Papa memang sudah berada di tempat yang jauh, tapi kita tetap bisa berkunjung ke tempatnya, Xiao Yiyuan," jelas Tenten sambil mengelus kepala Iyuen.
Iyuen pun mengangguk-anggukkan kepalanya walaupun masih sedikit bingung.
"Selamat datang~" sapa Ino kepada Tenten dan Iyuen yang masuk ke toko bunga Yamanaka, "Ah, Tenten-san, kau sering sekali datang kesini," lanjutnya.
"Aku kan mau 'mengunjungi' dia, jadi tidak mungkin kalau aku tidak membawa apa-apa," ujar Tenten tersenyum.
"Ah, begitu, ya?" gumam Ino, "Tenten-san, itu siapa?" tanya Ino sambil menunjuk Iyuen yang masih malu-malu di balik tubuh Tenten.
"Ah, dia anakku, Xiao Yiyuan," jawab Tenten, "Xiao Yiyuan, ayo beri salam ke Ino-baasan," katanya kepada Iyuen.
Iyuen pun keluar dari tempat persembunyiannya (?) dan mulai memperkenalkan diri, "Se-selamat siang, Ino-baasan. Namaku Iyuen. Salam kenal."
Ino yang melihat warna mata Iyuen pun terkejut, "Tenten-san, dia..."
Seolah mengerti perkataan Ino, Tenten pun menjawab, "Iya, dia anakku dan almarhum Neji."
"Ah, begitu."
"Nah, Yiyuan, kau pilih lah bunga yang akan kita berikan untuk papa," pinta Tenten kepada Iyuen.
Iyuen pun mengangguk pelan dan mulai melihat-lihat bunga. Pandangannya pun tertuju pada suatu bunga.
"Mama, warna bunga ini seperti warna mata papa," ucapnya sambil menunjuk bunga Lavender.
"Kau mau memberikan bunga itu untuk papa?" tanya Tenten.
"Iya," jawab Iyuen sambil mengangguk pelan.
"Baiklah," kata Tenten, "Ino, setangkai bunga Lavender berapa harganya?" tanya Tenten sambil mengeluarkan dompetnya.
Ino pun tersenyum tipis dan menjawab, "Untuk kali ini, gratis saja."
"Eh? Kau yakin?" tanya Tenten meyakinkan Ino.
"Iya. Untuk kali ini, gratis untuk Iyuen," jawab Ino sambil memotong setangkai bunga Laverder dan menyerahkannya ke Iyuen.
"Wah, mungkin aku harus sering-sering ke sini bersama Iyuen," canda Tenten.
"Hahaha... kalau untuk ibunya, aku tidak akan memberikannya secara gratis," balas Ino.
"Baiklah, terima kasih, Ino," ucap Tenten, "Yiyuan, ayo bilang terima kasih."
"Terima kasih, Ino-baasan," kata Yiyuan sambil membungkukkan badan.
"Sama-sama, lain kali datang lagi ya," balas Ino.
Tenten dan Iyuen pun keluar dari toko bunga Yamanaka dan berjalan menuju makam Konoha.
Di pemakaman Konoha...
Di hadapan Tenten dan Iyuen, terdapat sebuah makam yang bertuliskan 'Hyuuga Neji'.
"Ini ... tempat papa, ma?" tanya Iyuen.
Tenten pun mengangguk pelan, "Yiyuan, kau bisa membaca nama papa?"
Yiyuan pun melihat batu nissan milik Neji sambil mengingat-ingat pelajaran membacanya bersama Tenten.
"Aku tidak bisa membaca 2 huruf kanji pertama, ma," kata Iyuen.
"Jadi, apa yang bisa kau baca?" tanya Tenten.
"Uh... 'ne-shi'," jawab Iyuen.
Tenten pun terkekeh pelan, "Hampir benar. Nama papa adalah Neji, Hyuuga Neji."
