Four Hearts

.

By Ashura

.

Disclamer : Naruto Mr. Masashi Kishimoto

.

.

Pairing : Sasuhina and Narusaku

Slight : Gaahina, Itahina

Genre : Drama, Friendship, Romance

Rating : T

.

.

WARNING!

OOC akut, TYPO, lost on rule KKBI dan hal lainnya yang bikin reader kepengen nipuk author bikin story gaje lagi. Kayaknya bakalan ada sedikit humor. Tapi resiko garing kayak ba'wan yang di jual abang-abang depan gerbang komplek.

.

#My First Canon Story

.

.

#Special to someone for request this story#

.

"I hope you like this story."

.

Don't like? Don't read!

.

.

Summary'

Saat kau merasakan yang namanya sebuah cinta kau pasti akan melakukan apapun untuk bisa tetap menggegam perasaan itu untuk selamanya.

Cinta yang datang dari seseorang yang begitu membuatmu selalu tertarik untuk selalu didekatnya dan melihat begitu bahagianya ia saat bersamamu.

Hal itulah yang terjadi pada sosok sang playboy cap gagak yang jatuh cinta pada gadis musim dingin yang sama sekali tak pernah tertarik padanya yang justru lebih tertarik dengan sahabat pirangnya yang mencintai gadis musim semi yang justru dengan blak-blakannya mengatakan sangat mencintainya.

.

Bagaimana roda putaran cinta mereka akan berhenti?

Check it dot!

.

.

Happy Reading!

.

.

#1# First

Burung berkicau mulai saling bersahutan saat waktu menjelang pagi yang indah. Langit yang semula gelap perlahan berganti warna jingga kekuningan. Seorang gadis dengan celana hot pans putih dan tank top hitam melekat di tubuh proforsinya yang kini nampak terlihat menantang dengan posisi tidur terlentang tanpa pertahanan apapun. Seseorang yang berada dibalik dinding nampak sangat menikmati pemandangan yang tertangkap oleh netra dalam mode byakugan.

"Yah. Kau memang sepupu yang sangat sexy, Hinata sama." Senyum mesumnya terlihat menjijikan. Tidak heran jika lelaki yang merupakan termasuk kelas bunke ini selalu mendapatkan bogem mentah dari gadis yang masih menikmati alam mimpinya ini.

"Ne-neji nii. Sedang apa di depan kamar Hinata nee?"

"Hwaaa!" Neji membekap mulutnya sendiri, ia menatap horor pada sosok gadis berusia 10 berdiri di sampinnya.

"Hanabi.. bisik Neji pelan sedikit desisan, "Hanabi sama... Apa yang anda lakukan disini?" Kepanikan segera menerjang tubuhnya saat merasakan pergerakan dari dalam kamar Hinata.

Tidak perlu penjelasana apapun lagi saat pintu kamar digeser kasar dan kuat. Neji diam membeku, menatap horor dan pias pucat menciptakan bulir keringat menuruni dahinya.

"Hi-Hina-ta sa-sama..."

"Berranninyaa kau... Nejiii!"

Brrraaak!

Keributan rutin di pagi saat kokokan ayam enggan untuk bersuara membangunkan dengan kebisingan yang sangat mengganggu.

...

Sementara itu ditempat lain dalam sebuah mansion yang bercirikan gambar kipas putih merah menjadi kebanggan klan ini. Nampaknya rumah ini sangat tenang berbeda jauh dengan kediaman Hyuuga sebelumnya. Ruangan terlihat sangat rapi meskipun pecahayaan yang temaram membuatnya justru terasa sejuk. Sampai ketika langkah seorang pemuda dengan rambut panjang di ikat rendah berlari dikoridor menghampiri wanita yang sibuk di depan kompor.

"Kaasan."

"Itachi? Ada apa? "

"Kaasan lihat Sasuke?" tanya Itachi berdiri didepang meja makan menatap makanan yang sudah disiapkan oleh Mikoto sebelumnya.

