.
.
Angel Warming
By punchjongin
Kim Jongin – Oh Sehun – other
M
Disclaimer: I don't own all character used in fanfiction, but story is mine. I don't know them and I have no idea of their sexual orientation. There are just stories about Boys Love.
.
.
.
.
"Kau pikir ini perusahaan majalah ayahmu bisa seenaknya begini?"
Jongin tetap menunduk, menutupi kegugupannya dengan meremas pulpen yang berada di tangannya. Gertakan ketua tim divisinya membuat jantungnya berpacu lebih cepat, gugup. Betapa ingin dirinya menenggelamkan wajah Lee Donghae di kolam ikan yang berada di taman perusahaannya.
"Di hari pengangkatan tugasmu, kau memukul bodyguard dari Song Hye Kyo dan membuat perusahaan harus menanggung biaya rumah sakit, yah walaupun itu dipotong dari gajimu…" Lee Donghae menarik napas.
Itu karena wajah seramnya yang memandangi tubuh Song Hye Kyo dengan tatapan mesumnya, tambah Jongin dalam hati.
"…apa kau masih ingat ketika menendang kemaluan Hong Suk Chun ketika pembukaan restoran?"
Sungguh, aku harus menendang penis kepala botak itu karena dia berusaha untuk menggerayangi pahaku, rancau Jongin dalam hati
"Dan yang terakhir, kau gagal mewawancarai Wonbin karena menjatuhkan minuman di atas kontrak kerjanya…" Donghae menghela napas sejenak.
Oke, yang terakhir adalah keteledoranku, batin Jongin.
Donghae menengadah, lalu menoleh pada Jongin dengan tatapan dingin, "Kalau kau gagal mencari skandal artis lain, aku tidak pikir dua kali untuk menendangmu keluar tanpa pesangon."
Jongin mengangkat kepalanya dan memandang atasannya dengan tatapan mengiba.
"Tidak. Jangan pikir aku akan jatuh pada tatapan mengerikanmu itu."
Donghae membuka laci meja kerjanya dan melemparkan di atas meja, tepat di depan Jongin. Sebuah undangan elegan berwarna hitam dengan tinta emas.
"Grand Ballroom Foyer, 2 hari lagi, jam lima sore. Ku harap, kau bisa menemukan beberapa skandal di sana," Donghae kembali menatap Jongin dengan tajam, "Ini adalah kesempatan terakhirmu, Kim Jongin."
.
.
.
Jongin berjalan gusar di lorong lantai 3, tempat divisinya berada. Jika terlihat, mungkin, karpet biru gelap ruang divisinya sudah berubah warna keputih-putihan karena ia berjalan bolak-balik dan menimbulkan bekas di sana.
"Hei. Tenanglah."
Jongin menghela napas kesal lalu memutar badannya, "Diamlah! Kau tidak pernah berada dalam posisi ini, Park."
"Itu karena keberuntungan berpihak padaku," lelaki dengan senyum lebar dari telinga ke telinga itu menyodorkan cup kopi kepada Jongin.
Jongin menyambarnya dan meminumnya tanpa pikir panjang. Ketika cairan itu berada dalam mulutnya, lidahnya merasakan rasa aneh dan dahinya berkerut. Bukan kopi kesukaannya. Dengan cepat ia menelan bulat-bulat dan menjilat bibirnya sendiri, menghilangkan rasa kopi pahit itu. Mata Jongin melotot tajam pada lelaki yang sedang terkekeh.
"Sialan kau Park Chanyeol. Kopi macam apa ini?"
Lelaki bernama Park Chanyeol itu hanya menepuk pipinya pelan, untuk menghentikan mulutnya yang tidak dapat berhenti tertawa.
"Espresso. Kopi dasar dari seluruh kopi," jawab Chanyeol setelah berhasil menghentikan tawanya.
"Rasanya hambar dan pahit. Apa kau lupa ingatan jika kopi kesukaanku adalah latte!"
Chanyeol menggelengkan kepala dalam hati. Bagaimana lelaki di hadapanku ini tidak pernah merasakan espresso, yang kuat dengan kepribadian lelaki. Sungguh, seleranya seperti perempuan saja.
