Langit biru, desiran laut, pantai, keringat dan cinta yang sudah menjadi khas aroma musim panas. Terik matahari yang membakar seolah-olah membuat jalanan terlihat seperti meleleh. Musim panas tahun ini, adalah musim panas terpanjang yang pertama kalinya membuat aku merasa sangat bahagia bersamamu.
.
.
.
SUMMER BREAK
SUMMER BREAK
SASUHINA©HACHI BREEZE©2013
ORIGINAL CHARACTER©NARUTO©MASASHI KISHIMOTO
©SASUHINA
Note: Ini sebagai ganti untuk Moku-chan karena saya tidak bisa membuat sequel Secret Admirer. Entah kenapa ide buat sequel itu susah. (Gak berpengalaman buat sequel)
Masih belum bisa dipastikan ini akan sampai berapa chapter.
Semoga Moku-chan bisa memaafkan saya.
Dan semoga kalian senang dengan fanfic ini.
.
.
.
"Baiklah anak-anak, pelajaran kali ini sudah selesai. Silahkan bereskan barang-barang kalian, jangan sampai ada yang tertinggal. Dan sekali lagi, selamat menikmati liburan musim panas!" guru berambut perak dengan masker yang selalu menutupi sebagian wajahnya itu menutup buku dengan tersenyum kecil jika kita melihat kedua matanya yang melengkung kebawah. Guru itu masih memperhatikan suasana kelas yang ramai setelah bel berdering tiga puluh detik yang lalu.
"Kakashi-sensei, ingin pergi kemana liburan kali ini?" tanya pemuda berambut pirang cerah yang duduk paling depan. Ia bertanya pada guru yang masih tak bergerak sedari tadi.
"Hmm, apa ini artinya kau mau mengajakku liburan, Naruto?" Kakashi, guru itu, masih tersenyum dibalik maskernya walau tidak kentara kepada pemuda bernama Naruto si penanya yang duduk paling depan dekat Kakashi berdiri dengan meletakkan kedua tangannya dibelakang kepala.
"Sensei mau datang?!" kali ini si gadis berambut pink cerah seperti bunga musim semi yang berdiri melewati pertanyaan Kakashi pada Naruto. Naruto hanya membenarkan dengan tertawa meremehkan kea rah Kakashi.
"Sensei harus konsisten! Tidak boleh menarik kata-kata lagi. Mau ikut apa tidak jika kami mau mengajak sensei?" si pirang yang duduk disamping gadis pink tadi ikut berdiri.
"Sakura-chan, Ino-chan. Jangan mendesakku seperti itu." Kakashi mulai meletakkan kembali buku yang sedari tadi dibawanya.
"Ikut apa tidak?" ulang Sakura dengan kerlingannya.
"Baiklah-baiklah. Kemana liburannya kali ini?" tanya Kakashi dengan wajahnya yang tersenyum mengalah.
"Yeay!" Sakura dan Ino berteriak senang. Mereka berdua melakukan 'tos' kemenangan.
Naruto tertawa lebar sebelum menjawab pertanyaan Kakashi, "Kami sekelas berencana berlibur ke pantai!"
.
.
.
Sepeninggal Kakashi keluar dari kelas yang baru saja ia isi dengan pelajaran kimianya mulai bersorak gembira. Mereka bersorak akan datangnya liburan musim panas yang mulai menggelora. Musim panas, yah. Tinggal setengah bulan dari sekarang tapi hawa-hawa panasnya sudah terasa walaupun ini baru pergantian musim. Naruto, Kiba, Lee, dan Sai menggerumbul di satu tempat dengan mendiskusikan sesuatu sehingga mereka terbahak-bahak. Sakura dan Ino mulai mendata siswa yang berminat datang untuk partisipasi liburan bersama di musim panas ini. Walaupun ada beberapa yang berhalangan untuk datang mengikuti liburan bersama karena urusan keluarga, setidaknya masih ada yang mau datang.
Sebenarnya alasan mereka melakukan liburan ini dua minggu kedepan karena mereka ingin mengisi liburan mereka dengan kegiatan yang menyenangkan. Dan terlebih untuk para gadis, musim panas bagi mereka adalah musim dimana mereka merasakan hangatnya cinta. Mereka ingin berlomba mendapatkan yang terbaik untuk membuktikan jika dirinya bisa meraih hangatnya tebaran cinta di musim panas.
