Uuh~maafkan Yas, author tak berguna ini. Bukannya nerusin fic multichapter yang belum selesai malah buat yang baru. Tapi mau bagaimana lagi kalau otak Yas udah maksa nih inspirasi buat cepet-cepet di ketik n di publikasiin.
Buat yang nunggu `Belive me, and come back to me` maaf belum bisa Yas up date, ceritanya udah ada sih, tapi lagi nunggu mood bagus dulu baru deh ntar Yas update.
Terus buat `i`m yours`, niatnya mau buat chapy duanya, eh malah jadinya bikin yang sekarang ini. Hehe. Tapi di tunggu saja ya!
Okeh,,silahkan di baca~
#
#
Disclaimer : Masashi Kisimoto
Genre : Romance
Main chara : err…masih di pertimbangkan, FemNaru
Rating : T
Story by : Yashina Uzumaki
WARNING : Abal, gaje, AU, Typo, gender bender, (agak) OOC, dll
Summary : Jika cinta datang dengan sebuah pilihan, maka pilihlah. Bukan dengan keindahan, atau ketertarikan semata. Tapi dengan suatu kepastian, pasti di hatimu, dan pasti untuk hidupmu seorang.
#
#
_Enjoy_
Krriiinng…
Bel tanda berakhirnya pelajaran telah berbunyi. Murid-murid Konoha High School(KHS) mulai berhamburan keluar kelas untuk pulang kerumahnya masing-masing. Begitu juga dengan dua manusia yang masih ada di dalam kelas XI IPA 1, sedang berkutan dengan buku-buku pelajaran yang sedang mereka bereskan.
Seorang gadis cantik nan manis, memiliki helaian rambut pirang, kulit yang berwarna tan, dan bola mata sebiru langit siang tanpa awan, tak lupa juga tiga goresan halus di masing-masing pipinya, Namikaze Naruto, terlihat sedang memikirkan sesuatu.
"Kau sedang memikirkan apa, Dobe? Keningmu sampai berkerut seperti itu."satu lagi manusia yang ada di kelas itu. Adalah seorang bungsu Uchiha yang terpandang di Konoha ini. Uchiha Sasuke. Bola mata dan rambut kelamnya kontras dengan kulit putuh bak porselen itu.
"Aku hanya berfikir, kalau hari ini aku pergi ke rumah sakit, nenek akan menyuruhku menginap tidak ya? Aku jadi malas kalau memikirkan harus menginap."jawab Naruto dengan tetap mengerutkan keningnya tanda bahwa dia benar-benar sedang berfikir keras.
"Jangan bilang kalau kau mau kabur lagi seperti minggu lalu? Apa perlu aku yang menyeretmu, Namikaze Naruto?"
"H-haha,,kau galak sekali, Teme"Naruto tertawa garing karna aura sadis yang Sasuke keluarkan. Terkadang dia berfikir kenapa dia mau saja berteman dengan Uchiha satu ini.
"Baiklah, aku antar saja."
"Tidak usah `suke, aku bawa motor."
"Kenapa bibi mengijinkanmu menbawa motor, tidak di antar?"raut bingung terlihat jelas di wajah Sasuke, dia tidak habis fikir, kenapa ibu dari gadis di depannya ini membiarkan anaknya yang sedang sakit mengendarai kendaraan yang tidak aman itu sendirian.
"Aku yang memaksa, hehe"
"Pantas. Masih perlu ku kawal?"sekali lagi Sasuke memastikan bahwa Naruto mau untuk ia antar.
"Tidak perlu. Lagi pula bukannya bibi Mikoto memintamu menjemputnya? Pergilah, aku bisa ke rumah sakit sendiri kok."
"Hn. Kalau ada apa-apa, langsung telpon aku."
"Baiklah Sasuke-teme ku yang tersayang. Tunggulah telpon dariku."
"Hn. Ayo, sudah hampir gelap"
"Gelap nenekmu, ini masih jam dua siang bodoh"
"Hn"
"Huuh~menyebalkan"
Sasuke dan Naruto berpegangan tangan berjalan menuju gerbang sekolah. Sasuke menuju mobil ferari hitamnya dan Naruto menuju motor matic kuningnya.
Sasuke dan Naruto adalah sahabat sejak kecil. Bukan hanya karna mereka satu sekolah setiap tahunnya, tapi juga karna kedua orang tua mereka juga bersahabat sedari mereka remaja. Maka sudah jadi rahasia umum kalau kedua keluarga ini seperti bersaudara.
