Na mencoba untuk membuat fic yang Adventure tapi Na gak tau Na bakal bisa atau gak. Tapi Na gak bakal tau kalau Na gak mencobanya bukan?.
Okeh Na tahu, Na belum meng-update fic Ramen Lover in Love yang udah ampir 3 bulan gak Na update. Tapi Na gak tahan pengen ngpublish Fic ini.*dilempar tomat dan ditangkap dengan senang hati*

Ini fic terinspirasi dari keseringan Na yang nonton 'The legend of Aang' tapi Na gak bakalan terlalu meniru full cerita tersebut, mungkin hanya beberapa plotnya saja. Bisa dibilang Na Adaptasi, tapi Na berharap agar tidak terlalu mirip dengan 'The legend of Aang'nya. Semoga saja...

Na agak bingung sama judulnya, adakah yang bisa membantu Na menemukan judul yang tepat? Apa judul ini sudah tepat?

Summary :

Konoha adalah sebuah desa tersembunyi yang damai sebelum akhirnya klan Uchiha melakukan pemboikotan dan menyerang semua klan di Konoha untuk menguasai Konoha. Sebuah ramalan mengatakan sang penyelamat selanjutnya adalah sesorang yang memiliki kekuatan hebat Bijuu ekor sembilan . Orang terakhir yang dapat menggunakan jurus Rasengan.

Disclaimer :

Naruto Masashi Kishimoto.

(Apakah Na juga harus mencantumkan disclaimer dari 'The Legend of Aang?)

Pairing :

NarutoXHinata (Mungkin..^^)

Rate :

Bingung antara K da T. Ada yang bisa membantu Na untuk menentukannya?

Warning :

Semi Cannon (maybe?), Typo, Aneh, dan segala macam kekurangan lainnya.

Mohon maaf jika ada persamaan baik ide judul dan lainnya dengan author-author lainnya. Tapi Na berani jamin ini hasil dari otak abal yang Na punya. Anggap saja persamaan kita ini karena kita jodoh *dibejek rame-rame*

Terakhir sebelum mulai membaca fic ancur ini.

Gak suka? Gak usah dibaca. Na gak mau kalau kaliam ampe sakit mata atau mules-mules(?)

.

.

.

Konoha adalah tempat yang indah dan sejuk serta banyak sekali pepohonan hijau yang tumbuh. Hampir masuk ketengah hutan ada sebuah danau yang indah, dengan pohon-pohon yang mengelilingi layaknya sebuah benteng yang melindungi danau tersebut.

Ditengah danau, dua orang gadis sedang menaiki sebuah perahu kecil yang bergoyang-goyang karena riak-riak kecil air danau.

"Hooooaaammm..."

Seorang gadis yang sedang beranjak remaja berusia sekitar 12 tahun dan berambut coklat panjang itu menguap dengan bosan. Mata berpupil pucat seperti bulan itu menatap sayu menahan kantuk yang teramat sangat yang sedari tadi menyerang kelopak matanya yang ingin menyembunyikan mata bulannya.

Tangan kanannya yang sebelumnya di gunakan untuk menutup mulutnya saat menguap, terulur keluar dari sisi perahu kecil yang ia tumpangi dan mulai memercikan air danau dengan malas. Sedangkan tangan kirinya digunakan untuk menopang dagunya dengan ujung sikut yang bertumpu pada paha kirinya.

Sekali lagi dia menghela nafas bosan, karena sedari tadi pagi umpan yang dipasang di kail pancingnya belum juga dimakan oleh ikan. Sedangkan hari sudah beranjak semakin sore dan dia belum juga mendapatkan ikan satupun.

Mata berwana lavender keperakannya melihat seorang gadis berambut indigo panjang dengan warna mata yang senada dengannya, warna mata khas yang hanya dimiliki oleh salah satu klan terkuat di Konoha, yaitu klan Hyuuga. Gadis indigo yang merupakan kakak perempuannya itu sedang berdiri di hadapannya sedang meliuk-liukan badannya seakan menari dengan gemulai memecah riakan air danau dengan cakranya. Keringat menetes dari kening gadis indigo tersebut seiring dibutuhkannya kosentrasi yang tinggi.

Dia semakin memusatkan cakra pada tangannya, cakranya mulai tak stabil karena dia terlalu banyak mengeluarkan cakranya dan belum bisa mengendalikannya dengan sempurna dan dalam sekali gerakan saat dia tak bisa mengotrol cakranya, dia mengeluarkan cakranya yang besar dan membuat air danau meninggi seperti sebuah ombak yang terbelah.

'Byuuuurrr..'

