DISCLAIMER: Takeshi Obata & Tsugumi Ohba

WARNING: Slight MelloxNear n MattxMello


Mello membanting pintu kamar yang ia bagi dengan Matt di Wammy House, membuat Matt terhenyak dari PSP yang dimainkannya. Dari ekspresinya Matt sudah bisa menebak apa yang membuat Mello bermuka masam.

" Tikus putih sialan itu mengalahkanku lagi! Aku kalah 5 poin darinya !" seru Mello kesal. Matt hanya melengos. Sebenarnya ia sudah muak, mengapa hanya Near saja orang yang selalu disebut oleh Mello. Walaupun Mello merasa Near adalah orang yang sangat ia benci, Matt melihatnya dari sudut pandang yang berbeda.

Near adalah obsesi Mello, tujuan Mello, motivator Mello untuk tetap bergerak. Mello hanya terlalu tenggelam dalam ambisinya untuk menyadari itu. Tapi Matt menyadarinya, bahwa seluruh sikap Mello selama ini bukan karena membenci Near, tapi karena rasa possesifnya pada Near. Mungkin Mello menyadari kalau bocah albino itu takkan membiarkan siapapun mendekati relung hatinya yang paling dalam, maka Mello tanpa sadar 'memaksa' perasaanya untuk berbalik membenci Near.

Matt sendiri yang menjadi satu-satunya orang yang mau mendengar semua keluh kesah Mello tentang Near, sebenarnya membenci hal ini. Ia benci tiap kali Mello mengucapkan nama sang nomor satu itu. Matt juga membenci saat dimana Mello begadang hingga larut malam untuk belajar, demi mengalahkan Near dalam tes selanjutnya. Kenapa kau mau-maunya bersusah payah untuk anak seperti itu? Yang bahkan tak punya perasaan untuk menoleh padamu sedikitpun? Tak bisakah kau menyingkirkan sosoknya untuk memikirkanku sedikit saja? Kalimat-kalimat itulah yang selalu terlintas di kepala Matt, walau ia hanya bisa tersenyum menenangkan tanpa bisa berkata apapun saat Mello mengeluh tentang Near.

Matt juga sadar bahwa eksistensinya takkan pernah bisa setara dengan Near di hati Mello. Terbukti dengan tatapan berapi yang selalu Mello berikan untuk Near. Walau Mello selalu ngotot membenci Near sebenarnya itu adalah bukti bahwa Near berada di dasar hati Mello yang paling dalam, mengikat sosoknya menjadi mendarah daging dalam diri Mello.

Sejak awal Matt tak pernah bangga dengan posisinya di urutan ketiga. Ia mengerti bahwa sebenarnya posisi itu hanyalah status belaka. Yang ada hanyalah dua orang jenius yang saling berusaha menggulingkan satu sama lain dengan teori dan argumentasi di kancah pertarungan kasat mata memperebutkan manisnya rasa kemenangan. tak ada tempat untuk orang ketiga.

Kemenangan. Hal itulah yang selalu diburu Mello hingga ia lupa akan segalanya, termasuk Matt. Matt sudah tahu, ia takkan pernah menjadi 'sesuatu yang berarti' di mata Mello, hanya alat untuk meraih tujuannya. Matt berusaha menerimanya, tapi tetap saja... Ia selalu berharap lebih pada Mello, sekuat apapun ia berusaha menghapus perasaannya.

Matt tersadar dari lamunannya sementara Mello masih terus mengoceh tentang Near. "Mello..." sela Matt." Ada ap ...".Omongan Mello terpotong karena sesuatu yang disuapkan Matt padanya.

Mello mengunyahnya." Enak ?" tanya Matt." Ini... puding rasa coklat...". Matt tertawa kecil." Aku membuatnya dengan rasa itu karena aku yakin kau akan menyukainya ".

Mello terdiam. Matt membuatkan puding... untuknya ? Hanya dengan memikirkan itu Mello merasa beban di kepalanya terasa lebih ringan.

Mello menyandarkan kepalanya di bahu Matt. "Aku lelah sekali. Biarkan aku begini sebentar saja ," kata Mello sembari memejamkan matanya. Matt hanya tersenyum.

Walau Matt mengerti akan keeksistensian Near yang begitu pekat di hati Mello, ia belum menyadari bahwa ialah satu-satunya eksistensi tempat Mello menyandarkan diri.

FIN


Aneh nggak sih ? Kapan Matt ngambil tuh puding ?Sebenernya dia udah siapin karena udah menduga apa yang bakal terjadi pas liat papan skor lebih dulu dari Mello. Bikinnya? Dia terinspirasi ama game Pudding Mania (pelesetan dari Cake Mania). Ukh... nggak enak rasanya bikin yang non humor ...

Review?