Pemuda berambut perak panjang mendorong tubuh pemuda lainnya yang berambut hitam dengan kasar, membuat pemuda berambut hitam itu menghantam dinding dengan keras. Sebelum suara rintih kesakitan lepas dari mulutnya, pemuda berambut perak sudah menggoreskan ujung pedang di lehernya, meninggalkan garis tipis yang mengalirkan darah merah.

"Yamamoto Takeshi," ujar pemuda berambut perak dengan seringai keji.

Pemuda berambut hitam mendongak ketika namanya disebut. Dalam sorot matanya sama sekali tak tampak rasa gentar walaupun seringai pemuda berambut perak memancarkan rasa haus darah yang amat sangat. "Squalo," balasnya. Suaranya tetap tenang dan tegas.

Balasan Yamamoto membuat seringai Squalo makin lebar. Ia kembali mengarahkan pedangnya ke arah leher Yamamoto seraya maju selangkah, sehingga jarak di antara mereka tak lebih dari satu hembusan napas.

Squalo menelusuri rahang Yamamoto yang mengatup kaku dengan ujung pedangnya. Kelereng coklat Yamamoto menatap biru keperakan Squalo yang sedikit lebih tinggi darinya dengan tajam. Sebagai balasan atas tatapan itu, Squalo mendekatkan bibirnya ke daun telinga Yamamoto, dan berbisik, "Apapun yang terjadi, jangan berteriak."

Yamamoto hanya bisa memejamkan matanya sementara Squalo menjilat telinganya, terus sampai ke lehernya. Tangan Squalo yang bebas merobek paksa pakaian yang Yamamoto kenakan, membuat torsonya terpapar jelas.

Kilat lapar di mata Squalo makin jelas. Ia menjatuhkan pedangnya kemudian membanting Yamamoto ke tanah. Pemuda itu hanya mengernyit menahan sakit sementara Squalo mulai bekerja menelanjanginya.

Ia bukannya tidak bisa menolak. Ia memang tidak ingin menolaknya.

Sebelum Yamamoto menyadari, tangan Squalo sudah melayang ke kepalanya, mencengkram rambutnya dan membuat Yamamoto mendongak paksa. Yamamoto bisa melihat Squalo menyeringai puas. Ia hendak mengatakan sesuatu, namun Squalo sudah lebih dulu menjejalkan bagian tubuhnya ke dalam mulut Yamamoto yang setengah menganga secara paksa.

Squalo mengerang puas ketika lidah Yamamoto menyentuhnya. Cengkraman di rambut Yamamoto makin menguat ketika Squalo mulai menggerakkan pinggulnya. Yamamoto hanya bisa berusaha menumpu tubuhnya agar tidak terdorong ke belakang.

Namun Squalo menginginkan yang lain. Ia menjauhkan mulut Yamamoto dari dirinya dan membuat Yamamoto telungkup. Tangannya masih mencengkram rambutnya. Dan kali ini tangannya yang lain mencengkram rahang Yamamoto sementara ia menindih punggungnya. Yamamoto bisa merasakan hembusan napas kasar Squalo di punggungnya, dan lidah Squalo yang menari liar di sana. Yamamoto sekuat tenaga menahan diri agar tak satu suarapun keluar dari bibirnya.

Dan tanpa peringatan, Squalo mulai menusuknya. Tangan Yamamoto mengepal kuat karena tak ada yang bisa ia jadikan pegangan. Ia menggigit bibirnya kuat-kuat agar ia tak mengeluarkan suara. Tak peduli darah segar mengalir dari bekas gigitannya.

Tanpa ampun, Squalo menjamahnya. Desahan dan erangannya melingkupi Yamamoto. Yamamoto terus bertahan selama beberapa saat sampai akhirnya Squalo menyelesaikannya. Ia menarik dirinya keluar, membalikkan tubuh Yamamoto dan mencium bibirnya dengan kasar.

Lagi, Yamamoto tak ingin melawan.

Ketika Squalo sudah puas, ia bangkit berdiri, dan meninggalkan Yamamoto.

Tidak. Yamamoto tidak merasa terluka. Walaupun harusnya saat ini adalah saat ia harus berteriak. Tapi ia tidak melakukannya.

Disclaimer: Amano Akira. Alesana. Dead Silence.

Saya bikin apa =w= PWP parah ini. Sudahlah.