"Aargh.. Neesan, kau membuatku basah," Kesal gadis berambut coklat itu kepada kakak perempuannya yang lebih tua 5 tahun darinya yang juga dalam keadaan sama seperti dirinya, kuyup. Jaket ungu-putih tanpa lengannya basah karena mendapat cipratan air danau yang terbelah akibat cakra kakaknya, hal itu sukses membuatnya kehilangan rasa kantuknya. Entah dia harus merasa kesal atau berterima kasih kepada kakaknya itu.

"G-Go.. Gomen ne, Hanabi-chan. Sepertinya Neesan harus lebih berkonsentrasi lagi," kata gadis indigo penuh penyesalan atas perbuatannya yang membuat dirinya dan adiknya basah kuyup.

"Terserah Neesan, harus lebih berkonsentrasi lagi atau tidak, asalkan Neesan tidak membuatku basah lagi," ketus gadis berambut coklat yang bernama Hanabi itu masih terlihat kesal, dia memeras air dari ujung bawah jaketnya.

"Sepertinya Neesan harus lebih serius lagi belajar mengendalikan cakra,"

"Yaa.. Neesan harus lebih serius lagi, agar Neesan bisa menjadi Heiress Hyuuga yang selalu diinginkan Otou-san," kata Hanabi sembari memutar mata peraknya, bosan.

Perkataan Hanabi berhasil membuat sang kakak bungkam.

"Sudahlah Neesan, lebih baik sekarang kita pulang. Kalau tidak kita berdua bisa sakit," kata Hanabi saat menyadari kakaknya menunduk.

Dia tahu pasti jika kakaknya merasa terbebani dengan status Heiress yang disandangnya. Kakaknya adalah anak pertama dari ketua klan Hyuuga, yaitu ayah mereka sendiri. Sudah menjadi tradisi klan Hyuuga jika anak dari ketua klan akan menjadi ketua klan yang selanjutnya.

Maka dari itu ayahnya selalu melatih kakaknya dengan keras agar bisa menjadi Heiress yang kuat dan bisa diharapkan oleh Ayah mereka serta klan Hyuuga. Hanabi sering merasa kesal saat ayahnya sudah terlalu keras melatih kakaknya dan membuat tubuh mulus kakaknya penuh dengan luka. Tapi dia sendiri heran kenapa kakaknya tetap sabar dan begitu telaten menjalani semuanya tanpa mengeluh.

Terkadang Hanabi berpikir kalau kakaknya berlatih keras seperti itu karena untuk melindunginya. Jika kakaknya tidak berlatih seperti itu pastilah dirinya yang akan ditunjuk menjadi Heiress selanjutnya dan itu berarti pengukungan kebebasan untuknya. Sedangkan Hanabi adalah orang yang suka bertindak bebas dan paling malas mengikuti tradisi klannya. Mungkin suatu hari nanti Hanabi harus berterima kasih kepada kakaknya tersebut.

Hanabi menarik tali pancingnya perlahan sedangkan kakak perempuannya mulai mendayuh perahu menuju tepi danau.

'Eh? Kenapa pancingku terasa berat? Apa aku mendapat ikan?' batin Hanabi penuh tanya saat merasakan pacing yang ditariknya terasa berat.

Hanabi semakin cepat menarik tali pancingnya, dan semakin mendekati permukaan danau pancingannya semakin terasa berat.

"Aku kira ikan, ternyata hanya sebuah gulungan," gerutu Hanabi setelah dia tahu apa yang dia dapat dari pancingannya.

"Gu-gulungan apa itu, Hanabi-chan?" gadis indigo itu bertanya ketika melihat sebuah gulungan berukuran sedang berdiameter kurang lebih sepuluh sentimeter dan panjang 30 sentimeter serta berwarna hijau tersangkut di kail pancing milik Hanabi.

"Entahlah Neesan, yang jelas gara-gara ini dari pagi aku tidak mendapatkan ikan," kesal Hanabi sambil mengoyang-goyangkan gulungan tersebut didepan wajahnya.

Hanabi segera loncat dari perahu setelah mereka sampai di tepi danau. Sekesal apapun dia tetap penasaran dengan gulungan yang ia dapatkan. Dengan segera ia langsung membuka gulungan tersebut dirumput-rumput yang tumbuh disekitar tepi danau.

"Eh?" Hanabi memiringkan sedikit kepalanya kekiri saat melihat gambar yang ada di gulungan. Sebuah gambar berbentuk seperti beberapa tanda baca koma terbalik yang berada diluar sebuah garis berbentuk lingkaran. Hanabi baru pertama kali melihat gambar yang seperti itu.

