The Third War
Disclaimer: Hetalia © Hidekazu Himaruya, story's © Ravarion, idea © anonym.
Rated: T
Genre: Humor / Romance
Character(s): Indonesia(male-OC) – Malaysia(male-OC) – Timor Timur(female-OC) – Netherlands – America – Russia – Australia.
Warning: agak gary-stu (mungkin, tergantung pembaca), OC, iklan merek, two-shots.
Part: 1.
-x-x-x-
ENJOY
-x-x-x-
Sore hari yang panas melanda kediaman Indonesia kala itu. Lagian, sekarang bulan Juni alias pertengahan tahun. Ia duduk di teras rumahnya yang menghadap ke kolam. Ingin sekali rasanya langsung nyebur ke kolam itu, sayangnya itu bukan kolam renang buat manusia tapi buat ikan. Kolam renang yang asli buat manusia tidak tersedia di rumahnya, jadi kalau mau berenang ia pergi ke kolam renang umum yang bayar. Bayar, uang lagi, uang darimana? Negaranya kan krisis ga jelas, menurutnya. Menurutnya ga jelas karena berkas penting dari bos-nya jarang di baca. Nanti saja, pikirnya berulang kali sampai ia lupa.
"Dasar pemalas..." kata seseorang di belakang Indonesia membuat Indonesia nyusruk ke samping kanan kursi jatinya. Sedangkan orang yang tadi mengejeknya cuma mengangkat alis kiri sambil menahan tawa yang menghasilkan sesuatu bernama seringai.
"Sialan!" umpat Indonesia sambil menarik boxer merah putih yang lagi dia pakai tadi 'kan hampir lepas. Dia 'kan cuma pakai kaos tanpa lengan warna putih (yang kayaknya, udah ga di cuci. Kumel gitu) dan boxer yang di atas lutut.
"Apa? Ulangi lagi," kata orang itu menyilangkan lengan di depan dada. Niatnya, gaya sok angkuh gitu.
"Sialan kau, Malaysia," kata Indonesia sambil menatap tetangganya (yang menyebalkan) itu dengan intens. Seandainya tatapan bisa menyiksa, Malaysia udah masuk ambulans sambil kejang-kejang kayak orang ayan.
"Heh, memang benar kan, kau pemalas. Pantesan negaramu ga maju-maju, personifikasinya aja pemalas," kata Malaysia, sambil memasukkan kedua tangannya ke saku belakang celana jeans-nya lalu berbalik pergi.
"Kayak negaramu maju aja," balas Indonesia sambil menyeringai, di belakang tubuhnya, ada boneka teluh yang siap dengan jarum, ditempeli rambut Malaysia pula. Niatnya nyantet, kalau Malaysia balik mengejek.
Ternyata tidak.
"Ya, benar. Tapi aku tidak pemalas, mengerti?" kata Malaysia sambil berjalan meninggalkan Indonesia, yang ngeliatin Malaysia dengan pandangan, 'ini-anak-kenapa-ya-padahal-bonekanya-belum-ditusuk' yang lalu melanjutkan aktivitasnya tadi, bermalas-malasan.
Sampai ia sadar sesuatu.
"Tadi dia mau ngapain kesini?" hanya suara kecipak air yang membalas pertanyaan Indonesia yang tak terjawab kecuali ia menemukan jawabannya dengan jawaban yang pasti.
-x-x-x-
Indonesia yang sedang menyeruput kopi hitamnya segera terbatuk-batuk saat seseorang mendobrak pintu depan rumah Indonesia. Handphone Esia-nya hampir ia lemparkan ke makhluk pendobrak itu, tapi ia segera sadar kalau ia akan rugi.
"Indonesia~" suara itu terdengar sampai telinga Indonesia yang sedang berada di ruang tengah, sedangkan badannya juga di sana. (Masa' iya kepisah? ._.)
"Apa lagi, Nether...lands!" Indonesia menaikkan oktaf suaranya saat bagian akhir, saat mantan motherland-nya itu melompat ke arahnya yang berjarak lima meter.
'Dia kira lagi lompat jauh apa!' batin Indonesia yang langsung menyingkir mendekati televisi yang sedang menyiarkan berita tentang PM Japan yang baru, dia kan harus up-to-date berita-berita sampai gosip-gosip juga, kayak Luna, Ariel sama Cut Tari gitu.
"Katakan padaku itu benar!" seru Netherlands yang tadi nyungsep ke samping peluru rudal di sebelah lemari. (?)
"Apanya?" tanya Indonesia polos sambil meminum kembali kopinya dan memainkan handphone-nya, update status di twitter.
What's happening?Ada orang gila nyungsep ke rumah gue.
Dua detik berikutnya, Netherlands berlari keluar sambil berteriak girang dan cemas(?), yang hanya membuat tetangga Indonesia berpikir kalau rumah Indonesia beralih fungsi jadi tempat penampungan orang-orang gila, tak waras dan kelainan jiwa.