.
Sesampainya di parkiran mereka menaiki kendaraannya masing-masing, melambaikan tangan –Naruto- dan menuju arah yang berlawanan.
"Daah,,Teme."
"Hn"
"Ck,,dasar ayam."
Setelah mengejek Sasuke, Naruto langsung tancap gas menuju rumah sakit Konoha, rumah sakit milik nenek Naruto, Namikaze Tsunade.
.
.
Helm kuning, motor kuning, sweter kuning dan rambut kuning. Untungnya kulit dan mata Naruto tidak berwarna kuning juga, ck..kuning holic.
Si maniak kuning melajukan motornya dengan sangat pelan. Entah dia sengaja atau memang sedang tak fokus dengan motornya sendiri. Dan alhasil saat sampai di lampu merah, Naruto bukannya menghentikan laju motornya, dia malah terus jalan dan
Brak..
Bruk..
"Kyaaa..aww..aww.."motor Naruto sukses mencium mobil yang sedang berhenti di depannya karna lampu merah. Ferari putih yang tampak mewah dan tanpa cacat –setidaknya itu sebelum Naruto mengadukannya- itu bergoyang sedikit karna hantaman yang di lakukan Naruto. Jauh berbeda dengan keadaan Naruto saat ini.
Naruto jatuh tersungkur di aspal, lututnya berdarah, karna Naruto memalai rok sekolah di atas lutut, dan telapak tangannya mengalami lecet yang tidak kecil. Nasib motor kuning Naruto? Em-hanya bagian depannya yang rusak. Tenang, itu bisa di perbaiki.
"Ittaaiii~sakit sekali."orang-orang mulai berkumpul di sekeliling Naruto, ada yang membangunkan(?) motor Naruto yang tergeletak, dan beberapanya membantu Naruto untuk berdiri. Dan saat Naruto sedang meratapi rasa sakitnya, seseorang berseru dengan lantang dan terkesan dingin.
"Apa yang kau lakukan pada mobilku, bodoh?"
Satu detik
Dua detik
Tiga detik
Naruto terpaku melihat orang yang membentaknya seperti itu. Pasalnya tidak ada orang yang akan membentaknya walau dia melakukan kesalahan sekali pun. Terlihat dari balik kaca helmnya, Naruto sudah akan mengeluarkan airmata. Matanya berkaca-kaca, siap untuk menangis bila suara telpon genggamnya tak mengalihkan pikirannya.
Masih dengan kepala yang di tutupi helm dan ekspresi sedih, syok, dan takut Naruto mengambil handphonenya di saku dan menjawab si pemanggil tanpa melihat dulu siapa yang menelpon.
"h-hallo..?"sapa Naruto dengan suara yang bergetar.
"Kau kenapa Naruto? Sudah sampai rumah sakit?"tanya orang yang menelpon Naruto dan ternyata itu adalah Sasuke.
"Ha-halloh Sasu, a-aku menabrak mobil seseorang, hiks..a-aaku takut `suke."
"APA? Kau dimana sekarang?"tanya Sasuke dengan kepanikan yang tidak bisa di sembunyikan untuk ukuran seorang Uchiha.
"Aku belum ja-jauh dari sekolah, Teme. Cepat kemari. Hiks,,dia memarahiku."
"Ya..ya..tunggu aku. Kalau orang itu berani macam-macam padamu, aku akan buat perhitungan padanya."
Dan sambungan telpon pun terputus. Kini tinggal Naruto dan dua orang pria yang mengendarai mobil ferari putih itu di pinggir jalan. Orang-orang yang tadi sempat mengerubuninya kini sudah mulai membubarkan diri satu persatu.
Selain menunggu sasuke dan menenangkan hati –untuk Naruto- kedua pemilik mobil itu pun masih harus meminta ganti rugi pada Naruto dan memberi pelajaran bagi orang yang dengan cerobohnya mengendarai kendaraan bermotor dengan melamun.
"Hah, sudah mengadunya? Siapa yang akan bertanggung jawab atas kerusakan yang terjadi pada mobilku?"laki-laki yang tadi pertama bicara pun mulai menyuarakan unek-uneknya kembali pada Naruto, sepertinya dia pemilik mobil itu.
"Sudahlah, kasihan dia. Lihat lutunya berdarah."laki-laki ke dua yang berbicara kini berjongkok di depan Naruto yang terduduk karna lututnya mulai terasa makin sakit.