"Fu-fuukin jutsu?" suara gadis indigo mengagetkan Hanabi yang masih memikirkan gambar dari gulungan itu.

"Neesan tahu gambar ini?" tanya Hanabi yang dijawab dengan anggukan pelan.

"Neesan tidak tahu banyak tapi Neesan pernah melihatnya disalah satu buku tua di perpustakaan Hyuuga,"

"Apa Neesan bisa membuka segelnya?" tanya Hanabi semangat.

"Entahlah, Hanabi-chan. Neesan memang pernah membaca cara membuka segelnya tapi hanya orang-orang sekelas Sannin atau orang yang memiliki cakra yang sangat besar yang bisa membuka segel yang berbentuk seperti ini," jawab gadis indigo itu lemah, Hanabi mendesah kecewa.

"Tapi kita tidak tahu jika kita belum mencobanya-kan?" Hanabi mencoba untuk merayu sang kakak.

"Ta-tapi, Hanabi-chan..."

"Ayolah, Neesan..." Hanabi mengeluarkan pandangan memelas yang sangat dia yakini akan meluluhkan hati kakaknya.

"Ba-baiklah, akan Neesan coba," gadis indigo itu mendesah pasrah tak kuasa menolak pandangan memohon dari sang adik. Hanabi nyengir lebar.

Gadis indigo itu berjongkok di depan gulungan bersegel yang sudah dibuka oleh Hanabi, dia menarik napasnya dalam-dalam dan mengeluarkannya perlahan. Dia mengigit sedikit ujung ibu jarinya sehingga mengeluarkan darah. Kemudian dia membentuk sebuah segel tangan dan memusatkan cakranya ditanganya sebelum meletakkan telapak tangan kanannya diatas kertas gulungan dan membentuk sebuah lingkaran lain yang bergaris tidak rata juga beberapa garis yang sama tidak ratanya membelah lingkaran menjadi empat bagian yang terbentuk oleh segel dari gadis indigo tersebut.

Wajah gadis indigo itu terlihat tegang saat sebuah kekuatan yang besar dari gulungan tersebut seaakan menariknya ke dalam gulungan. Hanabi yang melihatnya pun ikut tegang, sesekali dia melihat wajah tegang kakaknya kemudian melihat telapak tangan kakaknya yang mengeluarkan cahaya berwarna biru diatas segel gulungan yang ia dapatkan.

Gadis indigo itu mencoba menambah kekuatan cakranya dengan meletakan telapak tangan kirinya diatas telapak tangan kanannya. Dari cakra besar yang dikeluarkan gadis indigo tersebut membuat puasaran angin besar yang menerbankan helai indigo dan coklat dari kedua gadis Hyuuga tersebut serta daun-daun yang mengering disekitar mereka. Daun-daun pohon serta rantingnya pun saling bergesekan tak tentu arah.

Dengan tekad tidak ingin mengecewakan sang adik, gadis indigo itu semakin mengeluarkan semua cakra yang ia punya. Hanabi menutupi matanya dengan lengan kanannya karna silau oleh cahaya cakra yang dikeluarkan oleh kakaknya semakin besar saja, rasa khawatir langsung menyergap hatinya.

"Neesan...!" jeritnya ditengah angin yang semakin besar dan mengoyangkan pohon-pohon yang ada disekitar danau dan meriakan air danau menjadi ombak-ombak kecil.

'DUUAARRR...!'

Sebuah ledakan besar terjadi membuat Hanabi dan kakaknya terpental kebelakang dan terpisah jauh. Sebuah cahaya biru besar yang bersinar keluar dari gulungan itu.

.

.

.

Disebuah air terjun dengan dua patung besar yang saling berhadapan disisi air terjun tersebut. Sesosok berjubah hitam yang sedang duduk bersila di atas kepala salah satu patung yang berambut panjang berantakkan melihat cahaya biru besar yang lumayan jauh dari tempatnya sekarang berada.

"Akhirnya 'dia' muncul," gumamnya sebelum tubuhnya luruh ditiup angin seperti debu.

TBC

Hahahaha

Na kembali dengan fic yang ancur lebur.

Okeh..! Na tahu ini sangat pendek. Dan adakah yang bisa membantu menjawab pertanyaan-pertanyaan Na yang ada di atas? Dari judul, Disclaimer dan Rate?

Jangan tanya masalah update, karena Na sendiri bingung, kenapa Na gak bisa update cepet? *pundung*

Na gak mau kebanyakan ngomong, silahkan kritik dan sarannya.

Fic ini lebih baik, di Keep or Delete?

Oh iya…

Dirgahayu, Negeriku tercinta yang ke 66…^^

Wednesday, August 17, 2011.