"Tidak. Memang kenapa kau mencari adikmu?" tanya Mikoto tanpa menghentikan kegiatan memasaknya. Bau masakan lezat memenuhi ruangan membuat Itachi mengkerut tidak senang. Andaikan ia tidak sedang berurusan dengan Sasuke ia berjanji akan melahap semua makanan dimeja ini.

"Sasuke mengambil topeng anbuku dari lemari. Aku tidak bisa pergi bertugas tanpa topengku bu."

Mikoto terkekeh mendengar ucapan yang terdengar seperti merajuk dari putra sulungnya ini. "Adikmu mungkin sedang bersama teman-teman gadisnya. Ini hari minggu, kau tentu tahu dimana akan menemukan Sasuke." Mikoto menyimpan sepiring omlet yang baru selesai di masaknya di depan Itachi.

Itachi mengangguk tipis sebelum mengambil omlet isi soziz ayam ikan kesukaannya. "Arigatou kaasan. Aku pergi."

...

...

"Kuso! Neji nii benar-benar mesum!" umpat Hinata penuh kekesalan. Ia mengambil sebuah tomat segar untuk dimasukan kedalam plastik belanjaannya.

"Tapi, aku tetap menyukai kakak sepupumu," ucpa seorang gadis yang berdiri di samping Hinata yang kini nampak memilih wortel dan brokoli.

"Kau memang gadis yang aneh Ten-ten. Tolong tomatnya ditimbang, jangan lebih dari 1 kilo ya paman." Hinata menatap Ten-ten yang memasukan wortel ke dalam plastik belanjaannya.

"Kau sungguh-sungguh ya dengan kakak sepupuku." Pernyataan yang justru terdengar pertanyaan yang pasti tidak perlu dipertanyakan lagi jawabannya. Ia hanya penasaran bagaimana sahabatnya yang tidak mahir dalam menggunakan senjata ini begitu teguh mencintai pria mesum seperti Neji.

"Hmm." Pipi Ten-ten bersemu membuat Hinata memutar matanya malas.

Hinata hendak membayar belanjaannya namun, sepasang tangan pucat memeluk perutnya dari belakang. Jangan lupakan dengan kebrisikan suara-suara perempuan yang terasa berdengung di telinga Hinata membuat empat sudut imginer Hinata terlihat di dahinya.

"Maaf, mina. Aku sudah punya pasanganku malam ini. Jadi, sepertinya aku akan menolak tawaran kalian." Suara bariton nan serak tertangkap di indera pendengar Hinata. Tak lama suara-suara histeris kekecewaan terdengar dari wanita-wanita yang mengejar lelaki kurang ajar dibelakangnya.

"Saaasuke kuuunnh! Tidaaaak!"

"Sasukeeee kun jahaaat..."

"Kyaaa... Ieeee"

"Sasukeee... "

"BRISIIIIK!" Teriak Hinata menghentikan suara-suara histeris yang terdengar seperti radio kusut di gudang belakang rumah Hinata. Sekarang ini justru seperti suara kucing kecil yang protes minta diberi makan.

"ENYAAHLAAH KALIAAAAN!"

Tanpa banyak ba-bi-bu lagi wanita-wanita fansgirl itu pun pergi dengan tampang ketakutan yang ketara saat melihat Hinata mengaktipkan mode mata genjutsu sebagai pemilik haires mata byakugan.

"Uchiha! Lepaskan tanganmu ini dari perutku.." Bisik Hinata dengan gigi bergelutuk menahan amarah. Ten-ten sudah bersiaga jika seandai Hinata akan mengamuk lagi.