"Jadi ini tadi udah siapa saja yang ikut?" Sakura menghitung nama yang tertulis di bukunya.
"Aku, kamu, Naruto, Sai, Kiba, Lee, Karin, Gaara, Sasori, Ten-Ten, baru ini sih yang yakin. Hei Shikamaru! Kau ikut tidak?" Ino menggebrak meja Shikamaru yang ia tiduri dengan mengipas dirinya kepanasan.
Sakura mendekati meja Shikamaru yang di depannya Ino sudah bertampang sangar. Shikamaru hanya menyembunyikan wajahnya malas dari kedua gadis di depannya. Melihat itu, Ino sekali lagi menggebrak meja Shikamaru. "Iya-iya bawel! Selama gue bisa istirahat disono, ikutan aja!" teriak Shikamaru menutup telinganya.
Ino tersenyum puas dengan menuliskan nama Shikamaru di bukunya, Sakura sih hanya mencentang namanya saja. Sakura dan Ino tersenyum lebar ketika Sasuke yang ada disamping Shikamaru masih berdiam diri melihat jendela. Mereka berdua menghampiri pemuda terkeren di kelasnya ini.
"Sasuke-kun, kamu ikut tidak?" Ino dan Sakura tersenyum manis sebisa mereka di depan Sasuke.
"Hn." Sasuke hanya menjawab mengeluarkan suaranya. Ino dan Sakura berteriak girang mendengar suara Sasuke yang merespon. Dengan cepat mereka berdua menuliskan nama Sasuke.
Sakura dan Ino berjalan ke depan meja Sasuke, "Hinata-chan~, apakah kau mau ikut?"
Gadis yang serasa dipanggil namanya hanya menoleh dengan tersenyum kecil. "G-Gomen S-Sakura-chan, I-Ino-chan. A-Aku masih belum bisa m-menentukan. M-Mungkin tidak akan ikut." Jawabnya lembut yang hanya di tanggapi kedua gadis itu anggukan.
"Jadi..," mereka berdua beralih melirik pemuda yang duduk disamping Hinata, lebih tepatnya di depan Shikamaru yang tertidur.
"Selama Hinata-sama tidak ikut, aku juga tidak akan ikut." Jawabnya mengerti arti pandangan kedua gadis cantik disampingnya ini.
"N-Neji-nii!" pekik Hinata ketika ia mendengar sebutan itu. Memang Neji dan Hinata masih satu keluarga dalam didikan Hyuuga. Klan terhormat dan menjunjung tinggi budaya, sopan santun dan etika di kota ini. Sasuke hanya melirik gadis berambut panjang yang masih duduk di depannya dengan tertawa kecil menanggapi candaan kedua gadis yang berisik itu.
Sasuke hanya mendecih dengan kembali mengarahkan pandangan wajahnya menatap keluar jendela.
.
.
.
"Halo, Ino-chan..? Sudah siap? Ini bisnya sudah mau berangkat loh!" Sakura masih berdiri di ambang pintu bis ramai dengan teman sekelasnya yang sudah datang.
"Sabar-sabar. Ini ada di gerbang ngangkat koper. Berat!" suara Ino yang di dengar Sakura hingga membuatnya terkikik geli. Tak lama setelah itu, Sakura bisa melihat Ino di dekat gerbang dengan menggeret kopernya yang besar.
"Yosh! Ayo kita berangkat!" teriak Ino yang sudah sampai di dalam bus ke teman-temannya yang masih ramai.
"Yosh!" teriak mereka bersama-sama.
"Tunggu," suara berat Sasuke menghentikan teriakan gembira dari semua orang yang ada di dalam bis. Naruto yang duduk di depan Sasuke membalikkan badannya.
"Ada apalagi Teme?" tanya Naruto.
"Ada yang tertinggal." Jawab Sasuke mempertahankan pandangannya melihat jendela bis.
.
.
.
"Hyuuga!" Sasuke menggedor pintu kayu Hyuuga mansion. Bis yang terparkir di depan mansion itu masih terhenti dengan semua anak-anak sekelas memandanginya heran.
