Disclaimer:

Vocaloid © Crypton Media Future – Yamaha

.

Fiction by:

Yuu Nisshoku

.

Warning:

Typo, OOC, OOT, AU(?), etc.

.

The Book of Demon Routes

.

Chapter 1:

The Beginning


Dahulu kala, di dunia para demon, terdapat sebuah cerita tentang seorang manusia yang pernah memasuki dunia demon. Hal itu sulit dipercaya, karena bagaimanapun... portal untuk masuk ke dunia demon tidak bisa dibuka oleh manusia biasa, bahkan caranya pun tidak ada yang tahu.

Selama ini, hanya iblis saja yang dapat membuka portal menuju dunia manusia... dan saat ini, sejarah berubah sejak manusia itu masuk ke dunia demon.

Ada seorang laki-laki yang sangat tertarik dengan hal-hal yang berbau 'dunia lain'. Karena obsesinya yang besar tentang demon, makhluk gaib dan hal lainnya, ia mulai melakukan penelitian. Orang-orang sekitarnya pun mulai menganggap dirinya aneh dan menjauhinya, juga... ia meninggalkan anak satu-satunya dan paling disayanginya demi obsesi tersebut. Laki-laki itu telah berkeliling dunia untuk mewujudkan obsesinya, lalu akhirnya... laki-laki itu berhasil membuka portal menuju dunia para demon.

Tidak hanya sampai disitu. Laki-laki tersebut kemudian menjelajahi dunia demon. Ia menggunakan ramuan yang telah ditemukannya untuk bertahan disana. Melewati gas beracun, malam yang tidak pernah berganti siang, serta gangguan demon lainnya.

Apa yang ia lihat, rasakan, semua yang dialaminya... ia tuangkan pada sebuah buku. Ia telah berkeliling ke seluruh penjuru dunia demon. Bertemu berbegai macam demon, mulai dari demon tingkat bawah sampai tingkat atas. Ia mengetahui semua kelemahan dan kelebihan demon, wilayah kekuasaan demon, senjata apa yang bisa menaklukan suatu demon, ramuan-ramuan... semua yang telah ia dapatkan, ia tuangkan pada buku yang menjadi saksi bisu petualangannya di alam yang berbeda.

Sampai akhirnya, para demon tertarik pada buku tersebut... karena, dengan mengetahui pengetahuan tentang berbagai hal yang ada dibuku itu, mereka bisa menjatuhkan demon saingannya dan menguasai dunia demon. Para demon kemudian berlomba-lomba untuk merebut buku itu, tentu saja mereka harus memusnahkan dulu pemiliknya. Ya, para demon berniat untuk melenyapkan manusia tersebut.

Mengetahui keseimbangan dan masa depan dunia demon akan hancur jika buku tersebut jatuh ke tangan yang salah, laki-laki tersebut membuka portal dan menyembunyikan buku itu di dunia manusia dengan mantra agar buku tersebut tidak mudah ditemukan demon.

Ia menitipkan buku itu pada anaknya, menyegelnya dengan mantra yang hanya bisa dibaca oleh seseorang. Dengan segala pemikiran dan pertimbangan yang telah direnungkannya baik-baik, ia melaksanakan rencananya tersebut, lalu menghilang dari dunia demon.

Sampai sekarang, buku tersebut terus dicari-cari oleh para demon. Keberadaan tentang laki-laki itupun tidak diketahui, apakah ia meninggal didunia demon atau tidak, yang pasti tidak ada satupun yang pernah melihat laki-laki itu lagi, ataupun bukunya.

Laki-laki yang telah menciptakan buku itu mendapat julukan 'Creator' dan buku si Creator diberi nama 'The Book of Demon Routes'. Buku yang akan menentukan jalur kehidupan demon selanjutnya, tergantung ke tangan siapakah The Book of Demon Routes itu akan jatuh.

.

.

.

[Dunia manusia: 00.00]

WUUSH...

"Menyerahlah... kami yang akan mendapatkan buku itu."

"Kakimu sudah hampir putus lho~ kau nggak akan bisa menang melawan kami berdua~"

"Huh... kalian berisik sekali, karena melayang begini, aku jadi nggak bisa memakai mantraku... nggak ada yang bisa digunakan disini."

Ketika orang-orang sudah terlelap, tanpa mereka sadari... tiga demon berwujud manusia terlihat sedang bertarung di udara, saat itu sinar bulan ditutupi awan kelabu, sosok mereka pun tersamarkan.