"Hm? Apa aku tidak dengar dan hei.. kau beli tomat kesukaanku." Tanpa merasakan aura membunuh Hinata dengan lancangnya pemuda bersurai raven ini merapatkan tubuhnya dengan Hinata menghilangkan jarak tubuh mereka berdua,

"Uchiha Sasuke.. mati kau!" Dengan sigap Hinata menarik kerah tinggi Sasuke. Satu kali bantingan tubuh kekar Sasuke dibanting keras memberikan beberapa kali pukulan diwajah dan tendangan yang membuat pria itu meringkuk kesakitan.

Hinata yang kesal melampiaskan pada pukulan yang dilayangkan pada Sasuke. Melihat Hinata yang sudah tidak terkendali dan menjadi bahan tontonan pengunjung pasar lainnya Ten-ten berusaha menyadarkan Hinata.

Sayangnya usaha ten-ten tidak membuahkan hasil.

"Mou.. Hinata chan! Hentikan!.. Eh?"

ampai ketika bunyi gemerisik menghentikan kegiatannya. Sesuatu seakan membelit kedua kaki dan tangan Hinata. Ia terkejut menerka akan apa yang sedang terjadi hingga pandangannya bertemu dengan iris jade yang nampak bercahaya yang terkena sinar matahari.

"Gaara."

"Hi. Apa kabar Hyuuga san." senyuman tampan membuat semua orang yang ada disana tidak sedikitpun berpaling untuk menyaksikan sang pangeran suna yang selalu tersenyum.

"..."

"Apa kau tidak kasihan pada laki-laki yang tak sadarkan dibawahmu itu?" tanya Gaara menyadarkan Hinata dari keterpanaannya pada sosok sang kazekage muda ini.

Hinata segera bangkit menatap sinis pada Sasuke yang sudah tidak sadarkan diri dengan luka-luka lebam di wajahnya. Sepertinya ia memang berlebihan.

"kau harus membawanya kerumah sakit Hyuuga san." potong Gaara saat Hnata masih bergeming di tempatnya. Lirikan tajam langsung dihadiahkan Hinata pada Gaara. Namun nampaknya pria itu masih saja bisa tersenyum lembut pada sang haires Hyuuga.

"Dia laki-laki."

"Hinata..."

Tent-ten melirik cepat saat Gaara justru memanggilnya dengan nama kecil sahabatnya. Namun, belum sempat Ten-ten pulih dari rasa keterkejutannya, sosok yang sebelumnya terkapar tiba-tiba saja bangkit sedikit meringis.

"..."

"Aku tidak menyangka aku bertemu denganmu, Sabaku." Sasuke mengedikan bahunya melemaskan lehernya yang terasa sedikit kaku.

"..."

"Aku tidak tahu kau bisa begitu akrabnya dengan gadisku."

Ctak.

Satu perempat siku-siku muncul di kening Hinata. Seenak jidatnya si Uchiha kadal ini mengklaimnya dengan dengan sebutan 'gadisku'. Otaknya ditaruh dimana? Di dengkul.

"Uchiha jangan berani kau..."

"Kami sudah berjanji untuk hidup semati, lihatlah!" Sasuke menunjuk tanda merah yang yang baru disadari Hinata. "Aku sudah menandainya. Jadi, coba-coba kau berpikir untuk memilikinya, Sabaku."

"Hm? Aku tidak berfikir seperti apa yang kau pikirkan Uchiha san." Satu senyuman tipis terbit di bibir sexy Gaara, "lagi pula aku sudah menganggapnya seperti keluargaku sendiri."

"Tapi, aku tetap tidak akan membiarkanmu untuk bisa berkeliaran di sekitarnya dengan mudah."

"Kau lupa jika Hinata adalah gadis yang jelas tidak akan tega membuat orang di sekitarnya tidak nyaman, bukan?" balas Gaara menyimpan pergelangan tangannya di belakang tubuhnya. "lagi pula mana mungkin Hinata akan bertahan dengan pria playboy sepertimu, Uchiha san."