Iyuen pun memangguk pelan, kemudian memandang batu nissan Neji.
"Ma, kenapa mama maupun aku tidak ikut marga papa?" tanya Iyuen dengan polosnya.
Tenten pun terkejut dengan perkataan Iyuen, "Ah, itu ... itu karena..."
"Tenten-san!" tiba-tiba, ada seseorang yang memanggil Tenten.
Tenten pun menengok ke asal suara tersebut.
"Ah, Ko-san!" kata Tenten ke arah suara tersebut.
Ko pun berjalan mendekati Tenten dan Iyuen (yang sembunyi di balik tubuh Teten).
"Kau sering sekali datang ke sini," kata Ko.
"Ahaha ... tentu saja, Neji kan sahabat dan rekan satu timku," ucap Tenten sambil berharap cemas supaya Ko tidak menyadari kehadiran Iyuen.
'Sial, aku datang di saat yang tidak tepat,' batinnya panik.
"Ko-san, aku permisi dulu ya. Aku harus membuka toko," pamit Tenten.
"Ma, mata paman ini mirip denganku dan papa," belum sempat Tenten melangkah pergi, Iyuen sudah keluar dari persembunyiannya dan terlihat oleh Ko.
Ko pun terkejut melihat Iyuen karena 2 hal: pertama, Iyuen mempunyai mata byakugan. Kedua, Iyuen memanggil Tenten dengan sebutan 'mama'.
"Tenten-san, dia..."
Tenten pun langsung memeluk Iyuen dengan erat, "Aku mohon, jangan pisahkan aku dengan Xiao Yiyuan. Dia adalah satu-satunya peninggalan Neji bagiku," katanya sambil meneteskan air mata.
Tenten pun meraung-raung sambil memeluk Iyuen, seolah-olah dia akan segera dipisahkan oleh Iyuen.
"Tenten-san, tenanglah. Tidak ada yang mau memisahkanmu dengan anakmu," ucap Ko sambil menenangkan Tenten.
"Hinata bilang kalau Klan Hyuuga akan mengambil anakku kalau mereka tahu tentang keberadaan anakku," isaknya.
"Tenten-san, kalau anggota Souke yang tahu, mereka pasti akan langsung mengambil anakmu. Tetapi, aku hanyalah anggota Bunke yang tidak bisa mengambil keputusan," terang Ko.
Tenten pun berusaha menghentikan tangisannya, "Kau janji tidak akan bilang ke anggota Souke?"
"Iya, aku berjanji," ujar Ko.
"Baiklah, terima kasih, Ko-san," kata Tenten sambil menyeka air matanya.
Sesampai Tenten dan Iyuen di toko sekaligus rumah mereka, Tenten tidak kembali membuka tokonya. Dia malah menuju kamarnya dan menangis.
"Ma, mama kenapa menangis?" tanya Iyuen.
Tenten pun berusaha menghentikan tangisannya, "Xiao Yiyuan, kau janji kan tidak akan meninggalkan mama sampai kapan pun?" tanya Tenten sambil terisak.
"Iya, Iyuen berjanji akan terus menjaga mama," katanya.
"Terima kasih, Yiyuan," ucap Tenten sambil memeluk Iyuen.
Keesokan harinya, Tenten membuka toko senjatanya seperti biasa. Hari ini, Iyuen menemani Tenten menjaga tokonya sambil melihat bingkai foto Tim Gai belasan tahun lalu.
"Ma, papa dulu orangnya seperti apa?" tanya Iyuen memecah keheningan.
Tenten pun menghela nafasnya, lalu menarik kursinya ke dekat Iyuen dan memangku tubuh kecil Iyuen.
"Dulu, papa itu..." Tenten mulai bercerita.
Tenten pun memulai ceritanya saat dia pertama kali bertemu Neji di Akademi, saat Neji lulus dari Akademi dengan nilai terbaik, tentang Neji si genin terhebat di angkatan mereka, segala kejeniusan Neji, dan juga sifatnya yang lembut.