"Aku hanya ingin kau menghentikan kepanikanmu itu," Chanyeol menerima dengan cepat cup kopi dari Jongin yang diberikan dengan gerakan kasar oleh lelaki berkulit tan itu, "Dan ku pikir. Aku sudah tahu apa yang harus ku lakukan."
Chanyeol mengangkat alisnya dan mengulum senyum –yang menurut Jongin itu menjengkelkan–.
"Sudah! Bicara denganmu membuatku kehilangan akal," Jongin mengayunkan tangannya di udara, seperti mengusir lalat yang berada di sekitar kepalanya. Ia hendak beranjak.
"Apa kau tidak pernah menggunakan planning?" Chanyeol bertanya pada Jongin.
Langkah Jongin terhenti dengan alis terangkat.
"Aku selalu membuat strategi supaya dapat berita bagus…" Jongin membalikkan badannya, "…dan aku bisa memberitahumu bagaimana cara agar kau mendapatkan berita itu…" Chanyeol memelankan suaranya, "…tidak ada imbalan sepeserpun. Kalau berminat,"
Chanyeol membalikkan tubuhnya, "Ayo ikut aku," Chanyeol mulai beranjak dan tanpa pikir panjang, Jongin mengikuti langkah lebar dari sahabatnya itu.
.
.
.
Jongin berkata pada Chanyeol melalui sambungan seluler jika dia tidak dalam keadaan yang baik-baik saja ketika ia tengah berada di gedung utama yang akan menghantarkannya pada Grand Ballroom, tempat para entertainer ternama berkumpul untuk menghadiri penghargaan tahunan pada akhir tahun.
Jongin menepuk pelan setelan jasnya mengusir butiran salju yang menempel, yah… walaupun dia sudah melakukannya ketika berada di lobi. Kali ini, dia tidak membawa kamera ataupun menggunakan seragam perusahaannya. Ia hanya membawa tanda pengenal wartawan yang ia simpan dalam dompetnya dan juga kamera pocket yang tersimpan aman di dalam saku jasnya.
Ketika ia melewati pintu masuk dari Grand Ballroom, ia mengeluarkan kertas undangannya lalu petugas menscan dengan alat khusus. Setelah itu, dia harus melewati sebuah scanner badan. Penyelenggara acara ini menurunkan pengamanan ketat, sangat ketat, seperti setiap gerak-gerik yang mencurigakan dapat dibekukan kapanpun.
Kim Jongin duduk di deretan setelah para public figure. Kepalanya menoleh kanan-kiri, ruangan dengan langit-langit tinggi mulai menggemakan pengumuman dari announcer di balik speaker yang berada di dalam sana. Jongin menoleh dan menemukan seniornya berada di samping kamera milik majalah tempat ia bekerja, Leeteuk dan Hyukjae.
Lampu mulai di padamkan, dan menyorot satu arah tempat pembawa acara membacakan rangkaian acara yang tentunya, membosankan.
Jongin duduk di sebelah pria dengan setelan jas elegan, sepertinya, pria di sebelahnya ini adalah salah satu undangan dari satu perusahaan sponsor. Lalu, Jongin mengeluarkan kertas yang terlipat dan membacanya sekilas, mengingat nama-nama artis yang berada dalam incarannya malam ini yang di gosipkan mempunyai skandal.
.
.
.
Jongin mencoba membawa dirinya dalam langkah setenang mungkin. Setelah berada dua jam dalam Ballroom, ia memutuskan untuk mengikuti Kwon Jiyong, salah satu targetnya. Lelaki salah satu anggota dari boy group itu sedang gencar-gencarnya di gosipkan dengan salah satu model dari Jepang, Kiko Mizuhara.
Langkah kaki lelaki yang lebih kecil darinya itu berbelok menuju rest room. Jongin menggenggam air mineral yang sudah ia campuri dengan obat khusus dengan erat, seolah meyakinkan dirinya. Ini adalah salah satu yang Chanyeol berikan padanya.
Dengan gerakan tubuh santai, Jongin dapat memasuki rest room tanpa kecurigaan tertentu. Ia berdiri di depan jejeran wastafel memanjang lalu menyalakan keran di depannya. Jongin membungkukkan kepalanya dan menimbun air pada dua tangannya lalu mengusapkan air tersebut pada permukaan wajahnya sembari melirik dari pantulan cermin di hadapannya Jiyong yang sedang menelpon seseorang dengan mesra. Rest room sedang sepi, itu membuat rencana penjebakan Jongin akan berjalan lebih mudah.
