.

.

.

Jungkook memainkan selimut yang menutupi tubuh polosnya itu, sambil mempoutkan bibirnya. Disana, tepatnya dua meter dari ranjangnya, Taehyung dengan boxer hitamnya sedang bercengkrama dengan seseorang di telepon. Sesekali, Jungkook menunjukkan ekspresi ingin muntahnya saat Taehyung berkata 'sayang', 'honey', 'chagiya', dan lainnya. Setelah beratus-ratus kali—menurut Jungkook—Jungkook mengeluarkan ekspresi menjijikkannya, barulah Taehyung mengakhiri sambungan telepon dengan 'aku juga mencintai diriku sendiri, haha. Bercanda. Aku mencintaimu. Night, sweetheart.'.

Setelah melempar teleponnya ke atas nakas, Taehyung beringsut naik ke ranjang Jungkook. Membaringkan tubuhnya disamping pemuda kelinci itu, dan memeluknya. Tanpa peduli tatapan ingin membunuh dari Jungkook.

"Lepas, Hyung. Aku mau ke kamar mandi."

"Hmm? Kau cemburu."

"Hah?"

"Kau cemburu."

"Tidak."

"Aku tidak bertanya, aku memberi tahu."

Terkutuklah deep voice yang baru saja dikeluarkan Taehyung. Membuat Jungkook kaku, pipinya memerah karena deep voice Taehyung mampu membangkitkan nafsunya. Gila.

"Malah melamun." Gumam Taehyung, lalu mengecup bibir Jungkook kilat, dan menggesekkan hidung mereka. Membuat Jungkook tersadar dan langsung memukul sayang bahu Taehyung.

"Hyuuuung~" gumam Jungkook sambil menenggelamkan kepalanya di dada Taehyung. Menyembunyikan rona merah yang menjalar sampai telinganya. Sedangkan Taehyung terkekeh, sikap manja Jungkook adalah salah satu hal favoritnya.

"Kookie."

"Ya, Hyung?"

"Katakan kalau kau cemburu."

"A-ani, aku tidak cemburu. Jadi aku takkan mengatakannya."

"Lalu kenapa kau menunjukkan ekspresi ingin muntah tadi, hm?"

Dalam hati Jungkook mendesis. Ternyata Taehyung melihatnya. "Ini salahmu, Hyung." Ucap Jungkook pelan sambil menelasakkan kepalanya lebih dalam. Membuat Taehyung merasa geli karena rambut Jungkook menggelitik dadanya.

"Is this bunny need a second round, hm?" Jungkook langsung menggigit kulit Taehyung. Meninggalkan bekas merah di sana, membuat Taehyung mengaduh. Perkataan Taehyung, ditambah dengan suara beratnya, benar-benar bisa membuat Jungkook gila.

"Hyung,"

"Hm?"

"Yang tadi siapa?"

"Hoseok."

"Bahkan sampai Hoseok Hyung...dasar. Pulang sana, Hyung. Aku ada kuis besok, jadi aku ingin belajar malam ini."

"Kau mengusirku?"

Jungkook mengedikkan sebelah bahunya, pura-pura tidak peduli. "Aku menyayangi nilaiku, Hyung."

Taehyung mendesis, lalu memakai bajunya, dan beranjak meninggalkan Jungkook. Dia sempat mencium kening Jungkook, sebelum benar-benar pergi. Jungkook melempar selimutnya asal, lalu berjalan ke kamar mandi.

"Dia kira aku apa? Budak seks-nya?"

.

.

.

"Uuuuhh...mereka cocok sekaliii..."

"Ahhh kukira dia sedang berkencan dengan Hoseok sunbae..."

"Siapa?"

"Anak kampus sebelah."

"Ya ampun, ship ku menjadi nyata!"

"Imutnyaaa..."

Jungkook mendengus. Para gadis—ralat, remaja itu sangat mengganggu acara sarapannya. Hell, dia bangun jam delapan, mandi selama dua menit lalu segera berangkat dan sialnya saat dalam perjalanan ke kampus ban mobilnya bocor, membuatnya berlari —meskipun cara larinya aneh, karena bokongnya yang masih terasa sakit akibat semalam— dan akhirnya sampai di kampus tepat waktu. Dan dosennya dengan kurang ajar mengirimkan SMS bahwa hari ini beliau tidak bisa mengajar, semua jadwal dikosongkan.