Demon yang satu terluka parah dikaki, kakinya hampir putus, mengeluarkan banyak darah yang berwarna biru tua, dan dua demon lain yang saling bersekutu masih dalam kondisi yang baik.

"Kau keras kepala Len, sebaiknya langsung saja aku potong kakimu, lalu kuberikan ke demon rendahan untuk dimakan." ucap salah satu demon dengan rambut putih, ia membawa pedang dengan kilauan berwarna perak.

"Sebaiknya kau panggang dulu kakiku, agar rasanya lebih gurih," sahut demon yang bernama Len tersebut. Ia menatap bulan yang mulai keluar dari awan, lalu menggigit jari kanannya hingga mengeluarkan darah.

"Kalau begitu, sekalian saja ditambah lada!" demon lainnya dengan warna rambut jingga pun ikut ambil bagian. Ia mulai mengarahkan pedang dengan kilauan peraknya kearah Len, melesat kearah Len dan diikuti oleh pembawa pedang dengan kilauan perak.

"Sayang sekali, itu hanya mimpi kalian!" Len menarik jubahnya dengan tangan kanannya lalu melemparkannya kearah demon-demon itu.

"Kau nggak bisa menghentikan kami hanya dengan itu!" seru demon berambut jingga lalu menepis jubah yang dilemparkan Len.

"Lui! bayangannya!"

CRAKK!

Tiba-tiba bayangan dari jubah Len yang jatuh diatas kepala Lui – demon berambut jingga – seolah hidup, bangkit, lalu membentuk tombak yang langsung menancap dan menembus bahu Lui.

"Sial! jangan kabur Len!" seru Lui geram, karena saat itu juga, Len memanfaatkan keadaan untuk kabur. Len menghilang lewat mantranya.

"Ternyata, selama ini dia menungulur waktu agar sinar bulan keluar dari balik awan... benda memiliki bayangan dari sinar yang mengarah padanya." terang demon berambut putih.

"Kau benar Piko, ia menulis mantra dengan darahnya dijubah ini, lalu melemparkannya padaku agar bayangannya jatuh diatasku. Demon pengendali bayangan itu... awas saja, ini belum berakhir!" gerutu Lui.

Piko mengangguk, "Pertama, kita harus melakukan sesuatu pada bahumu yang berlubang itu, darahnya banyak, merembes hingga membuat bajumu biru semua.."

Pertarungan para demon tadi selesai. Mereka saling bersaing untuk mendapatkan buku Demon Routes, dan hal itu pasti akan berlanjut hingga salah satu demon akhirnya berhasil mendapatkan buku tersebut.

Selama buku itu masih dicari, kemungkinan demon-demon saling menghancurkan tidaklah mustahil. Keseimbangan dunia demon akan hancur, dunia manusia pun akan terancam karena akan ada banyak demon yang datang untuk mencari buku itu.

.

.

.

[Dunia manusia; Rumah tua: 07.30]

Cahaya matahari pagi mulai masuk kecelah-celah rumah tua tak berpenghuni ini. Len, terbangun dari tidurnya, masih dengan luka parah pada kakinya.

"Uh... sial, aku nggak suka matahari..." keluhnya, tentu karena Len demon. Di dunianya, tidak ada yang namanya matahari, walau hanya ada malam hari, tetapi disana tidak terlalu gelap, setidaknya bayangan masih bisa tebentuk disana.

Len memperhatikan kakinya. Benar-benar hampir putus. Darah segar masih menetes dari lukanya, Len merinding sendiri. 'Paling tidak aku butuh benang dan jarum..' benaknya.

Ia mencoba berdiri, menggapai jendela, bermaksud untuk langsung terjun kebawah, tanpa disadari... seseorang melewati jalan yang ada dibawah jendela itu, dan Len pun...

"Kau yang disana! minggir!" seru Len kaget, ada seorang gadis yang melintas dibawahnya.

"Ah!?" namun gadis ini tidak sempat menghindar.

DUK!

"Auw, maaf... aku sering lewat sini, tapi baru kali ini aku bertemu seseorang... ng... apa kamu baik-baik saja?" tanya gadis tadi sambil mengusap kepalanya. Len hanya merintih kesakitan dan memegangi kakinya.

'Eh, lho? kakinya... kakinya hampir putus! lalu... itu darah kan!? kok warnanya biru tua begitu!?' batin gadis tadi panik. Gadis tadi mengalihkan pandangannya dari Len.

"K-Kalau kamu nggak terluka, aku duluan ya! aku harus sekolah!" kemudian gadis tersebut pergi, namun dihentikan oleh Len.