Hinata menatap kesal kepada dua pemuda yang kini masih saling berpandangan dengan ekspresi yang sangat kontras. Namun, jelas bukan itu yang membuat Hinata merasa sangat kesal. Mereka membicarakannya dan mengabaikannya seolah dia tidak ada.

"Ck. Kau tidak mengenalku Sabaku."

"Hinata juga tidak mengenalmu melebihi dia menganalku, Uchiha."

Berani benar Kazekage sok pintar ini. Nampaknya Kazekage payah ini ingin merasakan hantaman kekuatan Susano'o-nya. Cih. Sabaku ini bernyali juga menantang Uchiha Sasuke yang jadi missing nin wanita-wanita konoha ini. Cakra ungu yang masih terlihat tipis mulai membungkus tubuh Sasuke. Saringan Sasuke mulai aktip dan itu justru memancing pasir milik Gaara berdesir dengan spontan merasakan bahaya yang mulai mengancam dari sang putra bungsu Uchiha.

"Rasakan Sabaku!"

"Kau akan menyesal menantangku, Uchiha!"

Psyuuuh...

Dhwaaar.

Hantaman kekuatan cakra besar mengakibatkan satu wilayah kecil pasar Konoha hancur porak poranda. Semua ini tidak lebih dan tidak kurang karena perbuatan dua pemuda terkenal di masing-masing negaranya. Sayangnya meskipun terkenal hal itu tidak membuatnya lepas dari hukuman dan konsekuensi aturan yang di tetapkan oleh sang Hokage. Tentu saja Hokage yang terkenal dengan sikap berwibawa dan penuh kebijaksanaan ini tidak akan membiarkan pelaku pembuat kerusuhan lepas dari hukuman peraturan perundang-undangan Konoha. Sekalipun dia adalah pemimpin negara tetangga sekalipun.

"Jadi ini perbuatan kalian, Sasuke, Gaara?"

"Aku tidak melakukannya jika seandainya Gaara tidak menggangguku." Balas Sasuke memutar bola mata onyxnya malas sedang Gaara hanya mengangkat bahunya cuek saat mata shapire sang hokage menatapnya penuh tuntutan.

"Alasana apa anda melakukan itu, Gaara sama? Anda tahu benar untuk tetap menjaga hubungan baik saat kita berada di wilayah yang bukan kekuasaan milik sendiri."

"Saya hanya mengikuti langkah kaki saja, Naruto sama. Aku juga tidak berniat untuk menggangunya sebelum ia mengganggu Hinata chan di pasar. Lagi pula monster milik tuan Uchiha lah yang mengamuk terlalu berlebihan," Jawaban Gaara membuat segitiga siku-siku muncul di dahi Naruto. Pemimpin negara Suna memang benar kekanakan.

Sasuke sudah bersiap untuk memberikan ameterasunya andaikan suara Naruto tidak bergema dalam ruangan.

"Aku tidak menuntup apapun selain anda 'Kazekage sama' ataupun kau Sasuke, aku ingin kalian segera membereskan kekacauan yang telah kalian timbulkan ini. Aku tidak ingin mendengar berita baik selain kalian dapat membereskannya sampai menjelang petang ini."

Bersama setelah Naruto mencetuskan perintah sebagai keputusan bijaknya, Naruto lantas meminta kedua sahabatnya ini untuk segera keluar dari ruangannya. Meninggalkan dirinya beserta tumpukan tugas yang menggunung di meja kerjanya.

..

..

Bulir demi bulir keringat menetes di dahi Hinata sebelum ia usap kasar menggunakan lengannya. Helaan napas kelelahannya terdengar erotis ditelinga Neji. Padahal latihan baru dimulai sekitar 1o menit yang lalu tapi, Hinata sudah kepayahan. Neji masih bersikap siaga dengan kuda-kuda khas andalannya. Neji juga sama keringatannya namun tidak sebanyak Hinata.