"Hei..mau kami obati dulu?"laki-laki ke dua bertanya pada Naruto, karna khawatir luka yang di dapat Naruto akan infeksi nantinya.
"Ti-tidak perlu, a-aku-"
"Buka helm mu bodoh. Gadis bodoh, tolol pula, kalau sedang berbicara dengan orang lain kau harus menatap wajah orang itu, bukannya malah bersembunyi."ucap si laki-laki pertama dengan nada yang kelewat sinis.
"Diamlah, dia takut pada kita. Maaf ya nona, bisa kau buka dulu helm mu? Kami tidak akan macam-macam kok."Naruto mengangguk. Perlahan tangannya mulai terangkat untuk menarik helm dari kepalanya. Tapi saat dia menyentuh helm di kepalanya itu, rasa sakit dan perih yang di rasakan telapak tangannya membuat Naruto berhenti untuk menarik helmnya.
"Aww,,sakit~hiks.."untuk kesekian kalinya Naruto mengaduh karna luka yang di alaminya.
"Mana ku lihat. ya tuhan..berdarah. hei rakun, bisa kau belikan air mineral dan obat merah untuknya? Kalau tidak di obati lukanya bisa infeksi."laki-laki ke dua menyuruh laki-laki pertama membelikan obat luka untuk Naruto.
"cih..jangan harap. Mobilku rusak olehnya. Jadi biarkan saja tubuhnya juga rusak sama seperti mobilku."dengan tangan dilipat di depan dada, juga ucapannya yang sungguh sangat cuek dan sinis, laki-laki pertama itu tetap diam dalam posisi semulanya. Tidak mengindahkan seruan temannya.
"Kau keterlaluan sekali."laki-laki ke dua menggelengkan kepalanya karna tidak habis fikir kenapa sahabatnya yang satu ini begitu sadis pada seorang gadis.
" Hei,,nona, bukalah helmmu dulu. Apa perluku bantu?"saat Naruto mengangkat tangannya lagi, seseorang berseru memanggil namanya.
"Naruto."orang yang memanggilnya langsung mendekati tubuh Naruto yang terduduk serta menahan sakit.
"Astaga, kau berdarah. "ucapnya lagi saat melihat darah dari lutut dan telapak tangan Naruto.
"Huuwwaaa,,S-sasuke..hiks..hiks.."Naruto langsung menghambur kepelukan Sasuke saat laki-laki itu berlutut di depannya.
"Sudah-sudah. Ayo berdiri, kita langsung kerumah sakit."
"Ba-baik,,hiks"Naruto berdiri di bantu oleh Sasuke, setelah berdiri Naruto lantas memegang kepalanya yang di balut helm, bermaksud membuka helmnya karna sudah ada Sasuke, jadi dia tidak perlu terlalu takut pada kedua laki-laki di hadapannya sekarang.
"Mau kemana kau gadis bodoh? Kau har-"perkataan laki-laki pernama terpotong saat melihat sebuah keindahan di balik helm yang menghalangi kepala Naruto sejak tadi. Rambut pirang yang indah, mata biru bak batu safir dan tiga goresan halus di masing-masing kedua pipinya. Di padukan dengan kulit tan eksotis yang sangat mengundang(?) untuk kaum pria.
"Jaga bicaramu. Kalau kau ingin minta ganti rugi, hubungi nomor ini-"Sasuke melemparkan kartu namanya sebagai pewaris kedua Uchiha Corp. "dan maaf atas kelalaian gadis ini."Sasuke langsung menggendong Naruto ala bride style membawanya menuju mobil ferari hitam yang terpakir manis di pinggir jalan.
Setelah Sasuke mendudukkan Naruto di samping kursi kemudi, Sasuke juga langsung mendudukkan diri di kursi kemudi dan tancap gas ke rumah sakit Konoha.
.
Em~mari kita lihat apa yang terjadi pada kedua laki-laki yang di tinggal oleh SasuNaru barusan.
"Cantik"gumam Gaara saat melihat mobil Sasuke pergi menjauh dari tempat mereka berkumpul.
"Ya,,dia sangat cantik, kenapa tadi kau malah membentak-bentaknya?"timpal Neji dengan sedikit nada sinis.
"Aku hanya bilang dia cantik, bukan berarti aku tertarik padanya, Neji"Gaara berkilat karna tidak mau ke tahuan tertarik pada Naruto.