Len menggenggam tangan gadis itu. "Kau... apa yang kamu bawa didalam tas itu?" tanya Len dengan nafas berat dan keringat yang mengalir dari keningnya.

Gadis tadi tersontak kaget, "A... I-Ini, aku akan mengikuti kelas menjahit... dalam tas ini terdapat jarum, benang, gunting, kain dan-"

"Kumohon... tolong jahit kaki... ku..."

BRUGH...

"Uwoah! kenapa kamu tiba-tiba ambruk!? hei! hei!"

.

.

.

"Uh... sakit..."

Len yang tadinya pingsan, mulai membuka matanya perlahan. Ia melihat langit-langit rumah tua yang semalam ia singgahi. Benar, sekarang Len berada didalam rumah tersebut.

'Bagaimana aku bisa ada disini? ah, gadis tadi... apa dia yang membawaku kemari?' benak Len, lalu ia mengedarkan pandangannya, mata biru lautnya menangkap sosok gadis tadi yang sedang... tergeletak dilantai rumah...?

"O-Oi! kau kenapa!?" seru Len kaget melihatnya tergeletak disana, Len bangkit dan pergi kearah gadis tersebut.

'Eh... ini!?' Len tersontak saat melihat kakinya yang sudah dijahit dan dibalut rapi dengan kain.

"Huhuhuu... kau sudah sadar rupanya.." tiba-tiba gadis tadi bangkit dengan wajah yang pucat pasi. Len pun sampai bergidik melihatnya.

"Nyawaku sudah melayang setengahnya untuk menjahit kakimu... kau tahu? untuk ukuran anak SMA biasa sepertiku, butuh keberanian yang mendalam untuk melakukan pekerjaan macam ini... ini pertama kalinya aku menyambung... hoek!" gadis tadi mual-mual dan terlihat ingin muntah.

Len mencoba menenangkannya, sebenarnya... Len sedikit terkejut karena gadis manusia ini bersedia menjahitkan kakinya. Yah... apalagi melihat keadaan gadis ini sekarang, sepertinya ia benar-benar sudah berusaha keras.

"Kamu... masih disini rupanya.."

"Tentu saja... walau aku harusnya pergi sekolah, aku nggak mungkin meninggalkanmu begitu saja, apalagi dengan luka seperti itu, ditambah lagi... kau memohon padaku agar menjahit lukamu.."

"Kau... benar-benar berusaha keras ya..." ujar Len sedikit tersipu.

Gadis itu tersenyum, "Benar, syukurlah keadaanmu sudah membaik sekarang.." lanjutnya, lalu mengulurkan tangannya pada Len. "Namaku Rin... Kagamine Rin, namamu siapa?"

"Namaku Len.." namun, Len terlihat kebingungan dengan maksud Rin yang mengulurkan tangan untuknya.

Len hanya menatap tangan Rin, "Untuk apa?" tanyanya.

"Eh? masa nggak tahu, sih? jabat tangan! kalau berkenalan, ini hal yang umum 'kan?" sahut Rin yang ikut bingung melihat Len.

Len mengangguk mengerti, lalu menerima tangan Rin. 'Lembut' benak Len saat menggenggam tangan Rin.

Rin tersenyum senang, "Oh, ya... ada yang ingin aku tanyakan padamu Len, hal ini sangat janggal menurutku." Len mengangguk, tanda Rin boleh bertanya.

"Sebenarnya... kau itu makhluk apa? kamu... bukan manusia, 'kan?"

Len terdiam sebentar, "Aku... akan memberitahu semuanya.." ujar Len kemudian.

.

.

.

[Dunia demon; Bagian Utara]

"Piko, sekarang waktunya... aku sudah tidak sabar untuk melenyapkan demon satu itu!" umpat Lui, demon yang semalam bertarung dengan Len. Lui masih tidak terima kejadian semalam, karena Len, ia harus kembali ke dunia iblis untuk menyembuhkan lukanya – luka demon akan lebih cepat sembuh jika berada dilingkungan aslinya, atau obat yang berasal dari dunia demon.

"Aku mengerti, aku sudah tahu Len berada dimana, sekarang kita buka portal dulu.." lanjut Piko, yang kemudian membuat suatu sihir, sebuah lubang hitam pun terbuka dihadapan mereka, kemudian mereka memasukinya.