Yang membuat wajah manis Jungkook makin kusut adalah pemandangan yang sedang dilihat para remaja itu. Yang orientasi seksualnya Jungkook ragukan, karena mendukung percintaan antar lelaki.

Taehyung dan Jimin masih saling suap-suapan, dan Jungkook masih menyuapi dirinya sendiri dengan kasar. Membuat Mingyu, temannya itu terbahak. Jungkook langsung menatap Mingyu tajam.

"Oh man, kau yang bilang kau akan membuat Taehyung berhenti menjadi playboy. Tapi, lihat? Dia bahkan bermesraan di hadapanmu."

"Dia tidak bermesraan di hadapanku." Desis Jungkook lalu meminum air didepannya dengan ganas. "Mungkin dia tidak tau aku ada disini."

"Kook, aku juga tak bisa melihatmu terus-terusan begini. Carilah seme yang lebih baik, yang tau cara memperlakukan uke dengan benar."

"Mau kutendang?"

"Maaf. Tapi serius, Kookie. Aku tau rasanya berada di posisimu. Menyakitkan~" Mingyu memegang dadanya dramatis, membuat Jungkook melempar sumpitnya tepat mengenai wajah Mingyu.

"Jiminie, lagi~"

Jungkook merasa tertohok dan jijik di saat yang bersamaan, begitu suara Taehyung masuk ke gendang telinganya. Kalau Taehyung mengucapkan namanya dengan nada seperti itu, mungkin Jungkook akan sangat menyukainya. Tapi mendengar nama orang lain yang disebut, memberikan efek mual tersendiri baginya.

"Nah. Kau tau kan, bagaimana rasanya menjadi aku yang harus mendengar panggilan menjijikkan dari Taehyung untukmu?" Jungkook langsung menoleh ke arah Mingyu. Mingyu yang melihat mata Jungkook berkaca-kaca, berdoa agar telinganya tidak terbakar setelah mendengar keluh kesah Jungkook yang itu-itu saja.

"Mingyuuu…aku patah hatiii…"

.

.

.

.

.

Katakanlah Jungkook tengah dibakar api cemburu. Namun senyuman kelinci tetap menghias wajah manisnya. Berkali-kali dia menginjak kaki Mingyu saat lelaki itu kedapatan tengah terkikik olehnya.

"Lalu dia mengajakku ke taman. Dan di sana kami berciuman. Ya ampun, membayangkannya membuatku maluu~" Hoseok menutup wajahnya sendiri. Jungkook mengambil kesempatan dengan menghilangkan senyumannya, menghembuskan napas kasar dan kembali tersenyum saat Hoseok menampakkan wajahnya kembali.

"Aku yakin ada hal lain yang ingin kau bicarakan selain kencanmu, Hyung." Itu adalah kalimat halus yang berhasil Jungkook susun dari kalimat laknat di pikirannya, yaitu Katakan saja apa maumu, jalang?! Aku punya kenangan kencan dengannya lebih baik darimu!

"Nah, baru mau ku ceritakan. Sudah seminggu kami tidak bertemu. Dia jarang mengangkat teleponku. Kalian dekat dengannya, kan? Tolong katakan padanya untuk menemuiku, aku sangat merindukannya."

Sumpah. Tidak bisa. Jungkook sudah tidak bisa melakukannya lagi.

"Ah, aku ke kamar man—" rasa mual Jungkook menguap seketika, melihat Taehyung masuk ke café ini dengan Jimin yang bergelayut di lengannya. Jungkook melirik Mingyu, yang sama kagetnya seperti Jungkook.

Disini, Jungkook harus berpikir. Apakah dia harus menyelamatkan Taehyung atau tidak. Mungkin, dibiarkan saja? Kalau Hoseok melihat Taehyung dan Jimin, mereka pasti putus. Dan Jimin pun akan sama marahnya dengan Hoseok, lalu memutuskan Taehyung juga. Dengan begitu, saingan Jungkook berkurang. Oh astaga, membayangkannya ternyata sangat menyenangkan.