"Dulu papa sehebat itu?" tanya Iyuen.
"Iya, dulu papa orangnya hebat sekali."
"Aku ingin jadi seperti papa!" seru Iyuen.
"Begitu? Kalau Yiyuan rajin belajar, pasti Yiyuan akan menjadi hebat seperti papa," ucap Tenten sambil mengelus rambut Yiyuan.
"Baiklah, aku akan rajin belajar setiap hari," kata Iyuen bersemangat.
'Kalau Yiyuan ingin jadi seperti Neji, berarti satu-satunya jalan adalah menyerahkannya ke Klan Hyuuga,' batin Tenten.
"Kalau begitu, Yiyuan mau tinggal di kediaman Hyuuga, supaya bisa belajar di sana?" tanya Tenten.
Iyuen pun menggeleng pelan, "Aku sudah berjanji akan terus menjaga mama. Aku tidak mungkin meninggalkan mama."
Tenten pun mengelus kepala Yiyuan, "Tapi, Yiyuan juga ingin seperti papa 'kan?"
Yiyuan pun mengangguk mantap.
"Kalau begitu, Yiyuan belajar dulu di sana. Supaya saat Yiyuan kembali nanti, Yiyuan bisa menjaga mama," kata Tenten meyakinkan.
Yiyuan pun terlihat berpikir.
"Baiklah, aku janji akan menjaga mama saat aku kembali."
Malamnya di rumah Tenten...
Saat ini, Iyuen sudah tertidur dengan pulas, sementara Tenten belum tidur karena terus memikirkan nasib Iyuen.
'Neji, apa keputusanku ini sudah benar?' batin Tenten sambil mengelus pipi Yiyuan yang tembam.
'Aku masih ingat tentang impianmu. Aku takut kalau aku mengirim Iyuen ke kediaman Hyuuga, malah membuat keinginanmu tak terwujud'
Flashback...
"Neji, kau nakal sekali," ucap Tenten sambil mencubit pelan Neji yang berbaring di sebelahnya.
"Hei, aku kan hanya menciummu dengan lembut, lalu kau saja yang memancingku untuk melakukan 'yang lebih'," elak Neji.
"Tapi, tetap saja kau harus menahan nafsumu. Siapa sangka seorang Hyuuga yang sedingin es sepertimu bisa tumbang karena hawa nafsu," kata Tenten tidak mau kalah.
"Huh, terserah," kata Neji sambil memalingkan wajahnya yang memerah.
Tenten pun terkekeh pelan melihat reaksi rekan satu tim—ralat—kekasihnya.
"Neji, peluk~" ujar Tenten manja sambil merentangkan kedua tangannya.
"Huh, baiklah, dasar manja," kata Neji sambil memeluk Tenten.
Tenten yang sudah dipeluk Neji pun tersenyum dengan girang.
"Tenten..." panggil Neji memecah keheningan.
"Iya?" jawab Tenten.
"Kalau kita punya anak nanti, aku tidak mau dia mempunyai segel di dahi sepertiku," ujar Neji.
"Eh? Kenapa kau bicara seperti itu?" kata Tenten kebingungan.
"Tidak apa. Aku hanya ingin anakku tidak punya beban berat sepertiku."
TBC
A/N: Halo semua, mohon maaf atas keterlambatan terbitnya fic ini. Beberapa hari ini banyak yang mau diurus, mulai dari pindahan kos, belanja kebutuhan di kos, dan orientasi magang. Saya beberapa hari ini bener-bener ga sempat pegang laptop sama sekali huhuhu. Tapi, untungnya segala tetek bengek itu udah berakhir semua, jadi hari ini saya udah bebas pegang lagi hohohohoho. Sebenernya, fic ini rencananya mau saya jadikan oneshot, tapi karena terlalu panjang (menurut saya), jadi saya pecah jadi twoshot. Mind to review?
