Tittle : Punch.

Rate : T+.

Genre : Romance, Angst, Hurt/Comfort.

Pair : DaeLo / DaeHyung.

Author : Skinner Choi.

Warning : BL, Yaoi, DLDR, AU, OOC, Miss Typo(s), No Flamers.

Skinner Present

" PUNCH "

.

.

.

.

When I realize that He is not One…

.

.

.

.

Chapter 1 : Another.

#Sungmin Pov.

Aku memperhatikan wajahnya dengan sangat perlahan, menikmati detail dan keindahan parasnya. Ada rasa rindu yang sangat membuncah ketika aku melihatnya, kami sudah tidak lagi bertemu sejak aku berumur 7 tahun. Dan kini kami kembali bertemu. Dia adalah adikku. Choi Junhong. Aku menemukannya berada di dekat Rumah Sakit dimana kekasihku bekerja. Dia sedang terbaring diatas salju ketika kekasihku menemukannya, dan dia membawanya untuk di rawat. Ketika aku menyadari bahwa dia adalah adikku, aku benar-benar seperti menemukan hidupku kembali.

Kulihat Junhong memandangku sedikit ragu, lalu dia bertanya, " Hyung, apa eomma dan appa masih ada?." Tanyanya.

Aku terdiam sejenak, " ... mereka sudah meninggal Junhongie, di hari yang sama ketika kau hilang dulu." Jawabku pelan. Tapi aku tidak memperlihatkan rasa berkabungku, karena aku benar-benar sudah melewati waktu yang cukup lama untuk bisa merelakan kepergian mereka.

" Aku senang bisa kembali bertemu denganmu lagi hyung." Katanya sambil merapikan poninya.

" Nado Junhongie, mulai sekarang aku tidak akan membiarkanmu pergi lagi." Kataku pelan. Mungkin dia masih kaku ketika bersamaku, 13 tahun berpisah benar-benar merubah kepribadian kami berdua. Tapi aku mencoba agar kami bisa seperti dulu lagi.

" Jika kau butuh sesuatu katakan saja padaku." Kataku sambil membelai rambutnya. Dia mengangguk sambil tersenyum padaku. Dia masih pendiam seperti dulu.

" Junhongie, aku ingin tanya sesuatu padamu."

Dia memandangku, " Apa hyung?."

" Kemana para tentara itu membawamu dulu? Dan apa yang terjadi selama 13 tahun itu?." Tanyaku pelan, mencoba untuk tidak terlalu membuatnya takut.

Dia memalingkan pandangannya pada jemarinya, dan terdiam agak lama. Aku sedikit merasa menyesal menanyakan hal itu, tapi tidak mungkin aku terus tidak tau apa sebenarnya alasan perpisahan kami, dan juga kematian orang tua kami. Setidaknya aku tau sesuatu, dan apa yang terjadi pada Junhong dulu.

Dia menggeleng. " … aku tidak bisa menceritakannya…" katanya pelan.

Aku mengembangkan sedikit senyum dan menepuk bahunya. " Gwaenchana, kau bisa menceritakannya ketika kau mau. Aku akan selalu menunggu." Kataku. " Dan jika kau lelah, kau bisa istirahat." Tambahku.

Aku berjalan keluar dari ruang tamu, aku merasa sesuatu pasti terjadi pada Junhong, apa saja yang terjadi selama 13 tahun ini, aku merasa sebagian darinya bukanlah adikku yang dulu. Aku merasa ada sesuatu yang salah pada dirinya.

Aku mengambil ponselku dan menghubungi Taewoon hyung, dia adalah kekasihku, dan dialah yang menemukan Junhong.

[[ Halo Chagiya? Ada apa? Aku sedang mengecek pasien.]] katanya terdengar sibuk.

" Maaf mengganggumu hyung, aku ingin tanya sesuatu padamu. ... hmmm... mengenai Junhong." Kataku.

[[ Junhong? Ada apa memangnya? Bukannya dia sudah bersamamu sekarang?.]] tanyanya.

" Yah, dia memang sedang bersamaku. aku ingin tau, saat pertama kau menemukannya, apa kau menemukan sesuatu yang aneh padanya?." Tanyaku pelan.

[[ Aneh? Maksudmu?...]]

" Apapun itu hyung, aku ingin tau apa yang terjadi padanya sebelum kau menemukannya, aku ingin tau apa yang terjadi selama kami tidak bertemu sekian lama." Kataku.