Tapi, tetap saja, bayangan tidak seindah realita. Mata tajam Taehyung mampu menangkap siluet punggung Hoseok yang membelakanginya. Jungkook juga merasakan mata itu meliriknya. Dengan segera, Taehyung berbalik, mengajak Jimin pergi dari café ini.

"Ah keparat," desis Jungkook pelan.

"Apa? Siapa?"

"A-ah kenapa, Hyung?"

"Siapa yang kau bilang keparat?"

"Mingyu, Hyung." Mingyu menoleh dengan cepat. Mulutnya sudah ingin melontarkan kalimat protesnya, namun tidak jadi karena lirikan tajam Jungkook.

"Oh. Jadi, bagaimana? Kalian mau menolongku, kan? Aku akan menuruti kemauan kalian kalau Taehyung bertemu denganku malam ini."

"Semua kemauan kami?" Tanya Mingyu cepat.

"Yap."

"Battle dance minggu malam, lawannya bebas. Sanggup, Hyung?"

"Kacang goreng, Gyu. Kau, Jung?"

Jungkook tersenyum miring. Jelas, yang dia inginkan adalah : kandasnya hubungan Taehyung dengan Hoseok. Tapi dia masih punya harga diri. "Aku ikut Mingyu saja."

"Astaga, terima kasih, kalian. Aku duluan ya, ada kelas."

Hoseok menghabiskan minumannya, lalu berlari keluar café. Jungkook menghela napas kasar.

"Jungkook..."

"Iya iya, nanti aku yang bilang ke Tae Hyung."

.

.

.

Taehyung kembali mendatangi apartemen Jungkook pada sore hari. Dia sedang bermain psp, sedangkan Jungkook memainkan ponselnya.

"Hyung,"

"Hm,"

"Kencan dengan Hoseok Hyung sana,"

Kening Taehyung berkerut, namun kerutan itu menghilang saat dia mengingat kejadian tadi siang, dimana dia melihat Jungkook, Mingyu dan Hoseok dalam café.

"Hoseok yang memintamu?"

"Bukan urusanmu. Sana pergi, Hyung."

Taehyung mengedikkan sebelah bahunya, sambil mematikan psp nya. Dia menyambar tas nya di sofa, dan beranjak pergi. Tepat di depan pintu, Taehyung berbalik dan menatap Jungkook tajam.

"Apa perjanjiannya?"

"Huh?"

"Apa yang Hoseok berikan padamu jika aku menemuinya?"

Jungkook mendengus. "Tidak ada. Hanya Mingyu yang meminta. Aku tidak ikut."

Taehyung memicingkan matanya. "Tidak ada alkohol, Kook."

"Astaga Hyung, aku benar-benar tidak meminta apapun. Waktu itu aku minta alkohol karena penasaran saja."

"Oke, ganti pertanyaannya. Apa yang Mingyu minta?"

Jungkook menaikkan sebelah alisnya. Taehyung itu sangat tidak suka Jungkook terjun ke dunia malam. "Kenapa? Kau penasaran, Hyung?" Tanya Jungkook menantang. Nyalinya ciut seketika, saat Taehyung mendekat dan menguncinya dengan kedua mata tajam pria itu.

"Katakan."

Jungkook merinding. "Eoh—uh, ba-battle dance, Hyung," Jungkook menunduk setelahnya. Terdengar hembusan napas kasar dari Taehyung.

"Kapan?"

"...Uh?"

"Kapan battle dance nya?"

"Mi-minggu,"

"Kau takkan pergi kemanapun hari minggu, Jungkookie sayang." Taehyung menarik dagu Jungkook, melumat bibirnya kasar, lalu pergi. Jungkook yang ditinggal begitu saja, mengacak rambutnya kasar.

"YAK! KIM TAEHYUNG!"

.

.

.

Ga ada ide buat Ga Jelas, ini malah bikin yang makin ga jelas.

Deleted soon sesuai niat. Kalo niat lanjut, ntar ku lanjut.

Kiika246.