Indonesia hanya mengangkat bahu sekali lalu kembali sibuk RT-an status Singapore yang katanya udah punya berpuluh I-pad.
"Tadi Netherlands mau nanya apa ya? Ah, bodo amat..." gumam Indonesia, tanpa menyadari seseorang memperhatikannya di luar jendela, cekikan layaknya kuntilanak duduk di jok motor ojek.
-x-x-x-
Indonesia dapat undangan dari America. Katanya ia ingin membicarakan masalah tentang warga Indonesia di America. Yang Indonesia tak tahu, itu cuma sesuatu hal yang tujuannya menyelubungi hal yang lain.
Bos-nya, setuju-setuju saja Indonesia pergi ke tempat negara adidaya itu. "Saya tidak mau pakai pesawat yang umurnya lebih dari tiga puluh tahun, saya tidak mau lewat bermuda, saya mau ada seorang penerjemah bahasa grumble-grumble-ala-America-makan-Hamburger dan satu koper boxer berbendera Indonesia," ujar Indonesia yang ujungnya ditendang sama bos-nya ke Bandara Soekarno-Hatta, nama bos-nya yang dulu.
"Si bos mah. Orang lagi enak duduk di kursinya..." gumam Indonesia yang ga sadar kalau perbuatannya salah dan wajar kalau ditendang bos-nya.
-x-x-x-
"Hebheharnya Hihonesia..." kata Amerika sambil memakan hamburger dan minum CocaCola berbarengan. O.o
"Saya memang Indonesia yang sebenarnya, Amerika," Indonesia berkata sambil menatap penerjamah bahasa yang tadi ia minta pada bos-nya.
"Glek! Haaah... Ada yang ingin aku tanyakan. Bagaimana dengan negaramu? Masih bagus kan?" Indonesia mengerinyit heran. Apa maksudnya dengan 'bagus'? Pikirnya.
"Masih. Masih stabil, belum labil seperti negaramu," hanya untuk mendapat gamparan di kepala dari penerjemahnya. Amerika sweatdrop.
"Oh, bagus kalau begitu. Ah! Ada yang harus aku lakukan. Kalau mau masih di sini, ini, aku pinjamkan Tony. Sampai jumpa!" teriak Amerika kayak tante-tante girang baru ngedate sama berondong ganteng, oke, melenceng.
"Ssst, bos. Kayaknya kita cabut aja dari sini. Masih mending makhluk dari Indonesia daripada yang ini..." bisik penerjemah bahasa itu berbisik di telinga Indonesia. Yang dibisikkin mengangguk, lalu berlari sekuat tenaga menuju bandara terdekat, meninggalkan sang penerjemah bahasa dengan makhluk itu.
"Wah, ada bahasa baru!" penerjemah bahasa itu malah senang bertatap mata(?) dengan Tony.
-x-x-x-
Alih-alih sujud di tanah airnya, Indonesia nyasar ke Siberia. Dan menderita hipotermia sesaat(?). Sialnya, ini semua salah pilot yang buta arah dan berdalih dengan alasan habis bensin, jadi harus ke POM terdekat. Dengan mudahnya Indonesia percaya. (Lagian, masa' iya pesawat bahan bakarnya bensin?)
Walau akhirnya, dengan penantian yang sedemikian panjangnya, ia naik ke pesawat lagi setelah dua jam. Dan... nyasar ke Rusia.
Indonesia facepalm.
"Jangan bilang kalau kali ini perlu isi bensin," kata Indonesia dengan aura khas Rusia, mentang-mentang lagi ada di wilayahnya.
"Bukan. Ban-nya kempes. Harus di pompa dulu," jawab pilot itu singkat. Indonesia mengangguk, dan turun dari pesawat. Menahan hasrat mencekik siapa pun yang muncul di hadapannya. Kalau ada, ia akan langsung menendangnya lalu mencekiknya sekuat tenaga.
"Da!" seru seseorang sambil muncul di hadapan Indonesia. Dengan sigap, Indonesia memasang kuda-kuda khas silatnya lalu menendang yang tadi berteriak 'Da!', membuatnya tersungkur. Indonesia mana sadar kalau orang itu lebih besar darinya.
BRUG!
"Mati kau, sialan!" Indonesia mengumpat sambil mencekik orang yang memakai syal itu.
'Tunggu! 'Da!' dan syal? Jangan-jangan...'
"RUSIA!"
-x-x-x-
To be continue
-x-x-x-
(Listen to: Little Death – +44)
(Words Count: 1082 words)
Niatnya sih, mau jadi oneshot aja. Tapi pas di liat halamannya, lebih dari sepuluh! XD
Jadi, saya bagi dua aja. Cliffhanger kah? XP
Saya sengaja sih. Ah, akhirnys ulangan saya selesai. Dan menunggu pengumuman nilai. Doakan saya. (_ _)
Mind to review? Per favore?