[[ Aku sudah bilang kan, aku menemukannya di lapangan sebelah Rumah Sakit, entah apa yang membuatnya pingsan dan hampir mati kedinginan tertimbun salju. Aku tidak menemukan apapun yang aneh darinya. Sungmin aku ini kan bukan polisi, jadi aku tidak bisa menyelediki hal itu.]] kata Taewoon.

" Aku tau hyung, aku hanya mencemaskan adikku, itu saja."

[[ Setelah aku selesai dengan pekerjaanku, aku akan kesana. Jika kau masih inign membicarakan hal ini. Arachi?.]]

" Nde. Aku akan tunggu hyung." Kataku lalu menutup telfonnya.

Aku berdiri di depan jendela sambil masih memikirkan Junhong, memang dia baru tinggal bersamaku selama 3 hari. Tapi kami terkadang masih terlalu canggung untuk saling berbicara dan bercanda. Tapi seperti itulah Junhong, dia adalah anak pemalu.

Lalu aku melihat Junhong sedang bermain salju di bawah. Dia membuat boneka salju dengan wajah bersemangat, aku sedikit mengerutkan kening. " Dia mulai bisa bermain ternyata?." Gumamku.

Melihatnya tertawa begitu gembira membuatku benar-benar sedikit terasa tenang. Tapi kenapa dia tidak mengajakku?. Apa dia masih canggung denganku?.

.

.

.

.

" Junhongie, kesinilah." Panggilku ketika Taewoon hyung sudah datang.

Junhong datang dan berdiri di pintu ruangan terlihat malu. " Ayo kesinilah, kau sudah pernah bertemu dengannya kan? Jangan lupa pada orang yang sudah menolongmu." Kataku kalem.

Dia berjalan perlahan ke sisiku, lalu membungkuk sejenak pada Taewoon hyung. " Aku tidak lupa kok. Terimakasih sudah menolongku waktu itu." Kata Junhong.

Taewoon hyung tertawa kecil lalu menepuk bahu Junhong beberapa kali. " Hahahaha, aku hanya membantu sedikit. Maaf mengganggumu malam-malam, hari ini aku lembur jadi aku datang terlambat." Kata Taewoon yang dibalas anggukan kecil oleh Junhong.

" Masuklah hyung." Kataku.

Kamipun segera masuk ke ruang tengah. Dulu aku tinggal bersama Taewoon hyung disini, tapi karena dia naik jabatan di tempatnya bekerja, dia semakin sibuk, dan akhirnya menyewa tempat yang tidak jauh dari Rumah Sakit. Dia selalu datang ketika aku memintanya, dan dia ingin segera mengambil cuti untuk menghabiskan waktu denganku.

" Jadi, bagaimana kabar kalian berdua? Apa kalian saling cerita berbagai hal setelah lama sekali tidak bertemu?." Tanya Taewoon hyung sambil melepas dasinya dan duduk di sofa.

" Emmm... kurasa Junhong masih kaku untuk bicara banyak denganku, tapi aku yakin dia akan terbiasa setelah ini." Timpalku ketika melihat Junhong hanya diam sambil menunduk malu. Sejak kecil dia jarang menjawab pertanyaan orang lain, sehingga akulah yang biasanya mencairkan suasana.

" Oh jadi begitu... Ngomong-ngomong, Junhongie, apa yang terjadi padamu waktu itu? Kenapa bisa kau ada di lapangan di hari yang bersalju? Apa yang kau lakukan sebelum itu?." Tanya Taewoon hyung.

Junhong masih terdiam, tapi kali ini dia terlihat lebih khawatir. Dia memainkan jarinya yang berkeringat, seolah dia tidak ingin menjawab pertanyaan Taewoon hyung.

" Junhongie? Kau kenapa?." Tanyaku khawatir. " Taewoon hyung hanya bertanya—"

" Hyung, aku ingin istirahat." Potongnya cepat lalu segera pergi menuju kamarnya, meninggalkanku dan Taewoon hyung tanpa jawaban.

" Oke... kurasa kau benar Sungminie, dia sedikit aneh." Kata Taewoon hyung.

" Dia selalu tidak mau menjawab tentang apa yang terjadi selama 13 tahun itu. Apa dia mengalami sesutu yang buruk? Ketika dia bertemu denganku dia terlihat senang tapi hanya sesaat. Lalu setelah itu dia terus diam. Aku sudah mencoba mengajaknya bicara, tapi dia tetap masih kaku. Aku takut sesuatu terjadi padanya. Selain itu pertemuan kami juga begitu mendadak, dan kebetulan." Kataku.

