Main Character :
Switzerland & Liechtenstein

Genre : T

Disclaimer :
Hetalia belongs to Himaruya Sensei


Prolog

Lili Zwingli. Seorang gadis cantik dengan rambut sebahu dan mata hijau yang besar. Sifatnya yang lemah lembut dan ramah. Hal itu benar-benar membuatnya menjadi primadona di kelasnya.

Ayah dan Ibunya bercerai sejak ia berumur 5 tahun. Lili dibawa oleh Ibunya dan tak lama kemudian, Ibunya menikah lagi. Saat itulah, Lili bertemu kakaknya yang baru. Ya, Vash Zwingli.

Dan cerita ini dimulai ketika Lili pertama kali bertemu kakaknya, Vash.

Lili POV

10 tahun yang lalu

"Lili, nanti bersikaplah yang baik ya. Kau akan bertemu dengan ayah baru dan juga kakak baru. Janji ?" , Okaa-san tersenyum padaku sambil menyisir rambutku yang panjang.

"Iya, Lili janji Kaa-san." Aku tersenyum sambil melihat siluet diriku dan Kaa-san di kaca.

Aku ingin tahu seperti apa mereka. Apa mereka galak? Atau mungkin mereka jahat seperti di film-film? Atau mungkin mereka baik? Ah… aku benar-benar penasaran. Aku ingin cepat bertemu mereka.

"Kaa-san, kapan mereka akan datang? Aku sudah tak sabar ingin bertemu mereka. Aku juga ingin membukakan pintunya untuk mereka. "Aku mendongak ke atas menatap wajah ramah Kaa-san.
"Mungkin sebentar lagi. Sabar ya, Okaa-san belum selesai merapikan rambutmu. "

Ting Tong

"Kaa-san! Mereka datang! Ayo cepat, jangan sampai mereka menunggu kita!"Aku menggeret-geret tangan Kaa-san sambil menunjuk-nunjuk ke arah pintu.

Kaa-san membuka pintunya.

"Irasshai." Kaa-san tersenyum ramah pada seorang laki-laki di depan pintu, ia mengenakan jaket kulit coklat panjang dan sebuah topi bowler hitam. Dengan setelan jas hitam dan dasi hitam, ia benar-benar mirip tokoh jahat di film kartun. Lalu, di sebelahnya ada anak laki-laki mungil sebayaku. Rambutnya pirang sebahu dan mengenakan celana bertali hitam denga kemeja putih berlengan pendek, membuatnya terlihat seperti anak culun. Satu hal lagi yang menarik darinya, mata anak laki-laki itu tajam, seperti burung elang. Mirip mata Otou-san!

Ya, salah satu alasan Kaa-san bercerai adalah karena kami sering dipukul oleh Tou-san. Matanya yang tajam selalu memandang rendah kami. Seolah kami bukan apa-apa.

"Mari masuk. Biar kubawakan kopermu." Kaa-san tersenyum ramah pada pria setengah baya itu. Lebih jelasnya, dia adalah ayah baruku. Dan yang di sebelahnya, Vash Zwingli. Anaknya dari istri sebelumnya.

"Tak usah, ini berat. Tunjukkan saja kamarnya." Pria itu tersenyum sambil membawa kopernya dan berjalan masuk.

"Mari. Sebelah sini." Kaa-san menunjuk ke arah kamarnya.
Kamar lama yang penuh kenangan pahit dengan Tou-san. Kamar itu ada di lantai 1, di dekat ruang keluarga. Kamar dengan pintu Eboni besar yang terbingkai oleh pahatan-pahatan indah malaikat kecil. Kamar luas dengan tempat tidurnya yang klasik bergaya Perancis dan tentunya pahatan indah di sekeliling langit-langitnya. Lalu ada kamar mandi di pojok ruangan, tak jauh dari lemari pakaian.
Benar-benar kamar yang cukup luas dan pas sebagai tempat menyiksa Kaa-san. Aku masih ingat dimana letak bekas cipratan darah Kaa-san karena pukulan Tou-san dulu, yang tentunya kini sudah hilang.

"Silahkan letakkan kopernya di sini. Lili, tolong antar Vash ke kamarnya." Kaa-san menatapku dengan senyuman ramahnya.
"Baik. Ayo." Aku berusaha menatap anak laki-laki itu, yang sedari tadi menatapku dengan tatapannya yang tajam dan menusuk itu. Dia hanya diam dan membawa tasnya mengikutiku.

Kami berjalan melewati tangga menuju lantai 2. Tempat kamarku berada. Ya, dia akan sekamar denganku. Sekamar...

Kamarku tak sebesar kamar Kaa-san. Sedikit lebih kecil dan tanpa kamar mandi di dalamnya, namun tak seburuk itu kok. Pintu kamarku mirip dengan pintu kamar Kaa-san, hanya lebih kecil dan bingkainya biasa, tak ada ukiran-ukiran malaikat kecil di sekitarnya. Namun, ukiran motif klasik di pintu ini kurasa sudah cukup.