"Ne. Aku sedang berada di rest room," bisik Jiyong pada seseorang di seberang, menghadap tembok dan memunggungi Jongin.
"Sebentar lagi, sayang. Aku akan keluar jika manager-hyung sudah tidak ada di waiting room."
Mata Jongin berpusat pada air mineral yang sebelumnya di letakkan Jiyong di dekat wastafel, dengan cepat dan hati-hati, Jongin menukarnya dengan air mineral miliknya. Lalu, Jongin menutup keran dan menyembunyikan air mineral milik Jiyong di balik jasnya. Dengan cepat, ia memasuki salah satu bilik toilet agar tidak curiga.
Jongin menempelkan telinga di pintu yang tertutup. Ia dapat mendengar sayup-sayup pembicaraan Jiyong dengan seseorang. Kemudian, suara pintu terbuka, Jongin dapat mendengar derap langkah yang cepat, dan kemudian, mendengar kucuran air yang menyamarkan suara seseorang yang sedang memuntahkan sesuatu.
Jongin penasaran apa yang sedang terjadi di luar sana. Tetapi, itu akan membahayakannya jika Jiyong belum meminum air mineral yang sudah dicampuri dengan obat perangsang miliknya. Kemudian, air sudah tidak mengucur, keran di matikan.
"Ini minumlah," suara Jiyong di luar sana terdengar panik.
"Terimakasih, Jiyong-hyung," lawan bicara Jiyong dengan suara ringan terdengar di telinga Jongin.
"Kalau begitu, aku keluar dulu."
Tunggu! Itu suara Jiyong!
Jongin benar-benar penasaran apa yang sedang terjadi. Lalu, ia memutuskan untuk membuka kunci pintu ketika pintu rest room tertutup. Ketika Jongin menjulurkan kepalanya keluar bilik toilet, matanya melebar, mendapati seorang lelaki dengan setelan jas berwarna putih, dengan rambut rapih dan kulit bersih sedang menegak air mineralnya.
Dengan cepat, Jongin melangkah keluar lalu melompat ke lelaki tersebut.
Salah sasaran, pikir Jongin. Jika aku membiarkannya, dia bisa mati ejakulasi, dan jika aku mencegahnya, rencanaku bisa terendus.
Tetapi, tanpa pikir panjang, tangan Jongin menyambar botol air mineral yang tinggal menyisakan isi seperempatnya, Lelaki di hadapannya terkejut dan terlihat kesal.
"Hei! Apa yang kau lakukan!"
Jongin melempar botol air mineral itu di pojok ruangan lalu menoleh pada lelaki di dekatnya. Lelaki yang memiliki paras tampan sedang mendelik tidak suka ke arahnya.
"O –Oh See–hun?" gumam Jongin tanpa sadar.
Ya benar! Lelaki di hadapannya ini salah satu penyanyi yang sedang naik daun yang memiliki reputasi bagus. Seperti tidak pernah terdapat cela dalam dirinya, Oh Sehun.
Jongin menelan ludahnya kasar.
"Siapa kau? Dan kau telah melakukan sesuatu yang tidak sopan padaku," cerocos Sehun berkacak pinggang.
"Ya Tuhan! Ini gawat!" pekik Jongin dalam pikirannya yang ternyata tidak sadar, ia lontarkan.
Alis Sehun terangkat, "Gawat, apanya yang gawat?"
Jongin panik di tempatnya. Dia tidak tahu apa yang harus dilakukannya. Rencananya, dia akan menjebak Jiyong yang akan menemui kekasihnya dan ia akan mendapatkan foto-foto bagus lewat kamera pocketnya. Tetapi… itu gagal. Dan, sepertinya, Jongin akan mendapat masalah baru.
Jongin menggigit bibirnya ketika tubuh Sehun mulai menggeliat tidak nyaman. Wajahnya semakin pucat dengan kening berkerut. Obatnya mulai bereaksi, pikir Jongin. Chanyeol memberikan obat perangsang yang berdosis tinggi.
Yang terlintas dalam benaknya pertama kali adalah kabur. Jongin hendak mengambil langkah seribu, ketika lengannya di tarik tangan yang berkeringat dingin. Jongin menoleh,
"Apa yang sudah kau lakukan? Apakah air minum itu adalah perbuatanmu? Apa yang kau masukkan ke dalamnya?"
