Recaptured

Genre : Romance & Hurt/Comfort

Disc. : Naruto selalu punya Sas-, ehm.. maksud saya punya Masashi Kishimoto yang batal pensiun.

Warning : Yaoi, implicit lemon. Typos..

#

.

reiths_89

.

#

"Hosh.. Hosh.."

Keringat membasahi seluruh tubuh dan wajahnya yang memerah. Kaos putih yang dikenakan terasa lengket di tubuh karena keringat. Netra birunya memandangi sekeliling, berharap mereka yang mengejar tidak bisa menemukannya disini. Lalu bagaimana dengannya apa dia selamat? Apa dia berhasil bersembunyi?

'Klontang'

"Dia disana!"

Sial! Mereka berada di sini. Mereka berhasil menemukannya. Ia harus kembali berlari dengan kakinya yang sudah begitu berat untuk dibawa berlari. Paru paru miliknya pun sudah terasa terbakar. Tapi, ia tak boleh diam, ia harus tetap berlari.

"Kejar dia!"

'Prang'

Telapak tangannya yang licin karena keringat, menarik benda apa saja yang bisa diraihnya di gang sempit ini, walau hanya untuk sekedar menghambat orang orang di belakangnya. Ia harus tetap berlari, menjauh dari orang orang yang masih mengejarnya. Ia sudah berjanji untuk menemuinya di sana. Ia sudah berjanji kalau ia tidak akan tertangkap. Ia harus tetap berlari.

'Grep'

Kulit tan berbalur keringat ditarik dengan erat. Tubuhnya yang sudah keluar dari gang yang sempit, ditarik oleh seseorang yang bersembunyi di sisi gang yang diterangi lampu jalanan. Tubuh lelahnya pun ditarik kebelakang, membentur dada bidang seorang lelaki yang lebih besar darinya.

Napasnya terengah, mata biru membulat, jantungnya berdegup dengan kencang. Bukan, bukan hanya karena berlari jantungnya berdegup dengan kencang, namun juga karena mata hitam kelam yang menatapnya dengan pandangan penuh nafsu dan seringai di wajah yang membuat tubuh lelahnya membeku.

"Got you," bisikan dari bibir yang masih menyeringai mengisi pendengarannya.

Ia tertangkap.

.

#

reiths_89

#

.

Para pelayan wanita menggosok seluruh kulit tubuhnya yang kotor. Wewangian yang dibawa membawa ketenangan untuk tubuhnya yang masih lelah karena berlari. Namun, mata birunya menatap nanar pada tubuh telanjangnya yang terendam di air yang sedikit berbusa.

Ia ingin menangis, tapi apa gunanya? Ia ingin berteriak, tapi siapa yang mau mendengarnya? Ia ingin berlari pergi, tapi dia tak akan mengijinkannya. Ia adalah buruan yang sudah tertangkap oleh sang predator.

'Cklek'

"Tuan," suara para pelayan wanita memenuhi ruangan kamar mandi mewah. Namun, ia tak mempedulikannya. Bahkan ketika para pelayan wanita itu meninggalkannya di bathtub seorang diri, ia tak mengindahkannya. Mata biru masih memandang ke arah tubuhnya yang terendam.

'Pyak'

Ia terbangun dari lamunannya. Mata biru menangkap tubuh seorang pria yang sekarang telanjang, sama seperti dirinya, ikut masuk ke dalam bathtub. Ia terhenyak, tubuh lelahnya segera dipaksa berdiri, tapi jemari piano putih pucat menangkap pinggang rampingnya, membawanya duduk di atas pangkuan.

"Aku akan memandikanmu."

Jantungnya kembali berdetak dengan kencang.

.

#

.

"Agh...ah..agh.."

Selangkangannya terbuka lebar, memberikan jalan bagi satu bagian tubuh yang mempenetrasinya dengan penuh nafsu. Ia menangis, berteriak, ketakutan dan mengerang. Tapi, semuanya jatuh pada telinga yang ditulikan.

"Teruslah mengerang, teruslah berteriak," bisikan di telinganya kembali membuatnya berteriak. Tusukan demi tusukan, masuk menerobos, dalam dan lebih dalam. Keperawanannya telah direbut paksa oleh pria monster yang bahkan tak memperdulikan permohonannya.

"Tubuh ini, akan kubuat tubuh ini hanya mengenal sentuhanku," dia tetap memohon, memohon agar semuanya berhenti. Rasa sakit mengisi setiap inci tubuhnya. Pria ini tak memberinya kepuasan yang diterimanya.

"Malam ini, kau hanya akan menerima rasa sakit, karena kau berani melawanku," wajah pria itu mendekat, bibir merahnya masih berteriak dan mengerang oleh rasa sakit. Mata biru memerah dan sembab karena air mata.

"Tapi, jika kau memanggilku sebagaimana mestinya, aku akan menghilangkan rasa sakit ini. Akan kuberikan kepuasan padamu, bagaimana?" bibir itu menyeringai. Rambut raven yang membingkai wajahnya semakin menunjukkan betapa pemuda ini bagaikan iblis.

"Ku..mohon.. sa..kit.. Hiks..hiks.. sa..kit.."

"Kalau begitu lakukan apa yang kuinginkan," netra biru masih menangis. Bibir merah beberapa kali terbuka, menghirup napas yang hilang.

"Katakan, apa yang ingin kudengar," sang iblis ingin menghancurkannya. Bukan hanya harga dirinya sebagai seorang lelaki, namun juga harga dirinya sebagai seorang manusia. Tapi, siapa dirinya? Ia tak mampu lagi melawan sang iblis. Tubuhnya sudah jatuh ke rengkuhan sang iblis.