"Ck, kau bodoh Gaara. Mana kartu nama yang laki-laki itu lemparkan?"Neji mencibir dan mulai sibuk mondar mandir mencari kartu nama yang tadi di lemparkan Sasuke.
"Terserah, aku tak perduli pada Gadis itu."Gaara malah berjalan menuju mobil putihnya sambil menggerutu tidak jelas. `uuh~aku tak bisa mengakuinya, kalau aku sangat tertarik pada gadis itu. Dia begitu mempesona. Tunggulah aku, kita akan bertemu lagi malaikat pirang-ku`
"Aah ini dia, untung tidak tertiup angin."Neji begitu bahagia bisa menemukan kartu nama Sasuke. "Uchiha? Wah..aku harus berurusan dengan Uchiha rupanya. Menarik."terlihat seringai kompetisi(?) di wajah Neji. Dia benar-benar menginginkan Naruto.
Neji berjalan menuju mobil Gaara. Dan saat dia membuka pintu kemudi, Neji melihat Gaara sedang menyandarkan kepalanya di sandaran jok dan menghelah nafas beberapa kali.
"Kenapa kau menghelah nafas seperti itu Gaara? Nanti kebahagiaanmu bisa berkurang lo, dan ini dia kartu namanya. Orang yang tadi membawa `malaikat pirang` ternyata adalah seorang Uchiha. Kita beruntung datang ke kota inikan?"
Gaara hanya melirik Neji sekilas dan melanjutkan acara bersandarnya. Namun pikirannya tertuju pada `malaikat pirang`, setidaknya itulah sebutan Gaara dan Neji untuk Naruto. `Uchiha, mungkin ini akan sulit. Tapi, kita tidak akan tau hasilnya sebelum di cobakan?`batin Gaara optimis.
Dengan itu NejiGaa melanjutkan perjalanan mereka yang sempat tertunda.
.
.
Di perjalanan menuju rumah sakit yang tinggal beberapa belokan lagi Sasuke terus saja mengoceh dan memperingatkan Naruto kalau dia tidak boleh lagi mengendarai sepedah motor.
"Apa aku bilang? Kau itu ceroboh dan bodoh. Bisa-bisanya kau menabrak mobil di lampu merah. Dan lagi, lihat kondisimu sekarang, penuh luka. Apa kau benar-benar ingin cepat mati Naruto?"
Tidak mendengar protes dari Naruto seperti biasa kala ia di ceramahi, dan tangisannya seperti biasa saat Sasuke memarahinya, akhirnya Sasuke melirik Naruto yang duduk di sampingnya sekilas. Dan betapa terkejutnya Sasuke saat melihat Naruto membungkukkan badannya dan kedua tangan menekan dada yang terlihat naik turun karna nafas yang memburu. Rambut Naruto berjatuhan di kedua sisi wajahnya, keringat dingin turut menghiasi paras yang menunjukkan ekpresi kesakitan.
"Na-naruto,,a-apa yang terjadi? A-apa rasa sakit itu-"
Belum sempat Sasuke menyelesikan pertanyaannya, Naruto sudah keburu ambruk. Kepalanya bersandar pada laci depan mobil, tangannya terkulai lemah dan nafasnya makin putud-putus.
Kontan Sasuke langsung menghentikan laju mobilnya, dan mengguncang-guncang tubuh Naruto.
"Naruto, Do-dobe, sadarlah. Astaga, dia kambuh. Aku harus cepat-cepat kerumah sakit."
Sasule menyandarkan kembali tubuh lemah Naruto ke jok mobil dan langsung tancap gas menuju tujuan utamanya, Rumah Sakit Konoha. Perasaannya kacau saat ini. Orang yang di sayanginya, bahkan mungkin yang di cintainya walau belum dia yakini sedang dalam keadaan memprihatinkan.
"Bertahanlah Dobe, sebentar lagi kita sampai."
_TBC_
#
#
Huuwaaa,,Yas seenaknya bikin tbc di situ. gomen, gomen. Dan maaf juga kalo chapy ini kependekan, kan baru prolog#hehe#
em~ada yang bersedia review?
Review ya~!
Oh iya sampai lupa, kan pairingnya belum di tentuin, jadi kalo readers mau request pair apa yang readers mau Yas terima kok. Lagian juga Yas masih bingung mau pake pair apa.
Akhir kata
RnR~