Runtutan pertanyaan Sehun membuat Jongin keringat dingin. Dengan cepat ia menghempaskan genggaman tangan Sehun lalu berlari menuju pintu ruangan.
Namun, langkahnya terlambat. Pintu di tendang dan di tahan oleh Sehun. Jongin tidak bisa berkutik ketika mata tajam itu mengintimidasinya.
"Siapa kau? Apa kau seorang hatersku?"
"B-bukan. Aku hanya staff disini, dan tolong singkirkan kakimu dari pintu."
Bukannya melepaskan kakinya, Sehun menarik tangan Jongin hingga tubuhnya terhempas ke tembok. Dengan cepat, Sehun mengunci rest room dari dalam dan melemparkan kuncinya ke lantai.
"Kau tahu apa yang sudah kau lakukan?" Sehun berjalan mendekati Jongin dengan gemertak giginya.
"Aku tidak melakukan apapun," balas Jongin, berjalan mundur.
Mata Sehun berkilat, "Kau membuangnya setelah aku minum lebih dari setengahnya, bodoh. Dan jika kau tidak melakukan apapun, kau akan membiarkanku minum."
Sehun mendorong tubuh Jongin hingga terkunci pada tembok di belakangnya. Dengan cepat, Sehun melepaskan pukulan pada wajah Jongin, telak. Jongin sedikit terhuyung dan Sehun menarik Jongin untuk berdiri. Dalam hitungan detik, tangan Sehun memukul dengan keras perut Jongin.
"Argh!" pekik Jongin.
Tangan Sehun hendak melayangkan pukulan ketiga kalinya, namun, tubuhnya bereaksi lain. Genggaman tangan pada kerah kemeja Jongin mulai merenggang. Sehun mengatupkan rahangnya rapat lalu mendekatkan kepalanya pada telinga Jongin. Gejolak seperti aliran listrik merambah tubuhnya.
"Apa yang kau lakukan?" Jongin tergagap.
"Kita menghabiskan waktu selama beberapa saat, atau…" mata Sehun menyala, "…atau kita menghindar. Tetapi, pilihan yang terakhir, sudah ku hapuskan. Jadi…" Sehun menyeringai, "…tidak ada pilihan lain selain kau memuaskanku."
Sehun berbisik pelan namun tajam, "Jika kau membantahku sedikitpun, apa kau tahu apa yang akan mereka lakukan terhadapmu?"
Jongin mengetahui betul apa arti kata mereka. Penjaga keamanan. Jongin dengan penuh keraguan, menggeleng, matanya sedikit memancarkan ketakutan.
"Ayo ikut aku," bisik Sehun.
.
.
.
Jongin mendorong tubuh Sehun ketika Sehun tengah membuka pintu apartemennya. Namun, dengan cepat, Sehun melompat ke arah Jongin lalu menyambar tangan Jongin, ia menarik Jongin ke dalam apartemennya. Jongin meronta, ia bahkan menggigit punggung tangan Sehun dengan keras.
Sehun membanting pintu apartemen dengan kencang lalu mendorong tubuh Jongin ke lantai. Tubuh Jongin terhempas di lantai kayu yang hangat. Ketika Sehun telah selesai melepas sepatunya, ia berjalan ke arah Jongin yang memundurkan tubuhnya dengan pergerakan tubuhnya. Seringaian Sehun tercetak dalam bibirnya.
"Kau akan benar-benar berurusan denganku jika kau pergi," Sehun berhasil menahan Jongin dalam kata-katanya, "Kau yang memulai, maka kau yang dapat mengakhirinya."
Sehun jongkok di hadapan Jongin lalu menarik dagu Jongin dengan tangannnya, tetapi baru hitungan detik Sehun dapat melihat wajah yang menggelitik itu, Jongin menjauhkan pandangannya ke arah lain.
"Siapa namamu?" pekik Sehun tertahan.
Jongin tidak mengeluarkan satu patah katapun.
"Ku bilang, siapa namamu?"
Sekali lagi, Jongin tidak mengindahkan pertanyaan Sehun yang sedikit membentak.
Sehun menghela napas, kesabarannya telah habis, "Who are you?"