Dok dok dok
Sasuke masih menggedor. Naruto, Kiba dan Lee hanya memandang Sasuke bosan. Gaara yang melihat dari belakang ketiga temannya ini hanya heran dengan sikap Sasuke. Karin menggigit jemarinya dengan wajah yang terisak tak rela, begitupun Ino dan Sakura yang melihat pemandangan ini dengan tatapan yang sulit di artikan.
"Hyuu-"
"Apa yang kau lakukan, Uchiha!" Neji keluar membuka pintu dengan pakaian hakama dojo dan shinai yang di pegangnya. Peluh terlihat di wajah Neji yang mengisyaratkan jika pemuda Hyuuga ini jelas tengah berlatih kendo.
"Kenapa kalian tidak datang? Ayo ikut." Ajak Sasuke mencari sosok orang lain di belakang Neji.
"Kami kan sudah bilang jika kami kemungkinan tidak bisa datang, UCHIHA!" Neji menekan kata-kata terakhirnya dengan keras hingga Sasuke menutup telinganya.
"S-Sasuke..," Sasuke dan Neji menoleh kedalam mansion. "-san?"
Disana Hinata sudah berdiri dengan pakaian yang sama dengan Neji. Rambut Hinata juga dikuncir sama seperti Neji agar tidak lengket dengan kulitnya yang basah karena keringat. Shinai yang di bawanya sudah ia letakkan di atas lantai kayu. Hinata berjalan mendekati Neji yang sudah siap ancang-ancang ke arah Sasuke. "S-Sasuke-san sedang a-apa disini?"
"Ayo ikut, daripada kau menghabiskan liburan hanya dengan bermain ini setiap hari berdua. Membosankan." Sasuke menarik tangan Hinata keluar dari Mansion Hyuuga.
Neji menahan sebelah tangan Hinata yang masih bisa ia raih. "Jangan sembarangan kau, Uchiha."
"B-Baiklah. S-Sudah h-hentikan. N-Ne-Neji-nii, ayo k-kita kemasih barang-barangnya. K-Kita ikut liburan s-saja." Hinata mengelus pelan pundak Neji seraya mendorong pemuda Hyuuga yang masih menggeram kesal itu masuk kedalam mansion. Sasuke hanya menyeringai melihat wajah Neji yang kesal.
.
.
.
Semua orang yang ada di bis bersorak ria ketika Sasuke kembali masuk bersama dengan dua HYuuga di belakangnya. Neji dan Hinata duduk di kursi kosong belakang Kiba yang sibuk menjejalkan roti isi ke mulut Naruto. Hinata menatap jendela ketika bis baru berjalan. Sasuke berjalan melewati gadis-gadis yang menempel padanya, ia duduk di samping Gaara, lebih tepatnya di belakang Hinata.
"Jadi, Sasuke, ini barang yang kau maksud ketinggalan itu?" tanya Naruto masih mengunyah roti dengan menunjuk kedua Hyuuga yang ada di belakangnya.
"Hn." Gaara yang ada disampingnya hanya melirik temannya yang hanya menyandarkan kepalanya di jendela.
Hinata hanya bersemu merah mendengar jawaban Sasuke yang ia rasa berasal dari belakangnya. Ia ingin menengok kebelakang untuk memastikannya tapi ia terlalu takut untuk bertatap mata dengan pemuda bermata oniks ini. Neji hanya mendengus kesal. Sepupunya yang seharusnya ia jaga dan dilatih kendo selama liburan musim panas atas perintah Hiashi malah banting setir pergi ke laut.
.
.
.
"Err, kurasa aku salah liburan disini." Kakashi menggaruk kepalanya yang tak gatal.
"Apa maksudnya ini?" suara lembut yang meninggi itu kini menjawab pertanyaan Kakashi.
"Kenapa kau juga bisa ada disini?! Kau ingin kubunuh?!" tambahnya lagi membuat Kakashi mengelap keringatnya yang mengucur dari pelipis. Kakashi paling tidak tahan dengan wanita berambut hitam keunguan sebahu yang sangat suka menguncir rambut tinggi-tinggi ini. Well, wanita ini juga seorang guru walaupun tubuhnya mungil.