"Sebelah sini... nii-san?" aku sedikit ragu memanggilnya Vash, jadi...
Yah, tapi ia tak berkata apa-apa, jadi kurasa tak apa memanggilnya begitu.

Kamarku memiliki kasur bertingkat dengan besi dan ada tangga di sebelah kirinya. Di depannya ada 2 meja belajar yang memang sudah dipersiapkan sebelumnya. Dengan lampu meja kecil di kedua meja itu dan setumpuk buku milikku dan juga ada beberapa alat tulis.
Tak ada yang istimewa dari kamarku, kecuali langit-langitnya. Langit-langitnya terbuat dari kaca yang cukup kuat dan jernih, membuat kamarku seolah tak memiliki atap. Benar-benar indah.

Anak laki-laki itu terdiam di depan tempat tidur. Ia seolah hendak mengatakan sesuatu, tapi tidak, ia tak berkata apa-apa.
"Ka-kalau ada sesuatu yang ingin Nii-san tanyakan, aku akan menjawabnya dengan senang hati." Aku melihat wajahnya yang tertunduk memerah.
"Si-siapa yang akan tidur di atas?" tanyanya. Suaranya tegas dan jelas walaupun ia malu-malu.
"Aku rasa Nii-san dan aku bisa sama-sama tidur di ranjang atas malam ini. Aku akan menunjukkan seperti apa langit malam hari yang kulihat setiap malamnya. Tapi, jika Nii-san tak mau, aku bisa tidur di bawah." Aku tersenyum. Entah kenapa, matanya yang tadi sempat membuatku takut, kini justru membuatku tertarik padanya.
"... ka-kalau kau tak apa, aku ingin kau menunjukkan langit itu padaku." Mukanya yang merah mebuatku geli. "Baiklah." Aku tersenyum dan menyuruhnya meletakkan tasnya di atas kasur.

Ya, itulah pertemuan pertama kami. Biasa saja, tak ada yang menyenangkan bagiku. Lalu ketika makan malam...

Kami duduk di meja makan, dan kursinya terisi semua. Bagiku, itu sesuatu yang spesial, karena selama ini selalu ada kursi yang kosong.

"Oh ya, Lili. Mulai sekarang namamu menjadi Lili Zwingli dan ini Vash Zwingli kakakmu, ia lebih tua 2 tahun darimu. Nah... Vash, tolong jaga Lili baik-baik ya. Lili juga, jangan nakal." Senyum Kaa-san pada kami yang tengah menyantap makan malam kami.

Aku mengangguk dan tersenyum ke arah Kaa-san.

"Lili, Vash Tou-san dan Kaa-san mungkin akan sering keluar negeri karena urusan pekerjaan. Jadi, mulai besok akan ada pengurus yang akan mengurusi kalian. Baik-baiklah padanya." Ujar Tou-san dengan nada serius.

"Aku mengerti." Jawab Nii-san. Ia nampaknya sudah biasa dengan keadaan seperti itu. Tapi, tidak bagiku. Dulu hanya Tou-san yang tak pernah di rumah, kalaupun pulang pun pasti larut. Selama Tou-san pergi, aku dijaga oleh Kaa-san dan beberapa pelayan lain yang memang sudah lama bekerja di sini.

Hari-hariku bahagia sejak bertemu keluarga baruku itu. Walaupun Tou-san dan Kaa-san sering berpergian, surat-surat dari mereka selalu mewarnai hariku dan ketika mereka pulang, selalu membawa oleh-oleh dan cerita menarik. Dan semakin sering kedua orang tuanya pergi, maka semakin sering pula Lili menghabiskan waktu bersama kakaknya, Vash.

Keadaan di rumah dan di sekolah cukup berbeda untuk Lili.
Di rumah tak ada ancaman baginya, berbeda dengan di sekolah. Ancaman bahaya ada dimana-mana. Tubuhnya yang mungil dan sifatnya yang penyayang dan lemah lembut, menjadikannya sasaran empuk untuk dijahili temannya. Tentu saja, Vash yang akan memasang badan dan melindungi Lili. Walaupun itu artinya ia harus babak belur.

Yah, masa kecilku yang kelam berubah jadi masa kecil yang indah sejak kehadiran Nii-san. Masa kecil yang jadi idaman teman-temanku. Masa kecil yang mirip dengan cerita di komik-komik. Namun bukan hanya perasaan senang dan gembira saja yang bertumbuh saat itu. Tapi juga rasa sayang yang berubah jadi cinta pada kakakku sendiri. Yah, hubungan yang tak mungkin. AKU TAHU ITU!

Waktu itu aku masih 5 tahun dan perasaan itu belum tumbuh. Jadi, aku hanya tahu kalau aku merasa nyaman berada dekat Nii-san. Tak lebih, dan tak kurang dari itu. Dan inilah akhir dari cerita masa kecilku.

TO BE CONTINUED...


Selanjutnya, chapter 2. Sedang dalam konstruksi.

Oke aku tahu ini gaje sekali, tapi kuharap kalian paham lah.
Maaf kalo banyak typo dan gaje abis dan mungkin terlalu lebay, tapi review please!