Dengan gerakan kasar dan menyakitkan, Sehun kembali menangkup pipi Jongin dengan kedua tangannya. Mata Sehun mengintimidasinya, Jongin dengan gugup mengerjapkan matanya, "J-Jongin."
Setelah mendengar nama itu, Sehun menyunggingkan senyumnya, puas.
Sehun mendesak, "Im hungry. Hungry, little one. You know what I need?"
Sehun melepaskan tangan kanannya dari wajah Jongin. Tiba-tiba, Sehun meraba selangkangan Jongin, dan memutarkan jari telunjuknya di sekitar kejantanannya dengan gerakan sensual, "Wait here for me."
Seperti terhipnotis, beberapa saat, Jongin dapat merasakan aliran lirstik dari sentuhan Sehun yang sensual di atas celananya yang telah mengembung,
Setiap sentuhan Sehun yang memabukkan, seolah membuka sisi gelap Jongin. Ketika Jongin membuka mulutnya untuk merespon remasan kecil pada kejantananannya, Sehun menempelkan bibirnya pada bibir Jongin, memasukkan lindahhnya dalam. Seperti kelaparan untuk merasakan sesuatu. Lidah berisi milik Sehun menelusuri setiap inci langit-langit Jongin yang bertekstur. Jongin merespon dengan mendorong lidahnya untuk saling menyelimuti. Ketika itu juga, tanpa sadar, Sehun telah melepas kedua sepatu Jongin.
Kelaparan –seksual dan fisiknya – membawa Sehun dan Jongin dalam keadaan ini.
Jongin tidak memberontak atau apapun. Dia hanyut dalam permainan Sehun tanpa disadarinya. Kedua mata lelaki yang sedang bercumbu itu saling menatap, memancarkan sesuatu di dalamnya.
Sesuatu yang tidak terduga terlihat dari pancaran mata Jongin ketika dia merespon setiap pergerakan Sehun. Dimana keragu-raguan yang penuh dengan ketakutan?
Plop
Sehun melepas pangutan bibir mereka dengan cepat, lalu, ia melirik bibir ranum milik Jongin yang tebal, merah dan berlumuran saliva yang entah milik siapa. Kemudian, Sehun kembali mengecup basah bibir Jongin dan membuat Jongin tersentak. Tidak lama, Sehun kembali menjauhkan bibirnya lalu menenggelamkan giginya ke dalam leher Jongin dan menyedotnya, seperti penisnya yang sedang di remas oleh Jongin.
Sehun terkejut dengan respon Jongin yang berani. Dia menyeringai dalam hati lalu menyapu bekas gigitannya dengan lidah yang dipenuhi saliva. Sehun merengkuh tubuh Jongin, melingkarkan tangannya di punggung dan belakang lutut Jongin, lalu membawanya ke dalam kamarnya.
Jongin menggeliat tidak nyaman ketika merasa dirinya sedang berada dalam gendongan Sehun dengan lehernya yang terus diberi tanda oleh Sehun. Sehun tidak melepaskan bibirnya dari sana. Dengan cepat, dia menuju kamarnya dan menendang pintu yang sedikit terbuka. Dengan gerakan cepat, Sehun melepaskan gigitannya dengan terpaksa dan melemparkan tubuhnya dan tubuh Jongin di atas ranjang.
Sehun bergulung lalu membalikkan posisi dengan Jongin di atas tubuhnya. "Come…" Sehun berbisik lalu mendorong pundak Jongin untuk berlutut di hadapannya. Dan, Jongin melakukannya. Seperti puppy yang melakukan perintah masternya, Jongin berlulut lalu menggesekkan ujung hidungnya ke tubuh Sehun.
"Enghh…" Sehun menggerang.
Jongin dapat mendengar suara zipper di turunkan ketika lidah Jongin menyapu kemeja Sehun yang tersingkap ke atas.
Jongin melirik ke bawah dengan tangan Sehun yang sedang berusaha untuk melepaskan celananya dengan kesusahan karena tertahan oleh berat tubuh Jongin. Dengan cekatan, Jongin sedikit mengangkat tubuhnya lalu membantu Sehun untuk membukakan celananya. Mereka sedang di buru nafsu.