Taewoon hyung terdiam sesaat. " Aku masih belum bisa menyimpulkan apapun tentang Junhong, tapi kurasa ada baiknya kau mengajaknya keluar, dan mengenalkannya pada teman baru." Kata Taewoon hyung.

" Baiklah, aku akan coba hyung." Kataku.

.

.

.

.

" Junhongie ayo bangun, sarapannya sudah siap. Kau tidak boleh seharian tidur." Kataku sambil mengetuk pintu kamarnya.

Sekitar 15 menit berlalu, masih belum ada tanda-tanda Junhong bangun, jadi aku kembali mengetuk pintunya dan memanggilnya. Tak lama kemudian Junhong membuka pintu.

" Cepatlah mandi, aku sudah siapkan air hangatnya." Kataku.

Dia masih terdiam, dia terlihat sedikit aneh. " Junhongie, kau kenapa? Apa kau sakit?." Tanyaku.

" Aku baik-baik saja." Katanya pelan.

" Apa kau yakin?." Tanyaku sambil mendekatinya tapi dia segera berjalan pergi. " Aku akan menyusul untuk sarapan." Katanya.

Aku terdiam melihatnya pergi. Kenapa dia semakin aneh? Apa dia menyembunyikan sesuatu dariku?.

Aku segera menyiapkan baju dan handuk untuknya, setelah itu aku menunggunya di meja makan. Setelah dia siap dia segera menyusul untuk sarapan. Dia terlihat tidak baik-baik saja, wajahnya sedikit lebih pucat dari yang tadi. Aku ingin sekali menanyakannya tapi dia terlihat tidak ingin berbicara denganku.

" Junhongie... apa kau baik-baik saja?." Tanyaku khawatir ketika melihatnya semakin aneh. Tetapi dia tetap diam dan terus melanjutkan makannya.

Aku tak lagi bisa melanjutkan makanku melihat tingkah Junhong yang aneh. " Junhongie, kurasa kau sedang sakit, kau—"

TRAANG!

Tiba-tiba dia menjatuhkan sendok dan garpunya, membuatku semakin terkejut. " Jun... Junhongie, kau benar-benar pucat..."

" Uhuk! Uhuk! Haaahh... haahh..."

Tiba-tiba nafasnya menjadi pendek dan dia terus terbatuk, membuatku semakin panik. " Junhongie! Apa yang terjadi? Kau kenapa?." Seruku sambil membantunya untuk kembali duduk.

" Haaah... haaah... uhuk! hh...hyung... sakit... haaah... sakit sekali... uhuk! uhuk!."

" Apa yang terjadi padamu?! Junhongie!."

Tangannya mencoba menjauhkan piring makannya dengan kasar. " haah... alergi... haaah... haaah..." katanya kesusahan.

Kulihat makanan yang ada di piring, hanya ada nasi dan Daging. Alergi daging? Junhong memiliki alergi? Sejak kapan?.

Aku segera bergegas untuk menelfon ambulance, dan sementara menunggu, aku hanya bisa memberi pertolongan kecil untuk Junhong.

" Junhongie, tunggu sebentar lagi, kau akan baik-baik saja. Aku akan menjagamu." Kataku mencoba menenangkannya.

" Hh... hyung... haaaah! Hhaaah! Uhuk! hyu—ung, ukh! Haahh... haaah... neomu... appa..." katanya sambil mencengkeram dadanya. Wajahnya yang putih semakin pucat, bahkan bibir dan kuku sedikit membiru, membuatku semakin takut.

" Junhongie, cobalah untuk tenang, tarik nafas pelan-pelan..." kataku. Aku mencoba untuk tidak semakin membuat Junhong panik, karena aku sendiri tidak terlalu bisa memberi pertolongan pada orang sakit, karena Taewoon hyung lah yang selalu melakukannya.

Melihat Junhong kesakitan seperti itu benar-benar membuatku ketakutan. Aku segera menelfon Taewoon hyung sambil menangis karena takut, aku terus memeluk Junhong, seolah takut untuk melepasnya.

" Taewoon hyung! Tolong aku hyung!." Seruku ketika Taewoon hyung mengangkat telfonku.

