"Pada akhirnya, orang yang jatuh cinta diam-diam hanya bisa mendoakan. Mereka cuma bisa mendoakan, setelah capek berharap, pengharapan yang ada dari dulu, yang tumbuh dari mulai kecil sekali, hingga makin lama makin besar, lalu semakin lama semakin jauh. Orang yang jatuh cinta diam-diam pada akhirnya menerima. Orang yang jatuh cinta diam-diam paham bahwa kenyataan terkadang berbeda dengan apa yang kita inginkan. Terkadang yang kita inginkan bisa jadi yang tidak kita sesungguhnya kita butuhkan. Dan sebenarnya, yang kita butuhkan hanyalah merelakan. Orang yang jatuh cinta diam-diam hanya bisa, seperti yang mereka selalu lakukan, jatuh cinta sendirian." – Raditya Dika [Marmut Merah Jambu]


DEALOVA: MEANINGLESS

Disclaimer: I do not own Naruto. Naruto © Masashi Kishimoto

Story © Day-chan Arusuki

AU. DLDR. Author tidak mengambil keuntungan apapun dalam pembuatan fanfic ini.


"Hei kau! Jangan pacaran di depanku! Dasar sombong!"

Seorang pemuda menampakkan wajah tidak suka ketika ada sepasang kekasih yang lewat sembari bercanda mesra. Pasangan kekasih itu sontak terkaget, dan lari ketakutan.

"Oi Kiba, jangan membentak adik kelas yang tidak bersalah dong. Kasihan mereka," ucap Naruto geleng-geleng kepala.

"Mereka bersalah! Seenaknya saja pamer kemesraan di depan mukaku!"

"Well, mereka hanya lewat," ucap Sakura menanggapi. "Lagipula yang salah bukan mereka, tapi kau. Kau hanya sirik pada mereka."

Kiba menoleh emosi pada kedua temannya. "Ah, berisik! Kalian tidak tahu bagaimana rasanya. Dasar,"

Naruto terkekeh. "Sakura-chan, kita tinggalkan saja dia di sini. Sepertinya dia mulai sirik dengan kita."

"Sedari awal kita memang cuma lewat juga, kan?" jawab Sakura tertawa.

Perempatan urat muncul di pelipis Kiba. Sebelum pemuda pecinta anjing itu meledak, Naruto dan Sakura melenggang pergi dengan tawa menggoda yang tidak habisnya.

-xxx-

"Sudahlah, sikat saja."

"…."

"Tadi dia sampai meneriaki adik kelas di kantin. Dia tampak frustasi, sepertinya."

"…."

"Hei, pig"

"Berisik!" potong Ino. "… la-lalu kenapa kalau dia seperti itu? Itu sudah sikapnya sehari-hari, kan. Dia memang kasar."

Sakura menggeleng-gelengkan kepala. "Kau berusaha menghindar dariku atau apa? Gunakan kesempatan ini dong!"

"Kesempatan apa?" tanya Ino sewot—pura-pura tidak mengerti.

"… kau tahu, Ino? Kau sudah bersikap seperti ini selama dua tahun."

"…."

"Kau belum melakukan progress sama sekali."

"Berisik."

Sakura sedikit emosi mendengar jawaban Ino yang tampak tidak peduli. Dengan ganas Sakura menarik kedua pundak Ino dan menatap matanya dalam.

"Ino."

"Apa? Kau ada janji dengan Naruto? Silakan, silakan. Aku bisa makan siang sendiri kok," ucap Ino mengibaskan tangannya ke depan Sakura.

"Tidak peduli seberapa kuat perasaan dalam hatimu, jika kau tidak menyatakannya pada orang itu, itu akan sia-sia."

Sakura melepaskan pegangannya pada Ino yang masih berwajah tidak peduli. Mengambil tempat makannya, gadis bersurai pink tersebut pamit untuk kembali ke kelas—dia sudah selesai makan. Sedangkan Ino masih dengan santainya makan bekal.

"…."

Ino menatap langit biru di atasnya.

"… kau kira mudah?"

"Dia bodoh. Dia sendiri tidak tahu kalau dia kurang satu hal krusial yang dibutuhkan untuk jatuh cinta."

"Peka."

"Aku pun sudah berusaha untuk mengajaknya ngobrol. Dia bodoh. Bodoh. Bodoh."

"Lalu kau kira aku harus jadi yang pertama yang harus—…."

Ino berhenti bermonolog ketika dia menyadari air matanya sudah merembes ke pipi.

***END***