"Cium dia," Sehun bergumam dan mencengkeram rambut Jongin dengan kasar dan sensual, setelah celana Sehun terlepas. Jongin membuka perlahan underwear abu-abu yang telah mengembung. Sesuatu telah tegang di baliknya. Gigi Jongin menarik ujung underwear Sehun dan menariknya kebawah, di lanjutkan dengan tangannya dan kakinya yang mendorong underwear Sehun terlepas hingga kaki.
Saat Jongin menoleh, ia dihadapkan dengan penis Sehun. Jongin memajukan wajahnya penuh keraguan. Melihat respon Jongin, Sehun mendorong pantatnya dan penis besar dan keras miliknya menyentuh permukaan wajah Jongin. Jongin terkejut dan merasakan ujung penis Sehun dengan penuh gairah. Jongin itu straight, tetapi, ia tidak dapat melewatkan keadaan ini. Keadaan yang membuatnya puas. Dengan gerakan ragu, Jongin meremas penis panjang itu dan mengecup ujungnya dengan bibir tebalnya.
Gejolak dalam diri Sehun membesar, seolah tidak dapat menunggu Jongin, penis Sehun memasuki mulut Jongin dengan keras setelah ia mendorong kepala Jongin. Jongin terbatuk pelan dan merasakan jika mulutnya sangat penuh oleh benda yang besar. Rasanya, giginya dapat bergesekan dengan batang penis Sehun.
Seperti terbawa arus, Jongin menaik-turunkan kepalanya, dan itu membuat penis Sehun sedikit berkedut dan semakin bervolume.
"That's right. Take it deep," tukas Sehun yang masih meremas rambut Jongin dengan sensual dan matanya terpejam, merasakan kenikmatan di tubuh bagian bawahnya.
Tuhan tolong Jongin. Dia sudah tidak dapat menampung penis Sehun yang sangat besar. Ketika adegan blue film yang dia dapat dari Chanyeol terlintas dalam benaknya, Jongin semakin melakukan itu dengan gencar dan meremas kedua bola penis Sehun.
"Terus, baby Jongin. I'm gonna come."
Denyutan dalam penis Sehun menguat, dan tidak lama kemudian penis Sehun mengeluarkan cairan kental dalam mulut Jongin. Jongin terbatuk dan dengan respon langsung, ia mengeluarkan penis Sehun dari dalam mulutnya. Cairan itu tetap menyembur dan membuat wajah Jongin yang berbaring di paha Sehun terkena cairan putih, kental dan bau itu.
Sehun tersenyum ketika melihat bagian bawah tubuhnya yang sedang menyemburkan isinya dan wajah Jongin yang terpejam.
Meskipun kulit mereka bersentuhan dan terlihat jelas bagaimana perbedaan warna kulit mereka, Sehun mengagumi keadaan itu. Dia mulai mengagumi sosok di bawahnya yang disekitar bibirnya terdapat lelehan sperma, juga wajahnya. Wajah lelaki di bawahnya begitu sensual, membuat Sehun ingin merasakan lubang hangat milik Jongin.
Sehun bangkit tanpa menggerakkan kakinya, ia mengecup pelan kepala Jongin dengan rambut yang basah karena berkeringat.
Mata Jongin terbuka lebar ketika dapat merasakan kecupan hangat seorang Oh Sehun di kepalanya. Ia menengadah, dan mendapati wajah Sehun yang sedang memancarkan senyumnya di atasnya. Jongin bersumpah. Dia akan merekam setiap perubahan wajah Sehun yang semakin melebarkan senyum menawannya.
Thanks God, batin Sehun.
"I'll be taking care of you, Jongin."
Ya Tuhan!, pekik Jongin dalam hati dengan kegirangan.
Jongin masih dapat mendengar walaupun kesadarannya berkurang perkataan Sehun yang berbisik tepat di telinganya. Sehun berjanji kepadanya dalam sebuah kata. Jongin sempat hanyut dalam buaian itu, tetapi, melihat kenyataan, dia tidak mungkin dapat melakukannya. Dirinya dan Sehun sangat jauh berbeda dan mereka tidak saling mengenal satu-sama lain sebelumnya.
.
.
.
.
THE END
A/N :
What happens now? Belum puas, bukan?
Click next chapter for sequel and you'll find NC21 and bed scene.
WARNING: I told you! If you dont like boys love, leave this page!
XOXO
Review
