mutual.
hyouka © honobu yonezawa
i am not, in any way, take any profit from the story.
#1; we stay because we don't know where else to go.
.
.
"Mayaka-san, bolehkah aku menanyakan sesuatu?"
"Hm, ada apa, Chii-chan?"
Sahutan dari lawan bicara membuat Chitanda Eru untuk meneruskan ucapannya, "Mungkin ini terdengar tidak begitu sopan, akan tetapi aku merasa penasaran selama ini," ia menghabiskan beberapa detik setelahnya bergumam mengenai bahwa mungkin ia tak pantas menanyakan hal ini, bahwa Mayaka boleh tak menjawabnya jika tak berkenan. Tak ayal, pertanyaan yang mengganggu benak pun diujarkan pada akhirnya, "Kau dan Fukube-san, apakah kalian.. berpacaran?"
Di detik yang sama kalimat itu terlontar, Ibara Mayaka mendadak saja terbatuk-batuk keras.
.
"K-kenapa mendadak saja..?"
Eru dapat melihat merah yang mulai merambati pipi gadis yang berambut pendek dan gugup yang turut menyertai semburat malu-malu itu. "Etto.. hanya sedikit penasaran," ujarnya perahan. "Menurut Oreki-san, kau memiliki perasaan terhadap Fukube-san, dan selama ini kuperhatikan hubungan kalian begitu dekat. Bukankah hal itu menandakan bahwa kalian sudah—"
"Bukan," dengan segera bantahan tegas itu menyela. Pandangannya turun, tak lagi menatap lurus ke arah Eru, meski merah di pipi masih nampak samar-samar. "Fuku-chan tak pernah memberiku jawaban." Setiap kali ia mengangkat topik itu, Mayaka mengingat bagaimana Satoshi selalu menanggapinya dengan candaan belaka. "Tidak menolak, tak juga menerima." Ia menghela napas yang mengutarakan rasa frustasinya yang selama ini menumpuk, "Jadi kami masih tetap teman, semestinya."
Dari dahulu hingga sekarang, dan mungkin entah sampai kapan.
.
"Mengapa?"
Polos, Eru itu.
Tapi Mayaka tak merasa tersinggung.
Ia menumpukan sikunya pada meja, dan menyangga kepala dengan telapak tangan, sedikit kebingungan bagaimana harus menjawab. "Hmm, aku juga sebenarnya tak tahu." Ada jeda yang sengaja disematkan di sana, sementara dara melayangkan pandangannya ke luar jendela. Sedikit menerawang. "Dan kurasa, Fuku-chan sendiri juga tidak tahu." Jadi dia belum bisa memberi tanggapan yang serius, terus bermain-main mengulur waktu hingga tiba saatnya dia mengetahui apa yang semestinya dilakukan—entah apakah hal itu mendorong Mayaka menjauh, atau sebaliknya.
Setidaknya, itulah yang selama ini ingin dipercayai oleh Mayaka.
Maka mereka tetap berada di posisi masing-masing. Tidak maju ataupun mundur.
Hanya diam dalam hubungan yang statis.
.
"Tak kusangka.. Fukube-san bisa sejahat itu."
Senyum Mayaka bangkit kali ini.
"Dia bukan orang jahat." Tangannya melambai di depan muka. "Bodoh, memang, tapi tak pernah jahat."
.
Katanya, cinta itu bisa mempengaruhi penilaian seseorang.