"Anko-cha-"
"Jangan pangil aku 'Anko-chan!' berhenti bersikap baik, Kakashi." Bentak gadis bernama Anko yang masih berkacak pinggang di depan Kakashi.
"Mitarashi-san," suara lembut dari dalam mobil pribadi yang dibawa Kakashi membuat Anko yang tadinya berkacak pinggang kini membungkuk hormat.
"Kalian berdua memutuskan kencan bersama rombongan kelas? Jika tahu begini, kami semua tidak akan ikut ajakan Kakashi." Tambah rekan kerjanya di kantor.
"Eh? K-Kalian," Anko berlari kea rah rekan-rekan kerjanya yang juga datang di undang oleh rombongan kelas Naruto dan kawan-kawan, lebih tepatnya Kakashi yang bersiaga mengajak mereka semua untuk ikut acara ini.
"Yo semua.."
"Yosh! Kalian akan mendapatkan esai olahraga seratus kali jika tidak mau mengadakan olimpiade di liburan ini! Ini hukuman kalian tidak mengajakku!"
"HHIIIIEEEEEEYYAAAAA!" semua murid yang ada di dekat bis maupun yang baru turun langsung lari berpencar akibat teriakan guru yang paling mereka hindari, Guy. Terkecuali Lee dan Shikamaru yang tidak berlari. Kau tahulah bagaiamana ikatan batin guru dan siswa ini, tapi Shikamaru, dia baru bangun tidur jadi wajar masih proses kesadaran.
"S-Sensei, aku kan hanya mengajakmu. Kenapa guru itu juga kau undang sih? I-Ini namanya bukan liburan, tapi b-bencana!" teriak Naruto bersembunyi dibalik tubuh Kakashi.
"Lalu kenapa kalian mengajak Anko? Kalian kan tahu hubunganku dengannya sedang tidak baik."
"Justru karena itu! Kami ingin membuat hubungan Kakashi-sensei dan Anko-sensei membaik, tapi kenapa ada Iruka-sensei, Asuma-sensei dan Kurenai-sensei..memangnya ini bulan madu mereka? Terlebih lagi Guy-sensei. Kau menghancurkan liburan kami sensei," rengek Naruto.
"Berterima kasihnya padaku, liburan ini akan lebih baik dengan Iruka karena dia memiliki villa di dekat sini. Kita bisa menginap disana. Kudengar banyak kamar yang kosong." Mata Naruto berbinar.
"Kyaaa pantai." Teriak para gadis-gadis yang berlari menuju air laut.
Kakashi hanya tersenyum. Asuma dan Iruka mengangkat koper-koper dari bagasi mobil Kakashi, Kakashi yang tadinya diam langsung membantu rekannya ini menurunkan muatan. Sementara para pemuda lainnya, uh~ mereka masih sibuk lepas dari kejaran Guy.
.
.
.
"Hinata," suara Sasuke menghentikan aksi Hinata yang merendam kakinya di tepi pantai.
Ten-Ten melangkah menjauhi kedua orang yang ada di dekatnya, memberi ruang privasi. "Ya, S-Sasuke-san?"
"Mana barang-barangmu? Aku bawakan sini, semuanya sudah menuju ke villa Iruka-sensei."
Hinata terkejut mendengar pernyataan Sasuke, memang benar sih, para lelaki yang tadinya menggerumbul di dekat bis kini sudah tidak ada. Hinata mengerjapkan matanya beberapa kali menatap Sasuke.
"Jangan menggodaku seperti itu."
"Eh?!" Hinata semakin merona mendengar pernyataan Sasuke selanjutnya. Bukan. Bukan maksudnya Hinata menggodamu Sasuke, haduh.
"E-Eh bukan begitu, m-maksudku N-Neji-nii dimana?" Hinata merona berat, bingung bagaimana menjelaskannya pada Sasuke.
"Oh, entahlah. Sudahlah, ayo aku bawakan barang-barangmu." Sasuke menarik tangan Hinata menjauhi tepi pantai menuju bagasi bis untuk mengambil barang-barang mereka. Meninggalkan teman-temannya dan juga gurunya yang masih santai menikmati air laut yang hangat sore ini.