"Hinata sama. Apakah lebih baik jiak anda istirahat sebentar." tawar Neji merubah posisi menjadi berdiri sedikit lebih santai.

"Ti-tidak huh... a- aku hhh.. masih bisa bertahan melawanmu," balas Hinata menolak tawaran Neji untuk yang kesekian kalinya, "lagi pula aku harus sering banyak gerak agar tidak gendut kayak Ino. Ish. Gerah!" Hinata melempar asal jaket ungunya karena kepanasan. Bagus latihan dibawah terik matahari seperti ini sangat bagus untuk pembakaran kalori yang berlebihan di tubuhnya.

Sayangnya teriknya matahari justru membuat tubuhnya semakin berkilap karena keringat. Tubuhnya yang putih mulus dan bentuk badan yang menonjol ditempat yang tepat. Percayalah lelaki manapun akan tergiur untuk mendapatkan Hinata. Neji saja yang sebagai sepupuya saja tidak pernah untuk tidak melewatkan pemandangan seperti ini bahkan mungkin lebih jika kau mencoba untuk bartanya padanya.

"Mohon untuk mengenakan kembali jaket anda Hinata sama,' ucap Neji semburat tipis terlihat di kedua pipinya.

Hinata menyeringai penuh kemenangan, "untuk apa kau memperhatikan hal yang tidak penting seperti itu, Neji nii. Kau seharusnya fokus pada tugasmu sendiri. Karena kali ini aku tidak akan mengampunimu."

Bersama setelah terjadilah pertarungan sengit antara Neji dan Hinata. Namun sayangnya Neji tidak menggunakan seluruh kemampuannya. Bagaimana tidak jika Hinata memang sengaja menggoda kakak sepupunya ini dengan gerakan-gerakan erotis seperti menggeliatkan tubuhnya saat menyerang neji menggunakan jutsu-jutsunya. Sudah pasti Neji kalah telak dengan wajah yang masih memerah dan hidung yang mimisan entah karena pukulan dari Hinata atau karena tekanan darahnya yang mendadak naik. Oke ambilah kesimpulan sesuka hati kalian.

Hinata menatap puas pada Neji yang sudah terkapar tidak elitnya. Tergeletak tengkurap tak bergerak sedikitpun. Hinata hendak pergi meninggalkan Neji andaikan ia tidak merasakan cakra familiar yang melompat kearahnya.

Tap.

"Hinata chan."

Hinata melirik pemuda jangkung bersurai panjang yang di kuncir satu. Ia memutar matanya bosan saat rona merah menjalar di kedua pipi Itachi saat melihat penampilan Hinata dari atas hingga bawah. Rambut yang terlihat lembab karena keringat, kulit putih yang mengkilap sebagian ada yang menetes dari leher dan berhenti tepat di balik tanktop jaring-jaring hitam yang di kenakan Hinata. Jangan lupakan dua gundukan yang bulat dan besar membuat Itachi tidak berkedip untuk betah melihatnya disana.

"Cih. Kakak dan adik sama saja," ucap Hinata sarkatik mengalihkan pandangannya gugup karena ketahuan tidak sopan. Ia menggaruk pipinya yang tidak gatal sebelum akhirnya ia mengatakan maksud kedatangannya melalui pintu darurat aka menerobos aka menyusup ke kediaman Hyuuga.

"Hehehe. Gomen.. gomen. Aku sebenarnya sedang mencari Sasuke. Apa kau melihatnya. Aku tidak bisa menemukannya ditempat-tempat dia biasa nongkrong dengan teman-temannya."

"Entahlah tapi, terakhir aku melihatnya di..." belum sempat Hinata menyelesaikan ucapannya, tangannya sudah ditarik Itachi untuk mengikutinya.

"Bagus! Ayo antar aku kesana. Aku benar-benar terdesak saat ini."

"He..hey. Itachi!"