[Rumah tua: 08.20]

"Jadi... kamu benar-benar demon?" tanya Rin sedikit tidak percaya setelah mendengar cerita Len. Tapi bukti-bukti soal Len yang merupakan seorang demon sangat kuat; pertama, ia masih bisa bertahan semalaman dengan kondisi kaki yang hampir putus walau tidak diobati, minimal harusnya ia pergi ke rumah sakit ... dan darah Len bukannya berwarna merah, melainkan berwarna biru tua.

"Benar, apa yang aku ceritakan padamu... semua yang aku alami... kenapa aku ini sampai pergi ke dunia manusia... itu semua benar."

"T-Tapi, kenapa kamu menceritakan hal yang harus dirahasiakan ini padaku!?"

"Itu... karena kau telah menolongku, aku percaya padamu... hanya itu alasanku." lanjut Len lalu tersenyum kearah Rin.

Ucapan Len membuat Rin tersipu. Rin berpikir, ternyata ada demon sebaik ini... bukannya demon itu harusnya jahat?

"Um... Len, setelah mendapatkan buku Demon Routes itu, apa yang akan kamu lakukan?"

"Aku akan menghancurkan buku itu! lalu mengembalikan keseimbangan dunia demon, dunia manusia pun bisa hancur.."

"Eh!? kok bisa!?" seru Rin kaget.

"Begini, dunia manusia dan demon memiliki batas. Batas itulah yang menjaga keseimbangan antara dunia demon dan manusia, agar keduanya tidak saling bertemu. Karena banyaknya demon yang mulai membuat portal menuju dunia manusia, perlahan-lahan... batas itu mulai terkikis, bukannya tidak mungkin kalau dunia demon dan manusia akan bersinggungan seutuhnya, dan Hacca akan menyebar kedunia manusia... manusia nggak akan tahan jika harus menghirup Hacca sebanyak itu."

"I-Ini benar-benar serius... ah, Hacca itu apa?"

"Semacam gas beracun yang datang dari dunia demon, sebenarnya manusia sendiri bisa menghasilkan Hacca, itu tergantung dari pikiran setiap orang, jika pikiran mereka penuh dengan kejahatan, depresi, atau hal-hal buruk lainnya, Hacca akan keluar dari tubuh orang itu... Hacca yang dihasilkan manusia nggak sepekat dunia demon, tapi... jika dunia demon bersinggungan dengan manusia, maka Hacca yang begitu pekat akan memasuki tubuh manusia, kemungkinan terburuknya meninggal.." terang Len pada Rin.

"J-Jadi, buku itu harus ditemukan!"

"Benar, aku juga nggak mau hal itu sampai terjadi.."

"K-Kalau begitu, Len... aku akan-"

DRAKK!

"Rin! merunduk!"

"Hwaaa!"

KLOTAK! TRAK! TAK! TRAK!

Tiba-tiba tembok disamping Len dan Rin roboh, dengan cekatan Len melindungi Rin dari kepingan-kepingan bangunan yang terpental. Len mendekap Rin, ia menjadikan dirinya sebagai tameng untuk Rin.

"Len!" seru Rin tersontak kaget. Rin tidak menyangka Len akan melindunginya.

"Halo, Len... bagaimana keadaanmu?" suara itu berasal dari balik tembok yang hancur, dibalik kepulan debu, terlihat dua sosok orang yang sedang membawa pedang mendekati Len dan Rin.

"Cih, kalian lagi!" Len berdecak kesal. Sepertinya, pertarungan Len masih harus berlanjut kali ini.

To Be Continued


Nisshoku's Note:

Halo, Yuu disini, makasih udah baca fanfic ini! *bungkukin badan* akhirnya fanfic genre fantasy pertamaku jadi.. *nangis* ee... atau supernatural ya? *plak* sebenernya, tema ini terinspirasi dari cerita-cerita dunia siluman Jepang, tapi, kok rasanya jauh banget sama fic ini ya, bukan rasanya lagi, tapi memang beda jauh *dor* fic ini aku buat karena hayalanku aja, semoga bisa ngerti ceritanya ya.. *pundung*

Awalnya bingung juga mau pakai sebutan 'iblis' atau 'demon'... tapi akhirnya pakai demon. Chapter selanjutnya baru Len bakal bertarung sama Lui + Piko. Balik lagi, dicerita ini, pertama kali aku bikin adegan bertarung, pasti banyak yang kurang disini, alur juga kecepetan mungkin ya, jadi mohon kritik dan sarannya lewat review! aku pasti seneng banget! *bungkukin badan* semoga kita ketemu lagi, bai ~ bai~!