Kenyataan yang sebenarnya tentang Neji adalah, setelah lepas dari kejaran Guy saat Kakashi mengajak untuk mengemasi barang-barang pindah ke villa milik Iruka, niatnya dia ingin mengambil ketempat Hinata untuk mengajak sepupunya itu ikut. Tapi..
"Hinata-sa-"
"Neji bantuin aku dong! Loh, eh? Mau pindah barang ya? Nah Neji, bantuin aku dong ngangkat barang-barangku." Hadang Ten-Ten dengan menarik Neji mendekati bis untuk mengambil barang-barang.
Ya, Ten-Ten menghadang Neji agar tidak menganggu Sasuke dan Hinata yang masih mengobrol. Tapi berhubung dia datang di saat yang tepat, ia jadi tak perlu repot-repot mengangkat barangnya yang ada di bagasi sendirian. Kan ada Neji.
.
.
.
"Kalian ini darimana saja?" Kakashi berkacak pinggang, Ino, Sakura dan Karin masih cengengesan menghadapi Kakashi.
"Astaga! Kalian basah! Tuhan maafkan aku, sucikan kembali mataku."
"Wah..,"
"Hyaat!"
Ketiga pemuda yang baru saja lewat di belakang Kakashi masih berdiam disana. Naruto, Lee, dan Kiba. Naruto masih menutup matanya dengan berdo'a, Lee memandang takjub, sementara Kiba bersiap-siap menyerang. Kiba sedikit phobia dengan wanita karena telah putus cinta beberapa bulan yang lalu. Kakashi memutar bola matanya. "Cepat kalian masuk, ganti baju kalian. Lihat, ulah kalian sudah membuat mereka seperti itu."
"Hai' Hai' Kakashi-sensei,"
"Hyiiat! BAKA!" Sakura melemparkan botol minuman ke wajah Lee keras-keras hingga membuatnya jatuh menimpa Naruto dan Kiba. Efek domino.
.
.
.
Malam harinya sebelum makan malam, beranda kamar Hinata terbuka. Aroma laut yang terbawa bersama angin berhembus menerpa wajah dan menerbangkan beberapa helai rambut panjangnya di tepi pagar villa yang menghadap ke laut itu. Ia memandang laut yang dan langit malam bertaburkan bintang.
"Hinata-sama, makan malam sudah siap. Ayo turun, semuanya pasti sudah menunggu." Hinata membalikkan tubuhnya ketika suara Neji terdengar.
Hinata mengangguk ketika melihat sepupunya itu sudah berdiri di ambang pintu masuk kamarnya. Neji tersenyum simpul ketika Hinata mengangguk. Ia berjalan menuruni tangga dan tak lama setelah itu suara riuh dari bawah terdengar sampai kamar Hinata. Hinata masih membereskan bajunya yang belum selesai ia kemas ke lemari ketika ia terpesona menatap pemandangan dari beranda kamar yang ditempatinya.
"Hinata, lama sekali sih? Sini aku bantu." Tanpa se-ijin Hinata, Sasuke melangkah memasuki kamar gadis yang masih gelagapan menjawabnya.
"S-Sasuke-san! I-Ini kamar g-gadis." Hinata berusaha menolak niat baik Sasuke tapi Hinata menolak seorang pemuda yang berniat membantunya mengemasi pakaian.
"Hinata! Kita sebelahan ya kamarnya! Depan kamarku Neji lho! Hin-, loh? Sasuke?"
Sasuke dan Hinata kembali menatap pintu yang masih terbuka. Disana Ten-Ten berdiri dengan bingung menatap Sasuke dan Hinata yang merona.
"Aku di depan kamar Hinata malahan." Jawab Sasuke membuat Ten-Ten mengangguk. Hinata semakin merona dan menutup kopernya sebelum Sasuke berbalik ke arahnya.
"Loh? Gak jadi? Sini aku bantuin be-"
"HENTAI!" teriak Hinata membuat Sasuke merona terkejut mendengar kata itu keluar dari bibir Hinata. Ten-Ten hanya menutup telinganya ketika Hinata berteriak.
Tak lama setelah itu, suara orang yang menaiki tangga beramai-ramai terdengar. Dan sudah bisa dipastikan jika Hyuuga Neji sang sepupu yang menjadi Black Knight Hinata akan marah besar.
.
.
.
T.B.C
