Fandom Kuroshitsuji | Disclaimer Toboso Yana | Genre Angst, Supernatural | Rating T for save | Warning maybe OOC, konteks tidak merefleksikan kepercayaan Author, plotless
Judicandus Homo Reus
by taskebab
Tidak ada...
"Aku menginginkan sebuah kekuatan."
Kepemilikan maupun kehilangan, itu hanya fana.
"Kuraba mata tertutup ini, mencari seberkas harapan di antara kedua bola mata yang mencerminkan segala jahanam dan patah arang dunia."
Yang ada hanya, menerima dan melepas.
"Buatlah jejaring laba menjadi singgasana, kegilaan menjadi kehormatan, dan tangisan menjadi mahkota!"
Kau tak perlu memohon...
"Dan... jurang antara kau dan aku, akan diisi oleh keanggunan, kedaulatan, dan api!"
Tempat kita merayakan kebahagiaan kita adalah...
"Selamanya."
Api yang berkobar.
Dies Irae, Dies Illa
Ia jatuh, tertidur dalam hawa nan pulas. Surai abu-abu menjuntai, menutupi selapis kulit yang membungkus bola mata akan sebuah perjanjian kekal antara manusia dan iblis; kekekalan dan kefanaan, kebaikan dan kejahatan, kesadaran dan kegilaan... kaki kecil itu dapat menyeberangi keseimbangan.
Kulit itu kemudian menganga dengan tak nyaman, memperlihatkan simbol pentagram yan telah terukir abadi di bola mata itu. Tatapannya menatap tak nyaman, tak sayang, tak benci jua. Dari bibir kecilnya yang biasanya terlontar sejuta pernyataan, perintah, dan pertanyaan kritis nan tegas serta berwibawa, kini hanya terlontar sebuah pertanyaan sederhana bagaikan sebuah ciuman kecil.
"Kau masih ada di sini, Sebastian?"
Lelaki berfigur tinggi itu merunduk, dengan sesimpul senyum yang entah menyiratkan ketulusan atau kelicikan. "Sampai Tuan tertidur," jawabnya.
Sang Tuan Muda, Ciel Phantomhive julukannya, hanya tersenyum kecil.
"Sampai tidur terakhir?"
Lutut bertelut, sebuah penghormatan serta tunduk dari sang butler.
"Yes, My Lord."
Namun, saat iris safir itu telah berarak menjadi warna darah menyala-nyala, itu adalah takdir yang bahkan dewa-dewi mana pun tak dapat ubah.
"Kau yang akan melayaniku."
Termasuk dendam yang kini telah merasuki hati kedua iblis.
"..."
Hening, tanpa kata, seiring dengan lagu kematian bergema dari atas langit yang mana dewa-dewinya telah mati.
"Tuanku, kau yang kini tertidur dalam tidur abadi."
"Ooh..."
"Saling mengukir janji bahwa kita akan merayakan; berpesta akan kebahagiaan kita di kobar api penuh rintih tak berbatas."
Bola mata sang bocah iblis hanya terus menatap keji, tak ada setetespun jiwa manusia lagi. Sedangkan mulutnya siap untuk berbicara lebih lanjut, namun ia tetap menjaga sepasang bibir itu diam.
"Wahai Tuanku, yang terjerat dalam jaring laba-laba; membelah ketebalan malam senyap dengan kuku hitam yang rapuh nan patah."
Diam, menunggu sebuah helaan nafas untuk mengawali kalimat final.
"Yes, My Lord."
Dan mereka rapuh, melangkahkan kaki menuju kegelapan tanpa batas, di mana terdapat kobar api, gertakan gigi, serta teriakan minta tolong.
Kedua jiwa yang sama-sama terlumur hitam, melangkah dari cahaya menuju kegelapan, menghayatinya, kemudian kembali lagi kepada seberkas cahaya itu untuk membagikan kegelapan; itu semua...
Sampai dunia berlumuran darah.
-FIN-
Author Note
Dan saya kembali lagi setelah semi-hiatus yang puanjang karena sibuk sekolah~~ XD ini adalah fanfic yang dibikin iseng-iseng (tapi akhirnya jadi) waktu program Life Equipping (model-model kayak Jika Aku Menjadi gituh, tapi ini program sekolah).
Review?