[[ Apa yang terjadi Sungmin-ah?!.]] tanya Taewoon hyung terkejut.

" Sesuatu terjadi pada Junhong! Dia memiliki alergi, aku tidak tau harus berbuat apa, hiks hiks... aku sudah menelfon ambulance... tapi keadaan Junhong terlihat semakin parah... Hiks hiks..." kataku.

[[ Alergi? Kenapa bisa terjadi padanya?.]]

" Dia sulit untuk bernafas hyung, apa yang harus kulakukan?." Tanyaku panik.

[[ Jangan panik. Tenangkan dirimu dulu. Akan kubantu untuk melakukan pertolongan pertama yang sederhana.]] kata Taewoon hyung.

Aku mencoba untuk menenangkan diriku dengan cepat. " Baik aku mengerti hyung..." kataku sambil mengahpus airmataku.

[[ Coba posisikan Junhong untuk duduk bersandar, buat dia nyaman, tapi jangan berbaring.]] katanya.

Aku segera membantu Junhong untuk duduk sesuai yang dikatakan oleh Taewoon hyung.

[[ Sungmin-ah, apa kau masih punya madu?.]] tanya Taewoon hyung.

" Kurasa aku masih punya hyung." Sahutku.

[[ Cepat ambil, dan berikan pada Junhong, walaupun sedikit itu akan membantu.]] kata Taewoon hyung.

Aku segera berlari ke dapur dan mengambil sebotol madu, kemudian aku segera membantu Junhong untuk meminumnya sedikit demi sedikit.

[[ Sudah berapa lama alerginya kambuh?.]] tanya Taewoon hyung,

" Sekitar 10 menit yang lalu. Kurasa sebentar lagi ambulance akan datang hyung." Kataku.

[[ Itu lebih baik. Jika lewat dari 15 atau 20 menit, dia harus segera di tangani oleh dokter, pastikan dia baik-baik saja.]] kata Taewoon hyung.

" Baik aku mengerti."

Tak lama setelah itu ambulance datang, dan segera membawa Junhong ke Rumah Sakit.

" Junhongie bertahanlah!." Bisikku kacau.

Di Rumah Sakit aku menunggu dengan khawatir, tak berselang lama Taewoon hyung datang. Kami berdua menunggu kabar dari dokter.

" Kenapa bisa ini terjadi?." Tanya Taewoon hyung.

" Aku juga tidak tau hyung, seingatku Junhong tidak memiliki alergi apapun pada makanan. Pagi ini dia memang terlihat tidak sehat, dan saat makan pagi tiba-tiba dia sesak nafas parah setelah dia makan daging."

" Apa dia pernah makan daging dulu?." Tanya Taewoon hyung.

" Pernah, aku masih ingat saat masih kecil kami sering makan daging. Ini aneh sekali hyung..." kataku.

" Sudahlah, kita harus memikirkan kesehatan Junhong lebih dulu." Kata Taewoon hyung.

Setelah menunggu lama, akhirnya dokter mengabarkan bahwa Junhong sudah ditangani. Dan membiarkan Junhong untuk beristirahat dulu.

Aku sedikit lega Junhong baik baik saja. Tapi aku merasa ada sesuatu yang tidak beres dengan Junhong. Tapi apa? aku tidak bisa melihatnya, Junhong juga tidak menceritakan apapun padaku.

" Junhong akan baik-baik saja, sekarang kita pergi untuk menenankanmu lebih dulu." Kata Taewoon hyung.

" Tapi hyung—"

" Kau terlalu khawatir, Junhong akan istirahat, aku akan menyuruh seorang suster untuk mengecek keadaan Junhong tiap satu jam." Kata Taewoon hyung.

" Baiklah..."

Kamipun pergi ke sebuah cafe tak jauh dari sana. Aku masih memikirkan tentang Junhong. Aku harus mencari tau kemana Junhong pergi selama 13 tahun itu, pasti ada kaitannya dengan keadaan Junhong saat ini. Tidak ada yang salah dengan Junhong, tapi ada sesuatu di dalamnya yang salah.

" Ya! Choi Sungmin! Kenapa wajahmu tetap tegang seperti itu? Semua akan baik-baik saja." Kata Taewoon hyung.

" Aku ingin tau apa yang terjadi pada Junhong selama 13 tahun itu hyung." Kataku.