"Hiks.. Kumo..hon.. Hiks.."

Mata onyx menatap penuh kebahagiaan, seperti anak kecil yang mendapatkan apa yang diinginkannya.

"Kumohon... Hiks.. Ita..chi..sama..."

Seringai Itachi semakin melebar, menandakan kemenangan yang selama ini ditunggunya.

"Bagus, Mina chan, bagus."

.

#

.

Sasuke mendengus sembari meminum wiski dalam satu tegukan. Ia kesal, sangat kesal.

"Hei, Sasuke disini masih banyak mainan, kenapa kau bertingkah seolah olah kehabisan opsi untuk memilih mainan lainnya," mata onyx menatap tajam pada pemuda bergigi runcing yang sedang bermain dengan wanita yang entah datang darimana. Cih, jalang ini bukan yang diinginkannya dan tak akan menjadi opsi pilihan yang lain untuknya.

Rasa kesal semakin mengisi raut wajahnya yang melihat Itachi yang masuk ke dalam ruangan tempatnya bersantai kini. Raut penuh kepuasan dari wajah anikinya semakin membuatnya muak. Lelaki yang lebih tua lima tahun itu bahkan berani menyeringai ke arahnya. Tanpa pikir panjang, gelas kosong yang ada di tangannya terlempar ke arah Itachi yang menghindar, ditambah kekehan mengejek dari Itachi, menulikannya dari suara gelas yang pecah berantakan.

"Sasuke tenanglah, ini bukan akhir dunia. Kau masih bisa mencarinya besok," suara baritone Itachi yang mengejek, semakin menambah kemarahan yang bergelung di dalam dada.

"Brengsek, coba saja kau yang berada disisiku. Aku sudah melihatnya, tapi dia malah lolos dariku karena orang orang suruhanmu yang bodoh," Sasuke kembali menarik gelas kosong dan mengisinya kembali dengan wiski. Mencoba mengenyahkan kemarahan dengan minuman beralkohol tinggi.

"Ayolah Sasuke, jangan merajuk seperti anak kecil begini, bukankah semakin lama akan semakin nikmat, Sasuke?" Itachi menarik gelas milik Sasuke dan meminumnya dengan seringai yang mengejek.

"Cih, kau semakin menyebalkan aniki. Hanya karena kau sudah menikmati tubuh mangsamu," Sasuke mendengus, memandangi sang aniki dari sudut mata hitam, "Lalu bagaimana, apa dia menangis, aniki?" seringai menyebalkan Sasuke, sama sekali tak merusak mood Itachi yang sedang bagus.

"Yah, ia memang menangis dan memohon, Sasuke, tapi kenikmatan yang diberikannya, tiada duanya, otouto," kembali Sasuke mengerang karena kesal. Ia kehilangan buruannya dan sekarang ia frustasi karena kebutuhan seksualnya yang akan sulit terpenuhi malam ini.

Mata sekelam malamnya menjauh dari pandangan sang aniki, berbalik memandangi foto yang sejak tadi terlupakan di atas meja. Foto dua orang pemuda dengan rambut pirang yang cerah, mata biru yang sama dan senyuman ceria yang menghangatkan. Yang membedakan keduanya hanyalah tanda lahir garis halus yang ada pada salah satu pemuda pirang yang lebih muda, yang menjadi buruan Sasuke dan sekarang menghilang entah kemana dan menjadisumber kefrustasian Sasuke saat ini.

Tanpa sadar, Sasuke menjilat bibirnya yang sama sekali tidak terasa kering. Dan, oh demi dewa Jashin pujaan Hidan, sesuatu dibawah sana mengeras hanya dengan melihat foto pemuda manis. Apa ia bisa meminta pada sang aniki? Sekedar mencicipi pemuda pirang yang sekarang ia yakin tertidur pulas karena kelelahan di atas ranjang sang aniki.

"A.."

"Jangan berpikir untuk mencicipi propertiku Sasuke, aku tidak suka berbagi, kau juga sama," kembali erangan kesal muncul dari bibir Sasuke. Bahkan para wanita di sana tak akan bisa memuaskannya. Sepertinya malam ini sabun cair di kamar mandinya akan lebih nikmat dari para wanita penggoda.

.

#

.

'Cklek'

"Kakashi senpai! Bagaimana?"

Gelengan kepala dari pria bersurai silver, membuat pemuda pirang kehilangan harapannya. Mata birunya menatap ke bawah, rasa sedih menguar darinya.

"I..ini salahku.. Hiks... Ini salahku.. Niichan.. Hiks.."

Kakashi mendesah dan mendekat ke arah pria pirang yang menangis. Menepuk bahunya pelan, mencoba menenangkannya.

"Ini bukan kesalahanmu, Naruto. Minato senpai, melakukan semuanya untukmu. Sudah jangan khawatir, kita pasti akan menemukan jalan lain untuk menolong Minato senpai, oke?" saphire yang menangis menatap lelaki di depannya. Dengan keraguan, kepala pirang mengangguk. Sekarang yang bisa mereka lakukan, hanyalah menunggu.

Tbc

Wooooww... Pendek? Ya iyalah, hehehehe... Setelah satu belum kelar, muncul yang kedua, wkwkwkwkwkwk... Ga pa pa lah, karena saya emang berencana bikin yang pendek pendek saja, ga panjang panjang. Mungkin kalau sistem kebut, satu atau dua chap lagi selesai #mengharap...

Saya ini pecinta crack pair. Makanya jangan kaget, saya menjadikan si ganteng Minato jadi niichannya Naru chan yang imut imut. Wkwkwkwk... kebutuhan cerita sis...

And for the last... Please read and review, arigatou ne..