Hinata pun digeret Itachi untuk ikut mencari Sasuke. Apa boleh buat, ini keadaan genting. Bisa-bisa kelompok anbu lain akan mengomelinya habis-habisan karena keterlamabatannya ini. Astaga... para anbu tidak pernah mengenal toleransi. Maka dari itu Hinata harus ikut dengannya sebagi penunjuk jalan untuk menemukan Sasuke.

...

...

Sementara itu Sasuke yang ditugaskan untuk membetulkan rumah dan fasilitas jalan yang tanpa sengaja dirusak oleh susano-nya yang tentunya dengan pria kazekage Sabaku no Gaara.

Bisa saja sebenarnya Gaara menyuruh kakaknya untuk menugaskan beberapa pengawal dari Suna untuk menggantikan tugasnya. Sayangnya ia jelas tidak ingin harga dirinya turun di depan bungsu Uchiha ini karena tugas yang harus di kerjakannya justru di lempar tangankan pada orang lain. Ck. Memalukan.

"Hey! Sabaku. Ini semua gara-gara kau."

"Kau menuduhku yang jelas-jelas itu perbuatanmu sendiri, Sabaku." Balas Gaara jutek.

"Kau yang memulai menggunakan pasirmu menyentuhnya. Aku jelas tidak suka." Kembali Sasuke menyahut dengan suara yang lebih keras.

Gaara mendecih mengacuhkan Sasuke yang kini ia lebih menyibukan diri dengan memasang paku pada rumah yang ke lima-nya.

"Kau seharunya duduk di singgasanamu seperti bayi dari pada mengganggu milik orang lain, Sabaku!"

Gaara masih mengacuhkan membiarkan Sasuke kembali meluapkan amarahn

"Kau kira kau bisa mendapatkannya begitu. Akulah yang akan lebih dulu mendapatkannya. Jadi lebih baik berhentilah mendekatinya."

"Untuk apa kau mengancamku. Kau sendiripun juga tahu siapa yang akan dipilihnya jika memang itu terjadi. Berwibawa dan tenang adalah sifat lelaki yang paling di sukainya dibandingkan dengan kau yang cerewet dan tidak pernah setia pada pasangannya."

Sasuke sudah kehilangan kesabarannya dengan cepat ia melangkah mendekati Gaara yang memberikan sedikit pasir pada tanaman kaktus.

"Kau..."

"Sasuke kuuuuun!"

Belum sempat Sasuke mangatakan keberatannya sebuah suara cempreng dan nyaring menerjang gendang telinganya. Ia menoleh untuk menemukan asal suara yang memanggil namanya.

"Oh, Hi Sakura."

"Hai mo.. Sasuke kun. Aku kangen padamu. Nih aku bawakan makanan. Kau mau Sasuke kun?"

"Tidak."

"Sasuke kuun..."

Dan waktu pun terbuang hanya untuk meladeni Sakura yang menawari Sasuke ini dan itu.

..

..

.

.

To be continued

.

.

"Gomen."

Untuk seseorang disana yang meminta ff canon 'Road to Ninja'. Aku engga bisa bikin yang ooc akut malah ni story jadi humor

Padahal udah ku ketik, ku hapus lagi. Serasa ada yang salah tapi, memang banyak kesalahan disana sini.

Dan berbagai kendala yang bikin aku nangis bombay terus.. kesibukanku yang tidak membiarkan tangan ini menyentuh tuts tuts keyboardnya untuk menampakan eksistensinya di dumay..hehehe.

Tapi aku sudah mencoba dan berusaha keras

Untuk inti ceritannya masih dalam tahap perkembangan

A..B..C..D..

#Bupt*gajenya kumat..*Abaikan!

...

Oke. semoga reader menikmatinya

.

Tapi, ini akan bertahan sampai 2 hingga 3 chap lagi.

Kalo males baca jangan dibaca ini mungkin akan sedikit borring.

Nice..twice.. hahaha..

Sekian.

.

.

"See you next chapter.."