Taewoon hyung menghela nafas panjang, " Jadi kau masih memikirkan tentang itu? Jika kau memang ingin tau, satu-satunya orang yang bisa menjawabnya adalah Junhong sendiri. Jika dia tidak memberitahumu, maka bersabarlah sampai dia mau bercerita padamu." Kata Taewoon hyung.

" Apa kau tidak melihat sesuatu yang janggal padanya hyung?." Kataku masih ngotot.

" Mana ku tahu, aku baru saja bertemu dengannya. Mungkin kau terlalu paranoid Sungmin-ah..." kata Taewoon hyung.

" Aku yakin memang ada sesuatu yang salah hyung." Sahutku.

" Baiklah, cukup untuk hari ini. Kau harus istirahat chagiya, akan kuantar kau pulang." Kata Taewoon hyung.

" Ani. aku ingin kembali ke Rumah Sakit untuk menemani Junhong." Kataku.

" Ok ok... Habiskan kopimu, kita akan kembali ke Rumah Sakit, aku juga harus kembali bekerja." Kata Taewoon hyung.

Kamipun segera kembali ke Rumah Sakit. Taewoon hyung terlihat sedikit tidak suka dengan aku yang masih memikirkan hal yang tidak jelas ini. Karena itu aku sedikit merasa bersalah padanya. Aku terlalu menyayangi Junhong, jadi aku tidak ingin sesuatu terjadi pada Junhong.

" Hyung, apa malam ini kau akan pulang ke rumah?." Tanyaku.

" Ya, aku akan pulang jika kau ingin aku pulang, aku juga akan segera mengusahakan untuk cuti." Kata Taewoon hyung.

" Terimakasih hyung." Kataku.

Dia tersenyum kecil " Apapun yang kau lakukan kau selalu saja membuatku terkejut. Tapi itulah yang kusuka darimu." Katanya " Aku pergi dulu." Sahutnya sambil mengacak rambutku pelan.

Aku berbalik dan membuka pintu ruangan dimana Junhong di rawat. Aku berjalan pelan, dan langkahku terhenti ketika melihat Junhong duduk bersila di tempat tidurnya membelakangiku. Aku ingin memanggilnya, tapi entah kenapa aku masih terdiam.

Kenapa dia terlihat baik-baik saja? Tunggu... itu...darah? apa yang dia lakukan?.

" Junhongie... apa yang kau—"

Aku begitu terkejut ketika dia berbalik, baju pasien yang ia kenakan terkena banyak darah. Aku bisa melihat dia menyayat jari-jarinya sambil memegang sebuah apel yang sudah terkupas disana sini dan juga sudah berlumuran darahnya, sepertinya itu adalah buah yang diletakkan suster disana. Dia tersenyum padaku dengan senyum yang aneh. " Hahahaha... apa kau juga ingin apel? Akan kupotongkan untukmu..." katanya.

Aku menatapnya horor dan segera berteriak keluar dari ruangan. Dia bukan Junhong! Dia bukan adikku!

.

.

.

.

.:: To Be Continued ::.

.

.

.

.

A/N :

Ok! Ini FF baru yang udah aku kasih tau foto teasernya di FB. Dan ini pertamakalinya aku bikin FF beserta Covernya… kalau kalian pingin lihat foto Covernya bisa lihat di FB-ku [Skinner Allahuma Bariklana] takutnya foto yang aku upload di sini nggak terlalu jelas pas di buka…

Awalnya FF ini gagal bolak balik lho, aku sampe bingung bikinnya, setelah aku nyelesein Covernya, aku ngajak temenku untuk ngomongin alur ceritanya, dan tiba-tiba ideku mengalir begitu saja, dan semalaman begadang untuk ngetik FF ini. Dan akhirnya Chapter 1 sudah jadi –koprol indah-

Btw, aku harap kalian masih kepo dengan kelanjutan FF ini, dan aku juga berharap kalian ngerti maksud cerita FF ini sih… Semoga kalian suka :D

Kalau kalian mau contact aku atau mau Tanya-tanya bisa sms aku di 08976447225. Dan jangan lupa untuk review! Karena lanjutan cerita bergantung dari review kalian :D

Dan makasih untuk yang masih menantikan FF-FF baruku, juga yang tiap hari sms, aku ucapkan terimakasih. Dan untuk para readers yang pingin tau update-an FF-ku kalian sms aja, semua nomor readers yang sms aku selalu aku simpen, dan tiap aku update kalian selalu aku sms info FF apa aja yang aku posting ^^

Last things…

Mind to review?